"Bagus kan! Kamu suka?"
Milo mengangkat jempolnya merasakan kasur empuk dan nyaman. Apalagi aroma yang menenangkan dari entah alat apa itu juga musik yang menenangkannya untuk segera tidur.
"Ternyata lo suka musik galau Indonesia! Emang musik galau Indonesia itu another level! Semua keputusan yang telah kau buat, satu yang harus kau tahu..."
"Embun! Bisakah kau diam? Suaramu tidak seindah itu untuk dipamerkan."
"Sialan!" Embun mengambil bantal dan melemparkannya pada wajah Milo.
"Aku hanya ingin tidur dan suaramu sangat menggangguku! Hey! Anak kecil! Aku ini tidak bisa berbohong!"
"Kamu dulu saja berbohong Milo! Jangan coba untuk membuatku percaya! Sialan! Suaraku itu bagus, lo nggak akan tahu gimana hebatnya gue menang juara pertama ngalahin Alin. Emang ya, gue itu hebat! Cuma mereka yang sialan malah nuduh gue pakai sogok juri! Emang! Sialan!"
Embun ingat saat-saat dirinya menjadi pemenang di lomba bernyanyi, kala itu Alin juga ikut tampil tapi dia tentu saja kalah telak dari suara Heera. Sayangnya semua orang menuduh Heera menyogok panitia dan tiga malaikat Alin datang untuk membeberkan semuanya. Embun tidak habis pikir, kenapa dia dicurangi di depan banyak orang seperti itu. Bahkan panitia juga malah membuatnya di diskualifikasi. Embun tidak tahu apa yang terjadi saat itu. Dia juga tidak menyogok panitia. Kemungkinan besar tiga malaikat itulah yang menyogok panitia dan membuat Heera didiskualifikasi.
Saat itulah Embun sangat membenci semua orang.
"Apa yang kau bicarakan? Bisakah kau berbicara dengan bahasa manusia? Aku kesulitan untuk memahami apa yang kau katakan!"
"Milo kamu itu memang janc*k!"
"Apa?"
"Lupakan! Aku juga ingin tidur! Hari ini kita sampai disini saja, besok mungkin komandan itu akan datang membukakan pintu dengan wajah kesal! Hahahah... Dia pikir dia bisa menemukan buah neraka itu tumbuh dimana! Dasar bodoh!"
🎐🎐🎐
"Bangun! Bangun! Bangun!"
Embun meringkuk dan bersembunyi di balik selimut. Dia nampak tidak terganggu dengan suara yang terus memintanya untuk bangun. Dia terlalu lelah untuk bertarung dengan Milo semalam. Dia berebutan kasur dan pada akhirnya mereka membagi dua dengan bantal sebagai pembatas. Embun mana mau satu kasur dengan Milo. Dia masih anak baik-baik yang tahu adat istiadat dan norma masyarakat.
"Bangun!"
"Ughh... Milo! Gue nggak mau bangun! Ngantuk!"
"Apa yang kau katakan! Aku juga mengantuk!" Milo memeluk bantal dan menutup matanya rapat-rapat.
Oricon mengepalkan tangannya melihat dua orang yang tertidur di atas tempat tidur. Mereka seperti sangat nyaman tinggal di penjara dengan kasur entah datang darimana. Juga makanan, tikar, minuman, juga entah apa itu! Kenapa tempat ini menjadi terang?
"Sialan! Jika kalian tidak bangun, aku akan membunuh kalian! Bangun!"
Seketika Embun dan Milo bangun serempak. Mereka menatap Oricon yang terlihat sangat marah. Saking marahnya wajahnya sangat memerah layaknya banteng yang akan mengamuk.
"Milo!"
"Embun!"
"Siapa ya dia? Kok banyak darah gitu! Jijik! Mending lo mandi dulu deh! Hoammm..." Embun menguap dan kembali tidur.
"Siapa yang menyuruhmu tidur dengan nyaman di tempat ini? Bangun dan ikut denganku jalang!" Teriak Oricon.
"Jaga ucapmu sialan!" Teriak Milo hampir mengeluarkan kekuatannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gue OverPower? ( END )
FantasyAku berada di dalam novel menjadi seorang antagonis. Bukankah aku sudah menyelesaikan seluruh alur dalam cerita ini? Tapi kenapa aku tidak kembali juga? Aku ingin kembali. 3... 2... 1... Sistem game di mulai! "Apa ini?"