Chapter 44

19.8K 1.8K 77
                                    

Maura hanya duduk diam selama lima belas menit. Ia berusaha untuk merenggangkan badannya agar tidak kaku. Tubuhnya sudah merasa baik dan tidak lemas lagi.

Baju yang dipakainya berganti menjadi baju kaos milik Kairi dan ia tidak tahu siapa yang menggantikannya.

Siapa lagi kalau bukan Kairi?

Maura menutupi wajahnya dengan kedua tangan karena malu. Sampai mana lelaki itu melihat tubuhnya?

"Ayo makan dulu." Kairi muncul dari pintu kamar.

Maura mengangkat wajahnya dan melihat Kairi yang bersifat seperti biasanya. Sepertinya hanya dirinya yang malu di sini. Apalagi tadi Kairi mengalirkan air minum dari mulut lelaki itu dan Maura baru menyadari betapa memalukannya hal itu.

Maura berdiri dan berjalan keluar kamar menuju meja makan. Ia melirik jam yang menunjukkan pukul setengah dua malam lalu melihat nasi goreng di atas meja.

Maura duduk dan menatap nasi goreng itu. "Lo gak makan?"

"Gue udah," ucap Kairi. Lelaki itu menopang dagunya menatap Maura.

"Ini lo yang buat?"

Kairi menggeleng, "tadi gue delivery."

Maura mengangguk-anggukan kepalanya, ia berniat untuk makan tetapi diurungkannya saat menyadari sesuatu yang kurang.

"Ada telur gak?"

"Ada. Mau gue buatin?"

"Gak usah. Gue aja."

Maura berdiri dan berjalan menuju dapur, mengambil teflon lalu menuangkan minyak di atasnya.

Kairi mengikuti Maura, ia mendekati gadis itu, berdiri di belakangnya. Memperhatikan Maura yang memecahkan telur di atas teflon.

Kairi melirik baju kaos berwarna putih yang tampak kebesaran dan celana pendek miliknya yang dipakai Maura. Rambut gadis itu di cepol asal hingga Kairi bisa melihat tengkuk mulus Maura yang terhalang beberapa helai rambut.

Kairi memasukkan kedua tangannya ke dalam kantong celana lalu menaruh dagunya di atas pundak Maura, membuat gadis itu tersentak kaget.

"Kairi?"

"Hm?"

Maura hanya menghembuskan napasnya lalu mematikan kompor. Ia meletakkan telur mata sapi setengah matang ke atas piring yang sudah disiapkannya tadi.

Maura ingin berjalan menuju meja makan tetapi kepala Kairi masih berada di pundaknya.

"Kairi udah selesai." Maura mundur selangkah membuat lelaki itu juga mundur selangkah tanpa melepaskan dagunya di pundak Maura. "Kairi?"

"Hm?"

Suara Kairi terdengar serak, lelaki itu malah menghirup lekukan lehernya hingga Maura merasa geli dan merinding.

Bukankah ini agak berbahaya?

"Gue makan dulu," ucap Maura. Ia memaksakan melangkahkan kakinya tanpa memperdulikan Kairi yang ternyata masih tidak melepaskan dagunya.

Maura berhenti di depan meja makan, meletakkan piringnya. Ia ingin membalikkan badannya agar Kairi menjauh darinya, tetapi tangan lelaki itu malah melingkari pinggangnya dengan erat.

Maura menahan napasnya sejenak karena merasakan Kairi semakin menenggelamkan wajah di lekukan lehernya.

Apartemen lelaki itu sepi dan hanya ada mereka berdua membuat Maura meneguk ludahnya. Dia ingat dengan jelas bahwa novel ini bukan novel dewasa. Tetapi kenapa lelaki itu sangat intim memeluknya, membuat pikiran positif Maura menghilang.

Dangerous Relationship [END] [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang