Bab 17 : Tim

1.7K 203 0
                                    

"Apa kau menyukainya?"

Milo keluar dari balik pohon dan menggaruk kepalanya sendiri. Dia memperhatikan penampilan Embun juga dirinya yang terlihat sama. Celana hitam, kaos hitam, juga jaket kulit hitam. Bukankah mereka terlihat memakai baju yang sama. Milo memalingkan wajahnya, kenapa dengan dirinya sekarang?

"Cocok! Lama-lama lo mirip Danish! Tapi versi tuanya kayak Keegan. Ayo, pergi! Kita harus tahu apa yang terjadi di desa ini!" Embun berjalan begitu senang gembira.

Makhluk apa lagi yang akan dia temui? Mungkinkah anjing aneh, kucing, aneh, atau naga? Dimana monster-monster itu juga kenapa Desa Layen ini terlihat begitu sepi dan sunyi. Embun melirik tiap rumah, tidak ada tanda-tanda kehidupan. Atau mereka ada di dalam rumah?

Brakk...

"Milo!"

"Sepertinya semua orang menutup pintu dan jendela mereka rapat-rapat."

"Ohhh... Terus? Siapa yang mau cerita dong disini kenapa kalau mereka nggak keluar. Gue kan nggak bisa nebak-nebak. Hah... Gue datangi aja deh satu rumah. Permisi! Kami dari Asosiasi Rangker, katanya kalian meminta bantuan. Sebenarnya apa yang terjadi disini!"

Tokkk... Tokkk...

Embun mengetuk pintu berulang-ulang kali sampai berniat untuk membukanya paksa sebelum pintu terbuka dan menampakkan sosok wanita tua. Wanita tua itu begitu takut-takut membuka pintunya dan terus menatap ke atas langit.

"Saya Embun dan ini teman saya Milo. Kami adalah Rangker, kalau boleh tahu apa yang terjadi di tempat ini?" Tanya Embun.

"Bahaya! Mereka datang! Bahaya! Mereka datang!" Wanita tua itu segera menutup pintu cepat.

"Ibu! Ibu! Buka dulu dong! Masa main tutup aja sih. Mereka siapa lagi?"

"Ngroammm..."

Tubuh Embun membeku mendengar suara yang begitu terdengar jelas. Tapi kenapa suaranya begitu mirip dengan auman singa? Apakah ada singa di tempat ini? Apalagi mereka berada di pegunungan yang apapun bisa terjadi.

"Milo! Apa itu?"

"Sepertinya kita dalam masalah, hal ini jarang terjadi tapi kemungkinan besar Desa Layen diserang oleh kawanan Griffin." Milo mendongak menatap ke atas langit.

"Griffin? Hah? Maksud lo hewan kepala elang badan singa itu? Masa sih? Itukan mitologi Yunani. Dasar, siapa sih yang buat game ini! Kemarin gue ketemu Dwarf. Jangan bilang ada hewan-hewan kayak gitu lagi. Pusing!!!" Embun menjambak rambutnya. Dia juga takut.

Tapi bukankah Griffin jarang menyerang manusia, mereka hanya suka memakan kuda. Mereka hewan liar tapi tetap saja mereka tidak begitu bahaya kecuali sesuatu yang memicunya. Embun menganggukkan kepalanya, pasti ada sesuatu yang terjadi di tempat ini. Kawanan Griffin tidak mungkin datang tanpa sesuatu yang mengundang mereka.

"Terus kita harus apa? Orang-orang disini juga nggak bisa bilang apa-apa. Mereka juga takut. Gue rasa mereka semua kena karma! Iya! Pasti mereka gangguin Griffin itu! Ayo pulang aja!" Embun menarik tangan Milo untuk segera melarikan diri.

Lebih baik pergi daripada melawan kawanan Griffin.

"Sepertinya begitu, mereka hidup cukup jauh dari tempat ini. Aku juga baru tahu mereka menyerang Desa Layen. Tapi kita sudah bersedia menyelesaikan misi ini! Bukankah kau pernah menghancurkan sarang Lutlut? Jadi lawan sana mereka!" Milo mendorong tubuh Embun.

"Tapi mereka bukan Lutlut!"

"Ngroammm..." Seorang Griffin terbang begitu dekat.

Embun menatap langit yang telah dipenuhi oleh puluhan Griffin. Mereka terus terbang dan mengeluarkan suara yang memilukan bagi Embun. Entah apa yang terjadi, mereka seakan berteriak.

