Bab 11 : Siapa Kau?

2K 242 2
                                    

"Saya hanya bisa mengantar sampai tempat ini, semoga anda baik-baik saja. Apakah mata anda sudah merasa baik?"

"Sudah! Saya baik, terima kasih telah mengantar saya ke kota ini. Ini dari saya mohon diterima!" Embun merongoh celananya dan mengambil beberapa uang.

"Tidak perlu! Saya senang bisa menolong Rangker yang telah menyelamatkan Desa Sema. Berkat anda, kami bisa hidup dengan baik. Kedepannya jika anda membutuhkan sesuatu tolong beritahu kami!" Pinta sopir gerobak yang telah mengantarkan Embun.

Selama dua hari ini hampir tiga hari, Embun selalu bersama laki-laki ini. Makan dan hidup melewati banyaknya monster. Embun jadi tidak tega membiarkannya pulang sendiri. Bagaimana jika ada monster yang menyerang? Embun mengambil petasannya dan memberikannya kepada laki-laki tua didepannya.

"Ini petasan dan korek, jika monster mendekat lemparkan saja petasan ini kepada mereka. Mereka pasti mati! Hati-hati di jalan, titip salam dan terima kasih pada warga Sema. Tolong jaga diri kalian semua!" Pinta Embun.

"Ya ampun terima kasih banyak!"

"Hmm! Jaga diri anda! Saya harus pergi ke dalam sana, sampai jumpa." Embun melambaikan tangannya dan berjalan menuju gerbang masuk.

Dia memiliki banyak monster yang akan dijual, tinggal masuk dan mencari Asosiasi Rangker untuk membuat kartu identitas. Embun berjalan dengan perasaan begitu senang, dia tersenyum kepada petugas penjaga gerbang.

"Kartu identitas!"

"Saya datang dari Desa Sema, saya datang kemari ingin membuat kartu identitas. Nama saya..."

"Kau tidak bisa masuk!"

"Kenapa?" Tanya Embun.

"Banyak orang yang mencoba menipu kami, kau juga tidak terlihat seperti seseorang dari Desa Sema. Kau lebih terlihat seperti seorang penjahat!"

"Apa? Apa? Lo bilang apa, apa gue ini kayak penjahat? Tubuh gue emang tubuh antagonis tapi tetap aja gue anak baik! Gue emang  beneran dari Desa Sema!" Teriak Embun keras.

🎐🎐🎐

"Sialan tuh orang-orang. Mana ngancem lagi bakal bunuh gue! Harusnya tadi gue sama orang antar gue tadi masuk dulu! Baru dia pulang. Ini gimana caranya gue masuk?"

Embun menatap dua orang yang menatapnya sengit. Suatu saat nanti dia akan membalas perbuatan mereka. Mungkin dengan membakar baju mereka atau menembaki mereka dengan petasan. Mungkin bermain juga dengan apalah itu. Embun ingin menangis saja. Bagaimana caranya dia masuk ke dalam sana?

"Kalian benar-benar nggak mau biarin gue masuk? Gue juga Rangker! Kalian nggak tahu apa yang udah gue lakuin selama dua hari ini! Gue ketemu sama banyak monster tahu, gue kalahin mereka semua. Harusnya kalian terima kasih sama gue kayak orang-orang di Desa Sema. Gue juga udah hancurin sarang Lutlut! Kalian nggak tahu gimana gue kalahin mereka? Hah? Tinggal dor...dor... Boomm... Mereka mati! Please, bantuin gue masuk! Nanti gue kasih uang! Ya?" Teriak Embun.

"Pergi! Jika kau masih disini kami akan melaporkannya kepada orang-orang di Asosiasi Rangker bahwa ada Rangker ilegal sepertimu!" Ancam salah satu petugas.

"Sialan! Sialan! Sialan!" Embun menghentak-hentakkan kakinya kesal.

Bagaimana caranya masuk?

Mereka mana mungkin percaya kepadanya. Embun menunduk lesu dan menatap langit yang akan menjadi gelap, dia sudah menunggu di luar gerbang cukup lama. Sampai dia tidak paham harus kemana lagi selain Kota Algaskar ini. Pasti kota-kota lain juga butuh kartu identitas.

