Noah menatap kissmark di leher Maura dengan puas. Maura tampak menggeliat lalu membuka matanya saat merasakan gangguan dalam tidurnya.
Maura membelalakkan matanya saat melihat Noah yang begitu dekat padanya. Ia segera berdiri dan mendorong lelaki itu. Maura menutup bibirnya dengan tangan. "Lo nyium gue lagi?"
"Gak tuh." Noah menaikkan sebelah alisnya, ia mengambil bola basket dari tempat penyimpanan bola di dekatnya. "Gue cuma mau main basket."
Setelah itu Noah keluar dengan seringaian, membuat Maura menatap Noah tidak percaya karena gerak-gerik mencurigakan lelaki itu. Maura menyesal karena memilih tidur di ruangan penyimpanan alat olahraga karena berpikir tidak akan ada yang datang kesini selama jam istirahat.
Maura berdiri keluar dari sana, ia segera menuju kelas untuk mengganti seragamnya. Tetapi beberapa murid tampak menatapnya sambil menahan tawa, membuat Maura mengerutkan dahinya bingung.
"Maura!" Azura berteriak sambil setengah berlari menghampiri Maura yang berjalan dengan polosnya tanpa menyadari kemerahan di lehernya. Azura mendekat pada Maura lalu berbisik, "leher lo ada kissmark."
Maura segera menutup lehernya panik. Sial. Noah lagi-lagi melakukannya saat Maura lengah. Azura mengeluarkan handsaplast dari kantongnya, lalu menempelkannya di leher Maura.
Maura berterima kasih pada Azura. Pantas saja semua murid di koridor menatapnya jenaka. Untungnya Maura baru setengah jalan menuju kelasnya.
Maura memegangi lehernya yang di plester. Dia masih belum terbiasa dengan sifat agresif para lelaki di dunia ini karena Maura bukanlah Azura yang memang diciptakan untuk menjadi protagonis dengan sifat berani dan kehidupan sempurnanya. Sedangkan, Maura hanya seorang gadis biasa dari dunia asli yang tiba-tiba masuk ke dalam novel tanpa persiapan apapun.
Jika dipikir dengan menggunakan akal, mungkin Maura termasuk hebat bisa bertahan sampai saat ini tanpa menjadi gila atau depresi saat mengetahui tiba-tiba berada di dunia lain tanpa satu orangpun yang dikenalnya.
******
Maura menatap Noah kesal, lelaki itu sedang bermain basket di lapangan, sedangkan dirinya berada di kantin bersama Azura. Sudah beberapa kali hal ini terjadi saat di luar pengawasannya. Mulai saat ini Maura akan berhenti tertidur selain di rumah.
"Lo tau gak, Maura? Katanya hari ini Aksara pakek motor beat."
Maura hampir tersedak saat mendengar ucapan Azura. Ia tidak bisa membayangkan tubuh tinggi Aksara menaiki motor kecil seperti itu ditambah dengan helm fullface. Sangat tidak cocok.
Sepertinya, motor ducati lelaki itu telah menjadi jaminan saat kalah melawan Joker kemarin. Tetapi bukankah Aksara adalah orang yang kaya? Kenapa lelaki itu tidak membawa mobil atau motornya yang lain?
Seseorang yang sedang mereka bicarakan datang dan duduk di samping Maura. Aksara mengangkat alisnya penasaran dengan pembicaraan Maura dan Azura. "Lagi ngomongin apa?"
"Katanya lo bawa beat," ujar Azura. Aksara menganggukan kepalanya bahwa dia memang membawa motor itu, tapi di mana letak anehnya dia membawa motor itu?
"Motor temen gue. Gue belom pulang ke rumah lima hari." Aksara berucap dengan santainya lalu mengerutkan dahinya saat melihat plester di leher Maura. Ia menyentuh plester itu. "Luka?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dangerous Relationship [END] [TERBIT]
Teen Fiction[PART MASIH LENGKAP!] [Sudah terbit di Teori Kata Publishing] Maura harus menerima nasib kalau dia bertransmigrasi ke dalam novel yang baru saja di bacanya. Bukan pemeran utama maupun pemeran antagonis, tapi seorang gadis yang bahkan namanya tidak p...