"Ngroammm..."

"Aduhhh, jangan makan gue! Gue nggak tahu lo mau apa, gue juga baru disini!" Embun menunduk sesaat seekor Griffin hampir mengenainya.

"Ngroammm..."

"Milo! Lo ngapain? Bantu gue!" Teriak Embun berlari kencang.

"Bukankah kau kuat? Keluarkan saja kekuatanmu itu!" Teriak Milo.

Embun terus berlari tanpa mempedulikan lagi keberadaan Milo. Masalahnya adalah di belakangnya seekor Griffin mengejarnya. Tapi kekuatan apa yang harus dia keluarkan? Api? Air? Udara? Yang mana?

"Arghttt... Lepasin gue! Milo!! Lo dimana? Kenapa lo bawa gue ke atas? Milo!" Teriak Embun ketakutan.

Griffin mencengkram erat tubuhnya dan mengangkatnya ke udara. Embun meneguk ludahnya, jika Griffin melepaskan tubuhnya. Otomatis tubuh Embun akan terhempas ke bawah tanah sana. Harusnya dia memang tidak membawa Milo bersamanya. Laki-laki itu tidak bisa diharapkan. Embun berpasrah diri saja, setelah dia terlepas nanti. Dia akan teleport ke tempat Gusta saja.

"Hah... Gue kayak burung."

🎐🎐🎐

Brukkkk....

"Auhhhh... Hati-hati dong! Nggak usah lempar gue segala. Ini dimana lagi?"

Embun mengedarkan pandangannya ke berbagai arah. Hanya ada bebatuan dimana-mana. Bukan sebuah gua tapi tanah lapang yang dipenuhi bebatuan besar. Embun berjalan pelan menyelusuri jalanan yang di penuhi Griffin. Mereka bertengger indah di atas batu dan menatap tajam ke arah Embun. Kemungkinan besar tempat ini adalah makam Griffin.

"Ngroammm..."

"Ngroammm..."

"Ngroammm..."

"Kalian ngomong apa? Gue nggak punya konyaku penerjemah. Gue harus apa nih?" Tanya Embun tidak tahu harus melakukan apa.

Para Griffin juga hanya terus berteriak dan menatapnya seperti mangsa yang siap dimakan.

"Krakk... Krakk... Krakk..."

"Kok suaranya beda?"

"Krakk... Krakk... Krakk..."

Embun mengikuti sumber suara dan melihat seekor Griffin yang tengah tertidur. Disampingnya ada tiga Griffin kecil yang tengah berlarian di sekitar Griffin besar itu. Kepala kecil mereka terus mengusap tubuh Griffin besar berkali-kali seakan ingin membangunkan Griffin besar itu.

"Apa yang terjadi?" Tanya Embun mendekati mereka.

"Ngoarmm..." Griffin itu membuka mata pelan dan menatap Embun dengan pandangan begitu sayu.

Saking sayunya Embun tahu bahwa keadaan ibu Griffin ini dalam masalah serius. Embun menyentuh dan mengusap wajah Griffin yang berbentuk elang.

"Apa kamu sakit?" Tanya Embun.

"Krakk... Krakk... Krakk..." Tiga anak Griffin berlarian dan mendorong tubuh Embun dengan kepala mereka.

"Hah... Gue nggak tahu harus apa! Tapi gue coba ya! Kasian juga kalau jadi yatim piatu. Oke, aku akan mencoba menyembuhkan ibu kalian! Tapi setelah ini aku harap kalian jangan mengganggu dunia manusia lagi! Oke!"

"Ngroammm..."

"Ngroammm..."

"Kayaknya mereka paham! Oke, saatnya menjadi pahlawan untuk mereka. Kalian janji ya? Kalau kalian ganggu manusia lagi. Aku akan menolak membantu kalian lagi!"

"Ngroammm..."

Embun tersenyum dan menyentuh perut Ibu Griffin.

"Heal!"

Sinar hijau bersinar terang dari tangan Embun. Para Griffin terdiam melihat bagaimana Embun menyembuhkan Griffin yang tengah diobati itu. Embun menatap wajah Ibu Griffin yang terlihat kesakitan. Dia harus menyembuhkannya dan menyelesaikan misi ini.

"Ayo! Embun!"

🎐🎐🎐

Salam ThunderCalp!🤗

Jangan lupa like, komen, dan share!

See you...

Gue OverPower? ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang