Epilog
Aksara menghisap rokoknya dalam-dalam lalu mengehembuskannya. Ia melirik Joe yang berdiri di depannya.
"Bro cewek lo apa kabar?"
Aksara mengerutkan dahinya bingung, "kapan gue punya cewek?"
"Perasaan waktu itu ada, atau salah ya?" Joe menggaruk kepalanya ikut bingung.
"Perasaan lo yang salah!" Atlas datang, berdiri di antara Joe dan Aksara. "Sejak kapan Aksara suka sama cewek?"
Aksara terkekeh mendengar ucapan Atlas, selama ini ia memang tidak pernah menyukai siapapun tetapi mendengar kalimat suka itu hatinya mendadak kosong, seolah ada potongan puzzle yang hilang.
Seperti ada sesuatu yang dilupakannya, tetapi Aksara juga bingung apa yang dilupakannya itu. Sudah sebulan ini ia terus berpikir tetapi tidak menemukan jawaban apapun membuatnya gelisah selama satu bulan ini.
"Geng black moon udah masuk penjara semua, jadi balapan malam ini agak sepi."
"Tapi Joker datang tuh!"
Aksara melirik Joker yang memakai helm fullface seperti biasanya. Ia berdecak melihatnya, tidak mengerti apa tujuannya untuk menyembunyikan wajah dibalik helm itu. Setidaknya Aksara tidak penasaran lagi karena sudah mengetahui bahwa Joker adalah Austin.
Mendadak otaknya berputar saat ia bertemu Austin, saat itu ia sendirian menemui Austin untuk meminta pertolongan karena seorang gadis yang diganggu oleh geng black moon atas perintah Aileen.
Tetapi ingatan itu ada yang hilang, siapa gadis yang diganggu itu? Benarkah Aksara menemui Austin sendirian?
Aksara menjatuhkan rokoknya dengan kesal lalu menginjaknya. Ia tidak suka merasakan perasaan gelisah seperti ini.
"Gue pulang dulu."
"Nayya ngajak lo balapan, kalo menang lo bisa dapetin dia."
Aksara melirik seorang gadis berambut merah yang memegang bendera di dekat garis start. Nayya meliriknya sekilas lalu tersenyum malu-malu.
Aksara menghembuskan napasnya kasar dan berjalan menjauh dari keramaian, menuju motornya yang terparkir agak jauh. Ponselnya bergetar dan Aksara segera mengambil lalu melihat layarnya.
Luna is calling...
"Halo? Kena—"
"Akhirnya lo angkat, dasar adik durhaka! Kapan lo pulang? Papa—"
Aksara segera mematikan panggilan telepon karena mendengar suara ocehan dari kakaknya. Ia membuka log panggilan yang sudah banyak panggilan tak terjawab lalu menscroll secara acak.
Gerakan jempol Aksara yang menggulir layar terhenti saat matanya membaca kontak yang tampak asing, lalu ia menekannya.
Maura Kanaya <3
Aksara berdecak melihatnya, apakah Joe atau Atlas yang melakukannya? Mereka pasti iseng untuk menjodohknnya dengan gadis acak yang tidak dikenalnya.
Tapi membaca nama itu membuat sesuatu di hatinya bergejolak, menarik rasa penasarannya. Aksara mencoba menghubungi nomor itu.
"Nomor yang anda tuju sedang tidak—"
Tidak aktif!
Kenapa Aksara merasa seolah seseorang yang bernama Maura Kanaya ini sosok yang tidak asing untuknya.
Tetapi siapa?
Aksara mencoba menelepon lagi, kali ini terhubung tetapi tidak diangkat. Kenapa ia sangat penasaran?
Ada sesuatu yang tidak bisa dijelaskan, Aksara merasa harus mencari tahu gadis yang bernama Maura Kanaya ini.
Aksara tersentak ke depan saat seseorang memeluknya dari belakang. Tangan mungil yang melingkari pinggangnya tampak gemetar.
Aksara menautkan alisnya, ingin mengeluarkan suaranya untuk memprotes tindakan diluar dugaannya ini. Apakah si rambut merah itu yang memeluknya? Berani sekali gadis itu!
"Lep—"
"Aksara..."
Aksara membelalakkan matanya saat mendengar lirihan itu. Potongan puzzle yang hilang perlahan muncul, menyatukan ingatan-ingatan yang terasa janggal selama ini.
Raut mukanya yang tadi tajam perlahan berubah, Aksara memegang lengan mungil itu dengan tatapan yang sulit dimengerti. Di mana rasa lega, bingung, dan kecewa menjadi satu. Ia merasakan jantungnya seperti ditimpuk oleh sesuatu yng berat hingga sangat susah untuknya menarik napas.
Aksara membalikkan badannya dan melihat secara jelas seorang gadis di depannya. Kerinduan dalam hatinya menyeruak dengan rasa senang yang tak terbendung.
Aksara segera mendekap erat gadis itu. Maura Kanaya, gadis yang hilang dan ia lupakan selama satu bulan ini.
Aksara melupakan Maura, seorang gadis yang mengisi hatinya. Padahal ia berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak melupakan Maura.
"Maura," ucap Aksara pelan dengan memejamkan matanya. Ia mengulanginya lagi agar lidahnya mengingat dan terbiasa dengan nama gadis itu. "Maura."
Maura menangis dalam dekapan Aksara dengan rasa lega yang luar biasa. Maura kembali dan yang pasti ia akan memiliki seutuhnya kehidupan ini tanpa merasakan bahaya ataupun ketakutan lagi.
⚠️⚠️⚠️
INFO!
Dangerous Relationship lagi dalam proses penerbitan!
Kelanjutannya akan ada dalam versi novel dan yang pasti gak gantung dan happy ending
Semoga sesuai keinginan kalian 😚
Buat yang penasaran bisa dibeli novelnya sekitar akhir desember
see you, ditunggu info selanjutnya
KAMU SEDANG MEMBACA
Dangerous Relationship [END] [TERBIT]
Teen Fiction[PART MASIH LENGKAP!] [Sudah terbit di Teori Kata Publishing] Maura harus menerima nasib kalau dia bertransmigrasi ke dalam novel yang baru saja di bacanya. Bukan pemeran utama maupun pemeran antagonis, tapi seorang gadis yang bahkan namanya tidak p...