Maura duduk di kantin sendirian sambil melahap batagor. Setahunya Maura Kanaya ini tidak punya teman, anak manja, dan menyukai Noah tetapi ditolak mentah-mentah oleh pria itu. Setelah bunuh dirinya tidak berhasil kemarin, Maura memikirkan cara lain seperti lompat dari atas gedung, menusuk dirinya dengan pisau, atau tenggelam di sungai.
"Noah ganteng banget!"
"Gantengan Kairi tau!"
Gadis-gadis di seberang mejanya berteriak kagum pada sosok yang sedang bermain di basket di depan kantin.
"Tapi Aksara juga ganteng banget!"
"Apalagi Arion, beuhh!"
"Zidan lebih ganteng kok!"
Maura mendengus mendengarnya, wajar saja mereka semua ganteng dan jago main basket, mereka kan pemeran utama. Coba saja di dunianya yang asli, tidak ada yang seganteng di novel. Mereka semua hanya karakter fiksi atau rekaan yang dibuat penulis, Maura tidak mau ikut-ikutan apalagi terbuai dalam dunia ini. Jangan sampai Maura jadi permanen tinggal di dunia ini. Dia masih mau hidup normal dan nyata bukan buatan oleh penulis di dunia ini.
Prangggg!!!!
Jantung Maura berdebar karena kaget saat piring batagornya pecah akibat bola basket. Maura menatap sedih batagornya yang sudah terjatuh di lantai. Bola basket sialan ini mengganggu ketenangannya saja.
"Eh sorry ya," Arion masuk ke kantin lewat jendela di sebelah Maura. Ia mengambil bola basket lalu kembali ke lapangan, meninggalkan Maura yang masih syok dengan batagornya.
'Karakter fiksi sialan!'
=======
Maura berjalan di koridor dengan santai sambil melihat sekeliling, SMA rubby, sekolah milik pemeran utama yaitu Noah Jaxston. Maura bergidik, berarti laki-laki itu sangat berkuasa di sekolah, wajar saja jika dia berani melakukan hal nekat kepada Azura di sekolah. Langkah Maura terhenti saat ada seseorang menghalangi jalannya, ia mendongak dan melihat Arion berdiri di depannya. Sang ketua osis.
"Ini buat ganti batagor tadi." Arion mengulurkan uang dengan nominal lima puluh ribu kepada Maura.
Maura menatap uang itu dan Arion bergantian, harga batagor tadi kan cuma sepuluh ribu. Maura mengambil uang sepuluh ribuan di kantong bajunya dan menukarnya dengan uang lima puluh ribu di tangan Arion, "nih kembaliannya."
"Gak perlu." Arion mengembalikkan uang Maura. "Buat lo semua."
"Serius?" Maura menaikkan satu alisnya menatap Arion. Arion mengangguk. "Yaudah."
Maura mengambil lagi uang yang diberikannya kepada Arion. Lumayan, pulang sekolah nanti dia berencana pergi ke gramedia untuk mencari novel Loving You. Setelah itu Maura berjalan melewati Arion yang menatap Maura penuh arti.
=======
Maura masuk ke dalam kelasnya yang tiba-tiba saja menjadi ramai, langkahnya terhenti saat melihat ada yang menduduki bangkunya. Noah Jaxston. Sedang apa lelaki itu duduk di bangkunya, bukannya dia anak kelas lain? Maura membalikkan badannya berlari keluar kelas sebelum Noah menyadari kehadirannya.
Sial! sial! sial!
Kenapa Noah mau berurusan dengannya? apa karena kejadian kemarin? Maura terus berjalan lalu memasuki perpustakaan sekolah. Maura berjalan ke arah pojokan.
Bugghh!!
Entah kesialan apalagi ini, Maura tersandung sesuatu, tepatnya bukan sesuatu tapi seseorang yang sedang tidur di lantai. Aksara Daniswara.
"Fuck!" Aksara mengumpat lalu bangun dan melirik kearah Maura dengan tajam.
Maura berdiri, "maaf gue beneran gak liat."
Aksara berjalan mendekati Maura dengan tatapannya yang masih tajam, rasanya ingin Maura colok matanya. Padahal kan salah Aksara yang tiduran di lantai, kenapa jadi Maura yang terpojok begini. Maura mundur tetapi terhenti karena di belakangnya terdapat rak buku setinggi dua setengah meter.
Aksara menaruh tangannya di rak buku tepat di sebelah muka Maura. "Maura Kanaya."
Maura meneguk ludahnya gugup mendengar suara berat Aksara yang serak, khas bangun tidur. Badan Aksara semakin menempel padanya, membuat Maura menahan nafas. Aksara terkenal karena sering bolos sekolah dan suka adu jotos, apakah Maura akan dipukulnya sekarang karena mengganggu waktu tidur Aksara?
"Jangan pukul gue." Suara Maura mengecil karena takut pada Aksara, padahal dia sendiri yang kemarin berani ingin mati di tabrak mobil tetapi sekarang malah takut dihajar oleh Aksara.
"Siapa yang mau mukul lo?"
"Terus?"
"Hmm entahla," gumam Aksara. Aksara semakin mendekatkan wajahnya ke wajah Maura. "Gimana kalau yang lain?" Aksara memegang dasi Maura. Maura menggeleng takut, mana keberaniannya kemarin di depan Noah. Aura Aksara sangat menakutkan membuat nyali Maura menciut.
"Mesum sama cowok lain, eh?"
Maura reflek mendorong Aksara saat mendengar suara itu. Suara Noah Jaxston. Kenapa lelaki itu ada disini?
"Kayaknya bukan cuma gue yang pengen lo mesumin," Noah menaikkan salah satu alisnya, melirik Maura. Maura mendengus mendengarnya, emangnya dia cewek apaan?
"Bukan urusan lo!"
Maura pergi meninggalkan Noah dan Aksara berdua di perpustakaan.
"Ada hubungan apa lo sama Maura?" tanya Noah pada Aksara yang sedang membenarkan seragamnya yang acak-acakan. Kenapa seorang kapten basket yang bernama Noah Jaxston ini peduli pada seorang cewek? bukannya selama ini Noah selalu cuek?
"Kenapa? Lo suka sama cewek itu?"
Noah mendengus lalu pergi dari sana, Noah sendiri juga merasa bingung kenapa dia mencari Maura. Padahal kemarin dia masih kesal dengan cewek itu, tetapi Maura yang selalu caper dan centil padanya tiba-tiba berubah dan malah mendekati cowok lain. Noah jadi memikirkan perkataan Zidan yang bilang kalau pesonanya sudah hilang.
To Be Continued
KAMU SEDANG MEMBACA
Dangerous Relationship [END] [TERBIT]
Teen Fiction[PART MASIH LENGKAP!] [Sudah terbit di Teori Kata Publishing] Maura harus menerima nasib kalau dia bertransmigrasi ke dalam novel yang baru saja di bacanya. Bukan pemeran utama maupun pemeran antagonis, tapi seorang gadis yang bahkan namanya tidak p...