Aksara berusaha menulikan telinganya, dia masih menatap Maura. "Lo khawatir?"
"Iyalah! Kalo lo mati gimana?"
Berbanding terbalik dengan wajahnya yang datar, hati Aksara berkata sebaliknya, ritme jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Perasaan senang membuncahnya saat mengetahui Maura mengkhawatirkannya. Aksara menutup matanya dengan tangan kanan.
Seperti katanya siang tadi di UKS, Aksara benar-benar jatuh kepada Maura tanpa bisa mengontrolnya lagi.
Aksara menurunkan tangannya, lalu memegang pundak Maura, "pegang omongan gue, gue bakal menang. Lo pulang ke rumah aja sekarang."
Aksara berjalan menuju parkiran untuk mengambil motor Ducati Panigale V4 miliknya. Saat akan menghidupkan motor, Maura tiba-tiba duduk di belakang motornya. Aksara segera menoleh kebelakang melihat Maura yang memasang wajah datarnya. Aksara merendahkan suaranya, "Maura."
"Terserah kalo lo masih mau pergi. Gue ikut!"
Aksara menghembuskan napasnya perlahan, Callisto dan teman-temannya sudah di depan gerbang, menunggu Aksara menunjukkan tempat yang akan mereka datangi. Aksara melepaskan helmnya, lalu menyerahkannya pada Maura.
"Pakek kalo lo emang mau ikut."
Maura menerima helm itu lalu memakainya. Aksara menarik tangan Maura untuk melingkari tubuhnya. Maura diam tidak menolak, dia sadar jika tidak memeluk lelaki itu, maka tubuhnya akan jatuh. Merasakan tidak ada perlawanan sama sekali, Aksara tanpa sadar menarik ujung bibirnya.
****
Mereka berhenti di depan bangunan konstruksi yang terbengkalai. Aksara turun lalu menginstruksikan agar Callisto dan teman-temannya untuk masuk duluan. Sebelum masuk ke bangunan itu, Callisto tersenyum miring pada Maura yang sudah turun dari motor milik Aksara.
Aksara melepaskan helm dari kepala Maura, lalu meletakkannya di atas motor. "Lo tunggu disini, jangan kemana-mana." Aksara melihat sekeliling lalu mengambil bongkahan kayu tidak jauh dari sana. Aksara memberikannya kepada Maura. "Gunain ini sebaik mungkin."
Maura mengangguk, mengerti maksud dari Aksara. Lagipula Maura juga takut nanti jika ikut masuk ke dalam, dia hanya akan membebani Aksara. Maura tidak pandai berkelahi, hanya ada keberanian yang bisa membuatnya berdiri disini. Setidaknya jika ada sesuatu yang terjadi pada Aksara, Maura bisa meminta pertolongan.
Maura tahu jika dia juga ikut andil dalam perkelahian Callisto dan Aksara. Jadi dia tidak bisa diam saja saat mengetahui bahwa dirinya adalah salah satu alasan perkelahian mereka dimulai. Aksara masuk ke dalam bangunan itu meninggalkan Maura sendirian di samping motor Aksara.
Beberapa menit berlalu dan Maura hanya bisa mendengar teriakan dan suara-suara pukulan dari dalam sana. Ketakutan mulai merayapi Maura. Enam lawan satu bukanlah perkelahian yang adil. Maura memegang erat kayu di tangannya. Apakah Maura harus bertindak sekarang? Maura menggeleng, tidak mungkin dia bisa membantu Aksara dengan kemampuannya.
Tetapi setidaknya dia harus melakukan sesuatu, bukan diam saja seperti pengecut. Maura menarik napas panjang lalu menghembuskannya, walaupun rasa takutnya sangat besar, tetapi kekhawatirannya pada Aksara lebih mendominasi. Maura maju melangkahkan kakinya, tetapi seseorang menahan lengannya.
Mata Maura membesar, wajahnya tiba-tiba saja pucat. Maura berbalik lalu mengayunkan kayu yang dipegangnya. Tetapi ternyata, bukan geng Callisto.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dangerous Relationship [END] [TERBIT]
Teen Fiction[PART MASIH LENGKAP!] [Sudah terbit di Teori Kata Publishing] Maura harus menerima nasib kalau dia bertransmigrasi ke dalam novel yang baru saja di bacanya. Bukan pemeran utama maupun pemeran antagonis, tapi seorang gadis yang bahkan namanya tidak p...