Noah terbangun dari tidurnya, matanya terasa sangat berat dan bengkak. Ia bangun dari sofa lalu melirik Maura yang masih tidur dengan posisi duduk di lantai dan kepala menelungkup di sofa tempat Noah tertidur.
Hati Noah menghangat saat tahu Maura datang padanya dengan sendiri dan memeluknya tanpa ia minta. Noah bingung karena Maura terkadang terasa dekat, kadang kala gadis itu terasa jauh bahkan mendorongnya pergi.
Tatapan Maura juga kadang melukainya karena gadis itu melihatnya seperti seseorang yang tidak bisa digapai dan tidak nyata. Yang Noah tahu, Maura masih menyimpan banyak rahasia di dalamnya. Noah akan menunggu hari dimana Maura akan membuka dirinya pada Noah.
Noah berdiri lalu meletakkan tangannya di lutut dan punggung gadis itu. Noah mengangkat Maura dengan pelan menuju kamarnya, menaruhnya di atas kasur. Sedangkan dirinya berbaring di sebelah Maura sambil menatap gadis ynag masih terlelap itu.
Noah menatap Maura lama, memperhatikan detail dari wajah Maura. Noah menyingkirkan helaian rambut yang menutupi wajah Maura ke belakang telinga. Maura tampak berkerut dalam tidurnya.
Noah sangat menyukai tiap wajah dan ekspresi gadis itu. Alis, mata, hidung, hingga bibir Maura membuatnya sangat ingin mengecup tiap inchi gadis itu. Tetapi Noah menahannya karena tidak ingin mengganggu tidur gadis itu.
Noah mendekat, memeluk pinggang Maura. Ia menghirup dalam-dalam seakan tidak ingin melupakan bagaimana aroma gadis yang sudah mengisi hatinya itu.
******
Maura tersentak kaget, ia bangun dari tidurnya karena merasakan jatuh dari ketinggian di dalam mimpinya. Maura mengerjapkan matanya beberapa kali. Tubuhnya terasa kaku tidak bisa digerakkan. Maura terbelalak saat melihat Noah tidur dengan memeluk pinggangnya.
Seingatnya dia duduk di ruang depan televisi, bukan di kamar Noah yang bernuansa putih gading ini. Maura menyingkirkan tangan Noah lalu bangun dari tidurnya dengan cepat. Ia melirik jam dinding yang sudah menunjukkan pukul sembilan malam.
Maura menggerutu dalam hati karena Noah lagi-lagi mencari kesempatan dalam kesempitan. Seharusnya lelaki itu membangunkannya dan menyuruhnya pulang, bukannya malah membiarkannya tidur di ranjang empuk milik lelaki itu.
Badan Maura terhuyung saat merasakan tarikan di tangannya. Maura jatuh ke kasur lagi dengan Noah yang memeluk pinggangnya dengan erat.
"Noah! Lepasin!" Maura memberontak, berusaha melepaskan pelukan Noah.
Noah melepaskannya. Maura segera berdiri lalu menatap Noah kesal. Noah terkekeh tanpa memasang raut wajah penyesalan. Maura memperhatikan mata Noah yang dikelilingi kemerahan. Maura menghembuskan napas, berusaha menahan umpatan yang akan dikeluarkannya pada Noah.
"Gue pulang." Maura keluar lalu mengambil tasnya yang berada di atas meja. "Lo masih butuh istirahat, jadi gue pulang sendiri aja."
Noah keluar dari kamar lalu menyenderkan tubuhnya di samping pintu sambil bersedekap dada. Rambutnya tampak acak-acakan khas bangun tidur. Noah menggeleng tanda tidak setuju dengan ucapan Maura.
"Gue anter. Gue takut lo ketemu ketua osis mesum itu."
Maura memutar kedua matanya mendengar ucapan Noah, padahal Noah sama mesumnya dengan Arion, dia bahkan dengan beraninya mencium Maura yang sedang tidur di mobil dan hari ini malah memeluk Maura di atas ranjang lelaki itu.
******
Noah duduk di bawah pohon pinggir lapangan basket. Ia memutuskan untuk tidak bermain basket hari ini karena masih tidak bisa fokus akibat kematian Ibunya kemarin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dangerous Relationship [END] [TERBIT]
Teen Fiction[PART MASIH LENGKAP!] [Sudah terbit di Teori Kata Publishing] Maura harus menerima nasib kalau dia bertransmigrasi ke dalam novel yang baru saja di bacanya. Bukan pemeran utama maupun pemeran antagonis, tapi seorang gadis yang bahkan namanya tidak p...