Chapter 35

23.9K 2K 105
                                    

Happy reading <3

Noah berjalan dengan cepat menuju tempat berdirinya Maura, tetapi ia menghentikan langkahnya saat melihat Kairi memeluk Maura sambil menatap dirinya tajam. Noah membalas tatapan Kairi dengan marah, ia mengurungkan niat untuk melanjutkan langkahnya saat melihat Maura bergerak membalas pelukan Kairi.

Raut wajah Noah berubah menjadi datar, tubuhnya mendadak kaku. Perasaan kecewa menyebar dalam dirinya, pernahkah Maura membalas pelukan dirinya seperti yang dilakukan gadis itu sekarang?

Maura memang menyukainya dulu, tetapi perasaan gadis itu berubah dalam sekejap. Gadis itu ibarat sebuah kapal, semakin banyak penumpang di dalamnya, maka akan semakin goyah dan karam.

Noah mengepalkan tangannya erat, membiarkan sesak memenuhi rongga dadanya. Seharusnya memang dari awal ia memegang prinsipnya untuk tidak menaruh harapan pada perempuan manapun, termasuk Maura, karena memang benar tidak ada perempuan yang setia di dunia ini.

Ekspektasinya terlalu tinggi, hingga menimbulkan rasa sakit pada dirinya sendiri. Noah berjalan mundur, lalu berbalik menuju lift dengan rahang yang mengeras. Sekali lagi ia dikecewakan.

⚠️⚠️⚠️

Maura menerima selembar kertas yang diberikan oleh ketua kelas, surat izin orang tua untuk mengikuti acara perkemahan minggu depan, khusus angkatan kelas sebelas. Mereka libur selama seminggu dikarenakan kelas dua belas akan mengadakan ujian nasional.

"Maura lo ikut kan?" tanya Azura dengan mata berbinar. Ia suka sekali mengikuti acara kegiatan seperti ini, apalagi sekarang ia memiliki sahabat.

Maura mengangguk, "gue ikut."

Ia menyimpan kertas itu ke dalam tas lalu keluar kelas bersama Azura menuju kantin. Ini pertama kalinya Maura akan mengikuti acara di luar sekolah, jadi dia menjadi lumayan bersemangat untuk mengikutinya.

Maura hanya berharap tidak ada kejadian seperti mimisan atau pingsan saat ia mengikuti acara perkemahan tersebut.

Maura duduk saat sudah memesan makanannya, ia merasa lapar sekali hari ini karena tidak sarapan pagi tadi.

⚠️⚠️⚠️

Zidan tampak memperhatikan Noah yang bermain basket sedari tadi. Ia berdecak heran karena lelaki itu tidak kelelahan sama sekali. Zidan menenggak air dari botol kemasan miliknya hingga kosong lalu meremasnya.

Raut wajah Noah tampak sangat tidak bersahabat hari ini, lelaki itu memang biasa memasang wajah datar, tetapi hari ini berbeda. Noah kembali lagi menjadi lelaki yang Zidan kenal beberapa bulan yang lalu.

Padahal akhir-akhir ini, Noah sering menampakkan ekspresinya yang lain semenjak lelaki itu menyukai Maura. Sepertinya ada sesuatu yang terjadi.

Zidan melempar botol yang sudah di remasnya tadi ke dalam tempat sampah saat melihat Noah menuju ke arahnya yang sedang duduk di pinggir lapangan. Dahi lelaki itu tampak mengkerut dengan sorot mata tidak ramah.

Noah duduk di sebelah Zidan dengan napas yang terengah, keringat membajiri tubuhnya.

"Lo ikut camping?" tanya Zidan pada Noah yang masih mengatur napasnya.

"Gak," jawabnya singkat. "Gue mau fokus latihan basket buat semifinal nanti."

Zidan berdecak mendengarnya, lelaki itu terlalu mendedikasikan dirinya pada basket. Padahal Noah sempat mengalihkan fokusnya pada basket karena mengejar Maura.

Zidan merasa prihatin pada kehidupan Noah yang sangat datar, tanpa pacaran atau sekedar nongkrong bersama teman. Noah selalu sendirian sedari dulu karena orang lain akan segan untuk berteman dengannya, hanya Zidanlah yang tahan dengan wajah datar lelaki itu.

"Lo gak takut Maura di gebet cowok lain pas camping nanti?" Zidan meneliti perubahan ekspresi Noah. Lelaki itu tampak menggertakkan giginya.

Noah tidak membalas ucapannya, lelaki itu hanya mengepalkan tangannya dengan kuat. "Jadi lo gak tertarik lagi sama Maura? Gimana kalo gue deketin?"

Noah menatap Zidan dengan tajam, matanya berkilat dengan alis yang bertaut. Lelaki itu mencengkram kerah baju Zidan dengan kuat. Ia kesal dengan Zidan, tetapi persekian detik pikirannya berubah, padahal malam tadi ia berusaha keras untuk melenyapkan perasaannya, tetapi kenapa ia sekarang masih marah.

Noah melepaskan cengkeramannya dengan raut wajah yang masih sama. "Terserah."

⚠️⚠️⚠️

Aileen bersedekap dan menyeringai saat melihat seorang lelaki menghampirinya. Ia melirik Celine dan Vanya, berdiri di sebelahnya dan ikut menyipitkan mata saat melihat lelaki tersebut.

"Callisto?" tanya Celine tak percaya. Ia menatap Aileen sambil menggelengkan kepalanya. Celine tahu dengan jelas kalau Callisto merupakan musuh Aksara dan ia tidak ingin ikut campur dengan hal yang berbau Aksara. "Gak ada yang lain?"

"Sstt, it's okay." Aileen bergerak mendekati Callisto yang sedang membuang rokok miliknya ke tanah, lalu menginjaknya. "Gimana tawaran gue?"

Callisto menaikkan sebelah alisnya, "Maura? Gue tau cewek itu, pacarnya Aksara."

Aileen terkekeh, kalau seandainya memang benar Maura berpacaran dengan Aksara, dia tidak perlu repot untuk menyingkirkan gadis itu. Aileen memberikan kantung plastik berwarna hitam pada Callisto.

"Cash, sesuai permintaan lo. Setengahnya kalo lo berhasil," ucap Aileen. Callisto menerimanya dengan seringaian, ia memeriksa isi kantung plastik tersebut. Lembaran uang berwarna merah. "Kalo lo atau anak buah lo ketangkep, bakal gue beli hukum itu asal lo gak sebut nama kita."

Vanya memegang pergelangan tangan Aileen saat Callisto sudah pergi dari hadapan mereka. "Apa yang lo rencanain?"

Celine maju mendekati Aileen yang tampak tenang, "Lo gak buat kita jadi pembunuh kan?"

Aileen menaikkan kedua alisnya, lalu terkekeh. "Gue cuma ngasih pelajaran sama orang yang ngambil hak milik orang lain."

To Be Continued

Kalian gak perlu khawatir ending karena aku pecinta happy ending 🤡

hehe

Ada yang mau kasih saran endingnya gimana?? ><

Dangerous Relationship [END] [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang