Chapter 37

21.7K 1.9K 40
                                    

Aksara menenggelamkan wajahnya di lekukan leher Maura, ia menghirup dalam-dalam aroma gadis itu. Pelukannya mengerat, sementara gerakan berontak dari Maura terasa menghilang.

Aksara bisa merasakan panas di tubuhnya bertambah karena sentuhan dan pelukan intim mereka berdua. Ia bisa merasakan detakan jantungnya yang berdebar hebat di dada yang menempel pada punggung kecil milik Maura. Ia yakin gadis itu dapat merasakannya.

Ia ingin gadis itu tahu apa yang dirasakannya saat ini. Ia tidak pernah merasakan perasaan seperti ini, jatuh cinta, karena baginya perasaan cinta pada seorang gadis hanya menjadikannya lelaki lemah.

Aksara tidak ingin memiliki kelemahan, saat seseorang mengetahui itu, mereka akan menyerang titik lemah itu. Tetapi ia bertemu dengan Maura di antara banyaknya orang, waktu seakan berhenti saat ia menatap gadis itu.

Semudah itu, dia jatuh cinta.

Dia menemukan Maura, gadis yang membuat jantungnya berdetak dua kali lebih keras. Kenyataan bahwa Maura bisa menghilang dari hadapannya membuat ia terus memikirkan gadis itu tanpa henti.

Maura seperti halusinasi, nyata namun terasa seperti fatamorgana.

Aksara menggerakkan tangan sebelahnya, melewati bawah leher gadis itu, melingkari bagian dada hingga lengan Maura. Sementara tangan satunya masih mendekap pinggang Maura dengan erat.

Rasa pusing di kepalanya perlahan memudar digantikan dengan rasa nyaman yang mengitarinya.

"Aksara? Lepasin gue." Maura memegang tangan Aksara, berusaha melepaskannya tetapi tenaga lelaki itu lebih kuat darinya.

"To lose you is my worst fear," ucap Aksara serak, suara lelaki itu tepat berada di telinga Maura. "Sebenarnya yang cuma fantasi itu gue atau lo? Gimana caranya biar gue jadi nyata sama kayak lo?"

"Lo juga nyata, cuma kita aja yang beda dunia."

"Kalo gitu jadiin gue bagian dari dunia lo juga." Pelukan Aksara mengerat, ia tidak siap kehilangan Maura. Tubuhnya benar-benar menempel seutuhnya di belakang tubuh gadis itu.

Maura diam beberapa detik sebelum menghela napas. "Kalo gue hilangpun, dunia akan tetap berjalan dan lo gak bakal ingat sama gue, jadi jangan mau rugi lebih banyak cuma gara-gara gue yang bakal lo lupain nanti."

Ucapan Maura menyakitinya, ia tidak bisa menerima kenyataan kalau ia akan melupakan gadis itu nanti.

"Bagaimana dengan lo? Apa lo bakal inget gue nanti?"

"Gue gak akan pernah lupa. Sesingkat apapun kisahnya, melupakan bukanlah hal yang mudah."

Aksara melepas pelukannya dan membalikkan tubuh Maura agar menghadap dirinya. Ia menatap Maura, air mata sudah menggenang di kedua mata gadis itu, bersiap tumpah kapan saja.

Ternyata gadis itu sama takut dan sakitnya akan situasi ini. Pasti sangat sakit ketika sudah nyaman tetapi dipaksa pergi diluar kehendak.

Aksara bergerak ke atas tubuh Maura dengan kedua tangan menopang di sisi kepala gadis itu. Suara gadis itu hingga wajahnya, tolong jangan biarkan Aksara melupakannya. Bila suatu saat Maura pergi, biarkan dia juga ikut dengan gadis itu.

"I love you and it's killing me."

Setelah itu, Aksara mendekatkan wajahnya pada Maura, mengecup bibir merah muda gadis itu. Maura memejamkan kedua matanya hingga air mata yang tadinya menggenang, perlahan luruh dari kedua ujung mata gadis itu.

Bayangan saat ia akan kembali ke dunia nyata menghantuinya. Rumah yang terasa seperti neraka dan sekolah yang tidak lebih mengerikan dari penjara adalah hal yang paling dibencinya. Biarkan Maura egois kali ini dengan menginginkan kehidupan saat ini.

Dangerous Relationship [END] [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang