"Lo Maura Anindya, bukan Maura Kanaya."
Mata mereka bertemu dalam satu momen penuh keheningan dan dunia seakan-akan berhenti berputar. Tatapan Noah, begitu dalam dan intens, menciptakan jembatan tak terlihat antara dua jiwa.
Noah tahu hal itu sejak Maura pingsan dalam waktu yang lama di apartemennya. Ada sesuatu yang terjadi pada gadis itu dan ia sangat penasaran.
Kairi yang tidak pernah ikut campur dalam urusannya, tiba-tiba menjadi begitu dekat dengan Maura seolah mereka sudah saling mengenal sedari dulu. Tetapi Noah tahu bahwa Maura dan Kairi tidak pernah saling bertukar sapa sebelumnya.
Perubahan mereka terlalu cepat untuk masuk di akalnya. Kairi sudah merebut Ibunya, apakah kali ini Maura juga akan direbut oleh lelaki itu?
Semua situasi sangat mendadak dan menciptakan rasa penasaran yang mendalam di benaknya dan juga merasakan keinginan untuk menyelami lebih jauh, mencari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang menghantuinya.
Malam itu Noah membuka tas milik Maura dan melihat buku berwarna pink yang tampak mencolok di antara buku lainnya. Ia mengambilnya dan mulai membaca kata demi kata yang dituliskan gadis itu.
Semua tanpa terkecuali.
Ketika Noah menyadari kebenaran yang selama ini tersembunyi, matanya menunjukkan campuran emosi yang tak terlukiskan. Awalnya, ekspresi wajahnya mencerminkan rasa bingung, seolah-olah memerlukan waktu untuk meresapi fakta yang baru dihadapinya.
Setiap detik, wajahnya menyiratkan kekecewaan karena rahasia yang terjaga begitu lama tanpa ia ketahui. Bahkan Kairi, Aksara, dan Zidan lebih mengetahui tentang Maura daripada dirinya.
Jadi gadis itu bukan Maura Kanaya yang menyukainya, pantas saja perasaan gadis itu berubah dalam sekejap mata seperti menjadi orang lain, karena jiwa mereka memang berbeda.
Dan yang Noah cintai adalah Maura Anindya.
Maura akan kembali ke dunia aslinya dan seharusnya tidak ada alasan lagi baginya untuk meneruskan perasaan ini. Tetapi tidak bisa. Noah benar-benar tidak bisa menjauh dari Maura.
Ia pernah mencobanya dan ia hampir gila karena merindukan Maura.
"Lo tau darimana? Zidan?" tanya Maura dengan kebingungan yang masih merayapi.
Noah menggeleng lalu menghela napasnya, "gak penting gue tau darimana. Tapi yang pasti, i love your soul, not your body."
Maura mengatupkan bibirnya dengan rapat, rasa haru mengelilinginya karena ucapan Noah barusan. Lelaki itu mencintai dirinya sebagai Maura Anindya, bukan sebagai Maura Kanaya.
"Itu artinya lo tau kalau gue bakal kembali?" Noah diam tidak menjawab karena ia membenci fakta itu. "Stop loving me, it's useless."
"Perasaan gue biar gue yang urus, jangan bilang gak ada gunanya."
"Lo gak bakal ingat apapun nanti, perasaan lo ke gue juga bakalan cuma jadi mimpi di musim panas."
Noah mengabaikan ucapan Maura lalu menatap lekat gadis itu, "i love you."
"I'm sorry, but—"
Noah memotong ucapan Maura dengan meletakkan jari telunjuknya di depan bibir gadis itu.
"Sstt...Gue gak minta jawaban atau balesan dari lo. Cukup lo tau, dan kalau seandainya lo ketemu lagi sama gue dalam posisi gue gak ingat apapun, tolong kasih tau gue dan jadiin gue orang pertama yang tau."
Maura menatap Noah tepat di mata lelaki itu dan melihat campuran emosi di dalam sana. Ia hanya menunduk tanpa membalas ucapan lelaki itu.
⚠️⚠️⚠️
KAMU SEDANG MEMBACA
Dangerous Relationship [END] [TERBIT]
Teen Fiction[PART MASIH LENGKAP!] [Sudah terbit di Teori Kata Publishing] Maura harus menerima nasib kalau dia bertransmigrasi ke dalam novel yang baru saja di bacanya. Bukan pemeran utama maupun pemeran antagonis, tapi seorang gadis yang bahkan namanya tidak p...