Maura mengabaikan Noah hingga mereka selesai mengerjakan tugas. Bahkan sekarang hari sudah malam dan Maura memutuskan pulang bersama Noah karena lelaki itu terus memaksanya, yang terpenting Maura tidak akan tertidur di dalam mobil Noah atau lelaki itu akan melakukan hal aneh lainnya.
Maura hanya memandang keluar jendela sambil memikirkan ucapan Joe siang tadi. Apakah Aksara sedang melakukan balapan liar lagi sekarang?
"Noah! Stop!"
Maura membelalakkan matanya saat melihat Aksara terjatuh dengan motor ducati miliknya di jalanan yang sepi. Sepertinya lelaki itu sudah mendapatkan kembali motornya. Noah menginjak rem dengan cepat saat mendengar teriakan Maura.
Sebelum sempat Noah bertanya, Maura sudah keluar terlebih dahulu dari dalam mobil, menghampiri Aksara yang sedang dibantu oleh seseorang.
"Aksara!" Maura berteriak dan mengecek setiap tubuh Aksara, tetapi lelaki itu terlihat tidak apa-apa, hanya sedikit luka di bagian lutut lelaki itu. Maura melirik laki-laki yang membantu Aksara tadi, lelaki itu berdiri lalu menaiki motornya kembali tanpa mengucapkan apapun. "Siapa?"
"Joker," ucap Aksara.
Maura mengatupkan bibirnya, ia dengan jelas melihat plester milik Azura di jari tengah milik Joker. Ia yakin tidak salah lihat. Tetapi bukan itu yang terpenting sekarang, Maura membantu Aksara berdiri dibantu oleh Noah.
Maura ingin bertanya kenapa Aksara bisa terjatuh, tetapi terlambat karena suara sirene mobil polisi terdengar, tanpa sempat mereka kabur, polisi sudah mengepung mereka bertiga.
******
Tangan Maura masih bergetar ketakutan, ini pertama kalinya ia masuk kantor polisi. Bukan hanya mereka bertiga yang ditangkap, tetapi ada beberapa orang lagi yang terlibat dalam bapalan liar tersebut.
Aksara menggenggam tangan Maura yang gemetar, sudah beberapa jam mereka ditahan di kantor polisi. Mereka sudah dimintai keterangan dan tes urine, orang tau mereka pun sudah di panggil melalui telepon.
Maura tahu dia memang pasti akan dibebaskan karena tidak bersalah, tetapi ia tetap saja cemas memikirkan bagaimana kecewanya orang tua Maura terhadapnya. Maura hanya bisa menunduk pasrah.
Noah menghampiri Maura dan Aksara bersama asisten pribadi Ayah lelaki itu. "Kalian udah bisa bebas kalau orang tua kalian kesini."
"Bokap gue gak bakal dateng." Aksara mendegus, ia menyenderkan tubuhnya pada tembok di belakang tubuhnya. Lelaki itu tampak tenang sedari tadi. "Jagain Maura."
"Tanpa lo suruh, bakal gue lakuin." Noah memegang tangan Maura untuk mengikutinya keluar kantor polisi. "Bokap lo udah dateng."
Maura meneguk ludahnya dengan susah payah, ia terus memikirkan ekpresi seperti apa yang akan ditunjukkan oleh Ayahnya. Maura berjalan keluar dengan langkah pelan dan melihat Ayahnya sedang berdiri memunggunginya.
"Maaf Ayah," ucap Maura nyaris berbisik. Ia melirik punggung Ayahnya dengan takut. Pria tua itu tampak berbalik dan menghembuskan napasnya pelan. Tidak ada kemarahan sama sekali dari raut wajahnya, tetapi mata pria itu menunjukkan sorot kecewa pada Maura.
"Ayo pulang."
Maura menggigit bibirnya dengan kuat karena jika disuruh memilih, ia lebih memilih Ayahnya memarahinya daripada menunjukkan tatapan kecewa seperti tadi. Maura menggenggam erat seragamnya di bagian dada untuk menahan sakit di ulu hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dangerous Relationship [END] [TERBIT]
Teen Fiction[PART MASIH LENGKAP!] [Sudah terbit di Teori Kata Publishing] Maura harus menerima nasib kalau dia bertransmigrasi ke dalam novel yang baru saja di bacanya. Bukan pemeran utama maupun pemeran antagonis, tapi seorang gadis yang bahkan namanya tidak p...