Aksara mengerutkan dahinya mendengar ucapan Austin. Ia menatap Austin dari atas sampai bawah. Jika dilihat secara langsung, wajah Austin adalah tipe anak penurut dan anak baik-baik.
"Gue serius," ucap Aksara.
"Gue juga serius."
Maura menyentuh lengan Aksara hingga lelaki itu menoleh pada Maura.
"Dia memang Joker." Maura berbisik pada Aksara yang masih tidak percaya. Tetapi Aksara bisa melihat dari ekpresi Maura yang seperti tahu lebih dulu bahwa Austin memang Joker.
"Lo tau?"
Maura mengangguk pelan, merasa tidak enak menyembunyikan kebenaran ini pada Aksara.
Austin berdeham, menyela obrolan Aksara dan Maura. "Jadi kenapa kalian nyari gue?"
Maura menatap Austin, lelaki itu sangat berbeda. Auranya sangat menakutkan, berbeda saat dia bersama dengan Azura. Alis tebal Austin menaut tajam.
"Bantu kita. Lo ketua di sini kan? Lo tau geng black moon?" tanya Aksara. Ia memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana.
"Gak ada ketua di sini, posisi kami semua sama. Ada urusan apa kalian sama geng itu?" Austin menaikkan sebelah alisnya, merasa heran kenapa Maura dan Aksara bertanya tentang geng tersebut.
"Mereka ngejar Maura."
Austin menatap Maura dengan lekat, bukannya ia tidak percaya tetapi black moon termasuk geng besar yang tidak mungkin mencari masalah tanpa sebab.
"Lo tau kan mereka kelompok berbahaya, gak mungkin mereka bertindak tanpa uang. Emang ada alasan mereka ngejar Maura?"
Maura membalas tatapan Austin. Lelaki itu benar, memangnya apa alasan mereka mengejarnya? Maura mencoba memutar otaknya, mengingat siapa saja yang mungkin bermasalah dengannya.
Kemungkinan terbesarnya, Aileen, Celine, dan Vanya. Tetapi dalam novelnya, gadis-gadis itu hanya sekedar membully protagonis di lingkungan sekolah. Tindakan mereka tidak separah ini apalagi sampai mengeluarkan uang untuk menyuruh seseorang mencelakakannya.
Tetapi Maura yakin, ini adalah tindakan salah satu dari mereka atau bisa jadi ketiganya.
"Tapi kami mau minta bantuan kak Austin dan yang lainnya untuk balas dendam."
"Kami bukan geng anarkis." Austin mengusap dagunya sendiri mencoba berpikir. "Tapi gue ada cara lain kalo kalian mau balas dendam."
Austin melihat Maura dan Aksara bergantian, keduanya tampak mengerutkan dahi bingung tetapi akhirnya mengangguk setuju.
⚠️⚠️⚠️
Maura berdiri dari meja belajar, menuju pintu balkon kamarnya. Ia melirik langit malam yang hanya di hiasi bulan tanpa bintang, tampak terlihat kesepian.
Maura menutup pintu namun seseorang menahan pintu tersebut membuatnya terbelalak kaget dan ingin berteriak, tetapi ia mengurungkannya saat melihat wajah Noah di depan pintu balkon kamarnya.
"Noah?! Gimana caranya lo naik?" tanya Maura panik. Ia melirik ke belakang lelaki itu.
Ternyata kegilaan seorang Noah masih ada. Maura pikir karena Azura tidak lagi menjadi pemeran utama, lelaki itu akan bersikap waras, tetapi nyatanya tidak karena dengan gilanya lelaki itu masuk ke dalam kamarnya yang berada di lantai dua.
"Naik pohon."
"Kenapa gak lewat depan aja sih? kalo ketauan nyokap sama bokap gue gimana ini?"
Maura ingin mengusir Noah, tetapi lelaki itu malah dengan seenaknya menerobos masuk ke dalam kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dangerous Relationship [END] [TERBIT]
Teen Fiction[PART MASIH LENGKAP!] [Sudah terbit di Teori Kata Publishing] Maura harus menerima nasib kalau dia bertransmigrasi ke dalam novel yang baru saja di bacanya. Bukan pemeran utama maupun pemeran antagonis, tapi seorang gadis yang bahkan namanya tidak p...