Maura benar-benar merasa tidak beres dengan alur novel ini, tapi tunggu dulu, ini kan baru chapter satu dan mungkin saja alurnya akan kembali seperti semula. Maura meyakinkan hatinya bahwa novel ini akan berjalan semestinya dan Maura akan kembali ke tempat asalnya. Maura memakan bakso dihadapannya, sementara Azura di sebelahnya hanya memakan cupcake.
"Azura?"
Azura dan Maura menolehkan kepalanya melihat Arion yang duduk di depan mereka. "Siapa?" tanya Azura.
"Gue Arion. Ketua osis. Lo sering ikut olimpiade kan?" tanya Arion. Azura mengangguk. "Kumpulin semua sertif olim atau lomba yang lain ke gue ya besok, atau fotocopy-annya aja."
"Ooh oke," ujar Azura sambil melanjutkan makan cupcakenya, tanpa merasa terpesona sama sekali melihat muka ganteng Arion.
Maura hanya melirik sekilas, berusaha tidak terlihat sama sekali, ia melanjutkan makan baksonyo tanpa peduli pada percakapan Arion dan Azura. Dua orang pintar dan cakep. Sepertinya penulis novel ini terlalu berlebihan membuat karakternya. Sementara Maura dapat hikmahnya saja.
"Kata Bu Yola, nilai matematika lo dapet 40."
uuhhuk uhuk
Maura segera meminum minumannya saat mendengar ucapan Arion. Memalukan! Maura melirik Arion dan cowok itu malah menyeringai seolah mengejeknya. Maura Anindya maupun Maura Kanaya sama-sama tidak pandai dalam pelajaran.
"Gue disuruh minjemin catatan gue, nanti ambil aja di ruangan osis pulang sekolah."
"Oh oke, thanks." Maura menunduk melanjutkan makannya. Pipinya merah sampai ke telinga karena malu nilainya ketahuan. Seharusnya dia tidak perlu malu, ini kan bukan tubuh aslinya, tetapi tetap saja Maura malu.
=======
"Maura. Gue temenin ya?" tanya Azura yang sudah selesai merapikan tasnya.
Maura menggelengkan kepalanya, "Gak usah, gapapa."
Maura merasa Azura sangat ingin berteman dengannya, padahal dalam novel Azura tidak mempunyai teman, tetapi kenapa Maura harus menjadi teman Azura sekarang? Maura hanya ingin berjalan sesuai alur novel, jadi dia harus menjauhi Azura juga.
Azura menatapnya sedih, "oke deh." Azura berjalan keluar kelas dengan lesu, membuat Maura tidak tega melihatnya.
Maura menggeleng, tidak ada yang perlu dikasihani disini, hanya dirinya yang harus dikasihani karena terjebak bersama karakter fiksi.
Maura berjalan ke arah ruang osis yang berada paling kanan ujung gedung kelas sebelas. Maura menghembuskan nafasnya, bahkan di dunia fiksi pun, Maura harus tetap belajar. Setidaknya, beri Maura kecerdasan setara Arion saja, maka hidup Maura akan lebih ringan sedikit. Kalau begini sih sama saja kehidupannya sekarang dengan yang lama.
Bug!
Maura yang sedang melamun dikagetkan dengan kaki yang menahannya ke dinding. Maura mengangkat kepalanya karena yang mempunyai kaki tersebut lebih tinggi darinya. Noah! Maura kesal sekali melihat wajah Noah, padahal dia sudah menghindari Noah seharian tetapi malah cowok itu yang datang sendiri kepadanya. Maura bergeser ke kiri berusaha tidak peduli pada Noah tetapi Noah malah memegang pinggangnya.
"Eh apaan sih?!" Maura berusaha melepaskan tangan Noah dari pinggangnya tetapi percuma karena tenaga Noah lebih besar. "Lepasin!"
"Gue penasaran–," Noah menarik Maura mendekat. "Ken–,"
"Lo kalo penasaran, biasa aja kuda! gak usah meluk-meluk! modus lu."
Bukannya marah, Noah malah terkekeh membuat Maura bergidik ngeri. Sepertinya Noah salah makan sampai keracunan makanan, makanya sampai lupa kalau dia membenci Maura karena Maura 'pernah' menyukainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dangerous Relationship [END] [TERBIT]
Teen Fiction[PART MASIH LENGKAP!] [Sudah terbit di Teori Kata Publishing] Maura harus menerima nasib kalau dia bertransmigrasi ke dalam novel yang baru saja di bacanya. Bukan pemeran utama maupun pemeran antagonis, tapi seorang gadis yang bahkan namanya tidak p...