"Nasib jadi warga asing memang gini! Apa-apa dipersulit! Hey, kalau kalian nggak mau masuk gue bakalan bunuh kalian duluan!" Embun bersiap mengeluarkan Fire Attack nya.

"Apa-apaan ini?"

"Wahhh... Keegan! Keegan! Lo ngikutin gue ya?" Tanya Embun melihat Keegan dari atas ke bawah. Tapi kenapa di belakangnya banyak sekali orang-orang?

Apakah ini rombongan Keegan? Embun mendongak dan menunjuk salah satu orang disana, dia yang dibantunya sampai menghabiskan kotak P3K!

"Siapa? Kau siapa?" Tanya Keegan mundur.

"Lo lupa ingatan hah? Gue bantuin lo sama dia, terus lo lupain jasa gue? Iya? Ini gue Embun!"

"Embun? Tapi..."

"Iya gue tahu! Rambut sama mata gue beda kan? Itu karena gue lagi hibernasi bangkitin kekuatan terpendam gue! Tolong gue, mereka nggak biarin gue masuk! Tolong dong. Gue butuh kartu identitas, gue mau buat tapi mereka larang gue masuk! Keegan! Lo aja ya!" Tunjuk Embun pada seseorang di atas kuda.

"Jaga tangan anda, nona!" Beberapa orang mendekat dan mengangkat pedang mereka ke arah Embun.

"Hah? Hiskkk... Keegan tolongin gue! Mereka mau bunuh gue, harusnya kemarin gue nggak tolong dia aja! Emang nggak tahu terima kasih tuh orang. Udah bikin gue kotor sama darah dia, terus gue harus bersihin juga darahnya kemana-mana, tempat tidur gue juga dipakai. Mana gue tidur sama kalian lagi!" Embun menatap marah pada Keegan juga orang di atas kuda.

"Tidur?" Orang-orang membuka mulut mereka lebar-lebar.

Keegan menepuk dahinya dan menarik tubuh Embun. Mulut Embun memang perlu di lakban.

"Jangan membuat masalah Embun! Apa yang terjadi pada rambut dan matamu? Hah?" Tanya Keegan.

"Gue baru aja bangkitin kekuatan gue jadi kayak gini deh! Gue cantik kan?" Embun mengibaskan rambut merahnya yang seperti cabe-cabean.

"Benarkah begitu? Atau jangan-jangan kau ini penyihir?"

"Hah! Tadi penjahat! Sekarang penyihir! Emang muka gue kayak gitu? Nggak! Gue anak baik, lo nggak tahu gue udah hancurin sarang Lutlut di Desa Sema. Gue ini dapatin kekuatan gue disana. Mau gue tunjukin?" Tanya Embun bersemangat.

"Sarang Lutlut? Kau?"

"Iya, Keegan! Tinggal boomm! Mereka mati! Sekarang bantu gue masuk kesana terus gue mau buat kartu identitas sama gue mau tidur! Gue capek banget di luar! Mana banyak nyamuk lagi! Ayo!" Embun menarik tangan Keegan menuju penjaga.

Dia tidak peduli dengan tatapan orang-orang kepadanya, dia juga tidak peduli pada Keegan yang sepertinya tidak mau membantunya. Dia inginkan hanyalah masuk ke dalam sana!

"Keegan! Bilangin ke mereka!"

Dua orang penjaga langsung bergerak dan mengangkat tangan mereka ke atas. Embun menatap heran mereka juga Keegan. Kenapa mereka memberi salam kepada Keegan?

"Hormat kami! Ya..."

"Biarkan dia masuk! Aku mengenalnya!" Ucap Keegan membuat Embun melompat-lompat kegirangan.

"Makasih Keegan! Gue pergi dulu ya!"

Cuppp...

Embun mengecup pipi Keegan dan berlari begitu kencang. Akhirnya dia bisa melihat rumah-rumah lagi. Cahaya terang juga orang-orang! Dia ingin mati rasa saat di dalam hutan. Embun tersenyum senang dan pergi untuk memilih penginapan yang bagus.

Keegan terdiam dan menyentuh pipinya yang baru saja disentuh oleh seseorang. Seringaian muncul diwajahnya.

"Sial! Awas kau Embun!"

🎐🎐🎐

Salam ThunderCalp!🤗

Jangan lupa like, komen, dan share!

See you...

Gue OverPower? ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang