Chapter 23

34.5K 3.1K 116
                                    

Siapa yang oleng karena Kairi? Padahal baru muncul sebentar 🤧

Happy reading!

******

Kairi jatuh cinta pada Maura Kanaya di setiap versi gadis itu.

Kairi menghembuskan napasnya melihat Maura yang menangis, "kenapa jadi lo yang nangis?"

Kairi mendekat lalu mendekap erat Maura yang sedang terisak, berusaha menenangkan gadis itu.

Maura membiarkan Kairi memeluknya hingga tangisannya mereda. Maura ingin bertanya apa yang dirasakan Kairi selama ini, bagaimana lelaki itu bisa menahannya sampai sekarang.

"Apa lo udah nyerah?" tanya Maura. Suaranya serak, ia masih sesegukan.

"Sekarang atau di masa depan, perasaan gue akan tetap sama." Kairi meletakkan jemarinya di sela rambut Maura, masih mendekapnya dengan erat. Maura tidak pernah tahu bahwa Kairi selalu memperhatikannya selama ini.

******

Noah menunggu di dalam mobilnya yang terparkir tidak jauh dari rumah Maura. Maura tidak menjawab teleponnya sejak pulang sekolah tadi. Ia khawatir apa terjadi sesuatu pada gadis itu.

Tetapi kekhawatirannya percuma karena setelah itu Maura keluar dari mobil seseorang. Mata gadis itu terlihat sembab dan merah. Noah mencengkram setir mobilnya dengan kuat saat melihat Kairi keluar dari bangku pengemudi. Terjadi sesuatu yang tidak Noah ketahui.

Pembuluh darahnya berdenyut hingga lehernya memerah, ditambah rasa sesak yang muncul membuat Noah kecewa karena lebih dari siapapun di dunia ini, Kairi adalah sosok yang sangat tidak disukainya. Tidak pernah sekalipun Noah memikirkan kemungkinan Maura bersama dengan Kairi.

Noah melirik Maura yang sudah memasuki rumahnya dan Kairi yang sudah mengendarai mobilnya pergi dari rumah Maura. Noah mengambil ponselnya lalu menelepon Maura. Maura mengangkatnya.

"Noah?"

"Lo darimana aja pulang sekolah tadi?"

Jeda beberapa detik sebelum Maura kembali berbicara, "gue di rumah dari tadi."

Noah mengatupkan rahangnya dengan keras, cengkeraman di setirnya bertambah kuat. Maura membohonginya.

Terlalu banyak lelaki di sekitar Maura, sedangkan Noah sangat tidak suka berbagi. Tanda di leher gadis itu tidak cukup untuk membuat Maura menjadi miliknya. Noah merasa jika ia lengah sedikit saja, gadis itu akan menghilang dari pandangannya.

Noah memutuskan panggilan sepihak, lalu pergi dari rumah Maura.

******

Zidan masih tidak bisa fokus hari ini, permainan basketnya semakin buruk dari yang kemarin. Ia menuju belakang sekolah untuk meluapkan emosinya. Ia menendang bekas kaleng minuman dengan asal.

"Awww! Zidan!" Maura mengelus kepalanya yang terkena kaleng minuman yang ditendang Zidan. Gadis itu menatap Zidan kesal karena sembarangan menendang sampah.

Zidan melirik Maura yang masih mengelus kepalanya, Maura baru saja membuang kantong sampah di dekat sana. Zidan masih tidak bisa mengontrol ekpresinya, sudah beberapa hari ini senyuman di wajahnya hilang. Sementara Maura mengerutkan dahinya bingung melihat Zidan yang tampak kalut.

Hanya ada di satu situasi saat Zidan begini, yaitu saat Zidan putus cinta. Maura mengingat jelas adegan ini seperti di novel. Maura mendekati Zidan yang wajahnya terlihat kusut.

"Lo gak papa?" tanya Maura. Gadis itu bertanya tentang perasaan Zidan bukan secara fisik lelaki itu.

Zidan menaikkan alisnya, gerak-gerik lelaki itu tampak tidak seperti biasanya. "Kenapa? Lo mau nyenengin gue?"

"Lo keliatan banya–,"

Zidan menarik tangan Maura dan mendekatkan tubuhnya pada gadis itu. "Kalo gitu buat gue senang sekarang."

Zidan mendekatkan wajahnya pada Maura hendak mencium gadis itu. Tetapi Maura dengan refleks menampar Zidan dengan kuat. Maura tahu dengan pasti Zidan sedang kacau, lelaki itu sedang tidak baik-baik saja. Zidan perlu menjernihkan pikirannya sejenak.

Maura benci menjadi pelampiasan seseorang, Ia menatap Zidan marah lalu berlalu dari sana. Sedangkan Zidan menyentuh pipi bagian dalamnya dengan lidah. Pipinya terasa perih dan Zidan sadar dia sangat pantas mendapatkan tamparan dari Maura.

Zidan menghembuskan napasnya dengan keras lalu merebahkan badannya di rerumputan. Ia memejamkan matanya sejenak dengan satu tangan menjadi bantalan kepalanya.

Ia merasa bersalah pada Maura dan ini pertama kalinya Zidan ditampar oleh seorang gadis. Zidan menyadari dia sangat keterlaluan, ia akan meminta maaf pada Maura saat pikirannya sudah tenang.

Zidan membuka matanya saat merasakan ada bayangan yang menutupi sinar matahari di depannya. Maura. Gadis itu kembali lagi. Zidan mendudukkan tubuhnya. Maura sangat di luar dugaannya, ia tidak menyangka gadis itu akan kembali lagi.

Untuk sekarang, Zidan tidak bisa menahan senyumnya melihat Maura kembali lagi setelah Zidan berbuat kurang ajar pada gadis itu.

"Sorry," gumam Zidan.

"Are you okay?" tanya Maura, kekesalan gadis itu sudah hilang karena Maura tahu Zidan butuh tempat bersandar sekarang dan Maura lah yang akan memberikan sandaran itu.

Zidan terkekeh, gadis itu bertanya seakan tahu pikiran Zidan sedang tidak keruan. Maura sangat tidak bisa ditebaknya. Maura duduk di sebelah Zidan dan lelaki itu mulai menceritakan apa yang sedang mengganggu pikirannya.

Zidan tidak butuh saran atau apapun, ia hanya butuh seseorang untuk mendengarkan keluh kesahnya beberapa hari ini dan Maura datang padanya menawarkan diri tanpa diminta.

******

Noah menghalangi langkah Maura yang sedang berjalan di koridor yang sudah lumayan sepi karena bel pulang sudah berbunyi beberapa saat yang lalu.

Wajah Noah tampak dingin, sedangkan Maura menatap Noah bingung. Tatapan mata Noah terlihat berkilat.

"Jangan dia," ucap Noah.

Maura mengerutkan dahinya bingung, tidak mengerti siapa yang di maksud Noah. "Maksudnya?"

"Siapapun asal jangan dia." Noah menggeleng, ia mengoreksi ucapannya. "Choose me, not him."

Tatapan Noah tampak tajam, lelaki itu menyampaikan ketidak sukaannya pada Maura. Maura paham siapa yang dimaksud Noah, berbeda dengan Arion ataupun Aksara yang hanya tidak disukai Noah, Kairi adalah sosok yang sudah masuk ke tahap hampir dibenci Noah.

Tetapi bagaimana Noah bisa tahu kalau Maura pernah dekat dengan Kairi, padahal pertemuannya dengan Kairi bisa dihitung dengan jari. Maura tidak mungkin meminta Kairi menyerah padanya setelah mengetahui apa yang dilalui Kairi selama ini.

Tetapi jika Maura menolak Noah, lelaki itu pasti akan berbuat apa saja tanpa bisa Maura tahan. Maura tidak bisa menyakiti keduanya. Jadi Maura hanya diam, tidak membalas ucapan Noah.

Noah menggenggam jemari Maura, lalu meletakkannya di dada lelaki itu seakan ingin Maura tahu bahwa ritme jantung Noah yang berdetak sangat cepat itu dikarenakan Maura.

To Be Continued

Sorry guys kalo masih banyak plot hole karena author hanyalah manusia biasa yang punya banyak kekurangan, kalau ada kritik dan saran boleh di sampaikan disini <3

Dangerous Relationship [END] [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang