"Embun! Lepaskan jaket itu dan pakai! Kenapa kau memakainya seperti itu?"
Embun menatap Milo dan melepaskan jaketnya pelan. Milo mengerjapkan matanya dan mengambil ujung rambut Embun yang telah menjadi putih keperakan. Bukan lagi merah tapi putih yang berkilauan di bawah sinar matahari. Milo menatap wajah Embun yang semakin terlihat cantik dengan rambut seperti ini. Mata ungunya terlihat bersinar terang juga kilatan biru dimatanya. Milo mengambil jaket Embun lagi menutup kepala Embun.
"Pakai saja!"
"Gue harus apa nih?" Tanya Embun.
"Sialan! Kenapa jadi seperti ini?"
"Kekuatanku... Kekuatanku muncul lagi. Kamu tahu kan umur ku masih sangat muda, kekuatanku akan terus muncul satu persatu Milo! Biarkan saja! Aku tidak peduli!" Embun melepaskan jaket dan memakainya.
"Aneh! Bagaimana kekuatanmu baru muncul? Berapa banyak lagi yang kau bisa? Sialan! Kau harus menyembunyikannya Embun! Keadaanmu sangat aneh, orang-orang akan bertanya-tanya. Cukup katakan saja nanti pada Komandan Oricon bahwa kau sedang masa-masa menuju kedewasaan. Banyak orang yang sama sepertimu. Katakan seperti itu tapi jangan pernah mengatakannya bahwa kau memiliki banyak kemampuan!"
"Hmm..."
"Dimana wanita jalang itu?" Oricon datang ke arah mereka.
"Siapa yang lo bilang jalang? Lo nggak tahu ya gue ini perempuan baik-baik. Emang ya mulut lo itu nggak bisa difilter! Mending Kak Niko kemana-mana! Sialan!"
Embun menggeram marah pada Oricon. Kenapa dia selalu di sebut jalang? Embun memiliki harga diri dan dia tidak berpenampilan orang-orang seperti itu. Pakaiannya juga tertutup dan normal. Pria di depannya memang perlu pelajaran berharga cara memperlakukan manusia khususnya perempuan!
"Apakah aku harus membunuhnya?" Bisik Milo.
"Jangan! Biar aku saja!" Embun bersiap untuk menyerang Oricon.
"Siapa kau? Panggilkan jalang merah itu kesini!"
"Kamu ini sudah bodoh, buta lagi! Aku disini! Bodoh!" Teriak Embun.
"Siapa kau?" Tanya Oricon memperhatikan Embun.
Embun tersenyum lebar, apakah Oricon pura-pura lupa? Atau dia tidak mengenalinya karena penampilan barunya ini yang begitu cantik dan menarik. Daripada rambut merah, Embun memang suka rambutnya saat ini. Dia tidak terlalu mencolok seperti api berkobar.
"Embun! E M B U N! Arghttt... Sudahlah! Aku Embun, rambutku berubah jadi seperti ini! Jangan panggil aku jalang lagi atau aku akan memanggilmu gigolo!" Ancam Embun.
Oricon menatap Embun dan memalingkan wajahnya cepat-cepat.
"Apa yang terjadi?" Tanya Oricon pada Milo.
"Dia baru mencapai usia dewasanya, kekuatannya tidaklah stabil." Jelas Milo.
"Iya! Aku ini masih muda tahu! Umurku baru 18 tahun. Jadi jangan banyak bertanya lagi! Untuk sekarang mari kesampingkan urusan pribadi kita. Aku sangat membencimu begitu dalam tapi aku harus menyelesaikan kasus buah neraka ini. Sialan! Baiklah mari pergi ke tempat itu!" Embun sudah tahu tempatnya. Sistem yang memberitahukannya bahwa tempat itu cukup jauh dari Kota Zuri ini.
Asalkan tempatnya itu hancur akan jauh lebih mudah membunuh monster yang telah berevolusi.
"Darimana kau tahu tempatnya?" Tanya Oricon menjadi begitu ramah nada suaranya.
Embun memicing dan memeluk tubuh Milo. Pasti Oricon mencurigainya!
"Aku ini pintar! Hey, pegang tangan Milo! Aku tidak mau memegangi tangan orang yang menghinaku!"
"Aku tidak sudi melakukannya!" Tolak Milo.
"Apa yang sedang kalian lakukan? Kenapa kau memeluknya seperti itu?" Tanya Oricon tidak suka dengan pemandangan di depannya.
"Teleportasi! Ayo! Cepat pegang Milo! Kita harus sampai kesana sebelum malam!"
"Kau sudah tahu?" Tanya Milo menunduk melihat wajah Embun.
"Iya! Aku mencari tahu semalam, kamu itu ternyata lucu saat tidur Milo! Sungguh!"
Milo memalingkan wajahnya malu, jadi semalam Embun melihat wajahnya yang tertidur? Apakah wajahnya baik-baik saja? Apakah dia mengorok? Apakah air liurnya keluar? Milo memikirkan banyak hal.
"Bagaimana kau bisa memiliki kemampuan itu?" Tanya Oricon.
"Heh! Makanya jangan mengurung orang! Baiklah, ayo pergi! Teleportasi ke tempat buah neraka!" Embun menarik tangan Oricon.
Mereka bertiga berteleportasi ke tempat aneh yang begitu gelap. Embun menatap sekeliling dan merinding sendiri datang ke tempat yang tentu saja terdapat kumpulan tulang belulang manusia. Terlebih jika itu naga!
"Dimana ini?" Oricon memperhatikan sekitar yang begitu gelap.
Krakkk... Krakkk...
"Apa ini? Arghttt... Milo!" Embun melompat dan memeluk Milo erat.
"Bisakah kau tenang Embun? Kenapa kau jadi penakut seperti ini? Dimana perginya rasa beranimu itu?"
"Ihhh... Kamu tidak lihat di bawah kita? Ini kumpulan tulang belulang makhluk hidup!"
Milo bergidik ngeri dan memeluk tubuh Embun. Dia tidak tahu karena tempat ini sangat gelap. Pantas saja aromanya juga begitu busuk seperti bangkai. Oricon berdecak kesal dan menarik tubuh Embun untuk menjauhi Milo.
"Kau adalah perempuan yang tidak memiliki batasan rupanya! Aku tidak yakin kau anak berusia 18 tahun!"
"Itu terserah padamu ingin percaya atau tidak. Berapa usiamu Oricon?"
Oricon terdiam dan menatap Embun lamat-lamat. Ini pertama kalinya seseorang memanggil namanya setelah sekian lama.
"Apa kamu tua? Milo 30 tahun! Coba aku tebak, apakah usiamu 35 tahun?"
"24!"
"Hmm?" Embun mencoba mendengarnya seksama.
"Umurku 24!" Oricon membuang wajahnya. Dia tidak menyangka akan mengatakannya pada Embun.
"Oricon! Kamu sangat muda tapi wajahmu tua, beda sekali dengan Milo! Sepertinya kalian memiliki usia yang tertukar!"
Pasti begitu!
Embun akan percaya jika usia Milo adalah 24 tahun sedangkan Oricon 30 tahun. Tapi memang dunia ini memang aneh sejak awal.
"Sepertinya begitu! Ternyata kau masih anak kecil komandan!" Ejek Milo.
"Diam kau!"
"Oke! Mari kita fokus pada tempat ini, sistem. Senter besar!" Pinta Embun.
Bukkk...
Sebuah senter jatuh di dekat kaki Embun. Dengan ini mereka tidak akan merasa gelap di tempat ini. Apakah ini gua? Embun pikir seperti itu tapi dimana tepatnya? Cahaya keluar dari senter dan menyinari bagian depan. Cahaya terpantul dari satu batu ke batu lainnya. Terus menerus terpantul dan menerangi tempat yang mereka datangi.
Embun membuka mulutnya lebar-lebar.
Masalah baru!
Mereka tidak sendirian di tempat penuh tulang belulang ini.
"Milo!"
"Sialan! Kita dalam masalah serius!" Milo menatap takut pada sesuatu di depan mereka.
Begitu juga dengan Oricon, dia memegangi erat pedangnya. Seekor naga tengah tertidur begitu pulas dengan banyaknya buah aneh di sekitarnya. Embun menatap penuh minat naga itu. Sepertinya dia akan mencoba kekuatan barunya untuk membunuh naga itu!
🎐🎐🎐
Salam ThunderCalp!🤗
Jangan lupa like, komen, dan share!
See you...
KAMU SEDANG MEMBACA
Gue OverPower? ( END )
FantasyAku berada di dalam novel menjadi seorang antagonis. Bukankah aku sudah menyelesaikan seluruh alur dalam cerita ini? Tapi kenapa aku tidak kembali juga? Aku ingin kembali. 3... 2... 1... Sistem game di mulai! "Apa ini?"