Chapter 14

48.8K 3.9K 51
                                    

Maura menjadi tidak fokus saat menonton pertandingan basket karena para penggemar Noah yang terlihat curi-curi pandang padanya. Seorang cewek bernama Tsabina dan satu temannya terlihat menghampiri Maura. Wajahnya cantik dengan campuran khas Arab. Tsabina melirik Maura dari atas ke bawah, terlihat menilai.

"Lo pacar Noah?"

Maura menggeleng cepat, dia harus segera meluruskan kesalahpahaman ini atau ia akan menjadi sasaran para penggemar lelaki itu. "Kita cuma temen. Temen deket."

Tatapan yang tadinya mencurigai Maura berubah menjadi berbinar penasaran. "Oh ya?"

Maura mengangguk yakin, "dia cuma nitip wristband karena tangannya lagi gatel-gatel."

Tsabina dan temannya terlihat mengangguk, percaya pada Maura tanpa curiga sedikitpun. Maura meringis dalam hatinya karena kebohongannya, tetapi tidak sepenuhnya bohong karena dia dan Noah memang dekat sampai pernah berciuman. Maura menggeleng, dia harus melupakan ciuman itu dan dia harus memastikan tidak akan ada ciuman lainnya lagi. Tidak ada teman yang saling berciuman.

"Kalo gitu boleh dong kita nanya-nanya tentang Noah sama lo?" Temannya Tsabina bertanya dengan antusias.

Maura mengangguk pasrah, dia harus bersikap seolah-olah Noah tidak mendekatinya. Dia tidak ingin dibully disini. Maura hanya ingin hidup tenang dan tentram.

"Kalo gitu gue aja yang ngasih wristband nya nanti, gimana?" Tsabina tersenyum pada Maura, mengulurkan tangannya, berharap agar Maura mau memberikannya.

Maura menelan ludahnya, dia bimbang. Apakah jika Maura memberikannya pada Tsabina, Noah akan marah? Jawabannya sudah pasti tentu saja Noah akan marah. Tetapi jika Maura menolak, Tsabina akan mencurigainya lalu mengerahkan pasukannya untuk mem-bully Maura. Maura harus memilih dengan bijak, mana yang lebih baik? Amukan Noah atau para penggemarnya? Maura memilih opsi pertama.

"Tapi langsung dibalikkin ya." Maura terpaksa memberikan wristband milik Noah kepada Tsabina. Senyum Tsabina merekah, ini kesempatan besar untuknya dekat dengan Noah.

"Makasih —?"

"Maura."

"Makasih Maura."

Setelah mengucapkan itu, Tsabina pergi bersama temannya tadi. Maura tidak peduli lagi, terserah Noah akan memarahinya bagaimana. Maura sudah mengatakannya kemarin bahwa Maura tidak menyukai lelaki itu. Maura kembali fokus pada perlombaan final basket.

Gesekan sepatu para pemain di lapangan menunjukkan bahwa pertandingan semakin sengit. Para penonton semakin heboh, skor kelas Noah lebih unggul sedikit. Maura mengakui kalau permainan Noah sangat baik. Cara Noah men-dribble hingga memasukkan bola ke dalam ring terlihat sangat memukau, wajar saja jika dia terpilih menjadi kapten basket dan sering mengikuti lomba basket antar sekolah.

Suasana semakin memanas, ditambah komentator yang terdengar sangat menggebu-gebu. Hingga menit terakhir, Noah berhasil mendapatkan three point. Peluit berbunyi tanda pertandingan selesai. Kelas Noah menang, para penonton berteriak heboh melihat skor yang sangat jauh.

Maura masih duduk di tempatnya, semua penonton berteriak heboh kecuali dirinya yang masih memikirkan nasib wristband yang sudah jatuh ke tangan Tsabina. Maura hanya berdoa dalam hati semoga Noah tidak memarahinya karena melepaskan tanggung jawab.

"Maura?" Azura bertanya pada Maura yang terlihat sibuk dengan pikirannya sendiri. "Kalo lo kepikiran kenapa dikasih?"

Maura mengerjap beberapa kali, "gu–gue gak kepikiran sama sekali kok."

Azura diam tidak bertanya lagi. Maura bohong, dia kepikiran sekarang, pasti Noah sedang menunggu Maura untuk mengembalikannya.

Para penggemar Noah terlihat berlari memasuki lapangan hanya untuk sekedar mengambil foto Noah atau mengucapkan selamat. Walaupun tatapannya datar, Maura tahu Noah terlihat senang dari mata lelaki itu yang berbinar berbeda dari biasanya.

Dangerous Relationship [END] [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang