Chapter 11

61.5K 4.4K 19
                                    

Maura mejaga stand lagi hari ini. Maura malas sekali menjaga stand. Apalagi jika harus bertemu pelanggan seperti Callisto dan anak buahnya. Untungnya Maura bergantian jaga dengan temannya yang lain. Maura hampir lupa mengembalikan uang Kairi kemarin. Dia bergegas mencari Kairi sekalian mengembalikan payung yang kemarin dipinjamnya. Maura juga membawa paperbag berisi baju Arion yang sempat dipinjamnya.

Hari ini Aksara menghilang lagi, sudah dua hari Maura tidak melihat Aksara. Kalau Noah, hari ini lelaki itu masuk sekolah, dia terlihat sudah sehat. Maura memutuskan mencari Kairi terlebih dahulu tetapi dia bingung harus mencari Kairi dimana.

Hari ini pertandingan semifinal basket dan Noah sudah sibuk sedari tadi. Hari ini Maura belum bertemu dengan Noah karena Maura sibuk menghindarinya. Maura menghela napas, tidak tahu sampai kapan dia harus terus menghindar seperti ini.

Karena tidak juga bertemu dengan Kairi, Maura memutuskan untuk ke kelas Kairi dan menaruhnya di loker. Maura memasuki kelas Kairi dan mencari loker lelaki itu yang berada di belakang kelas. Ketemu. Maura menemukannya lalu membuka loker itu. Maura meletakkan payung dan juga menyelipkan uang di dalam sana, tetapi matanya menangkap sesuatu di dalam sana. Buku berwarna pink, mirip seperti miliknya.

Braakkk

Loker tersebut ditutup secara paksa. Maura berjengit kaget lalu melihat Kairi yang sudah menatapnya tajam.

"Gu–gue mau ngembaliin duit sa–sama payung lo."

Kairi diam saja masih dengan menatap tajam Maura. Nyali Maura menjadi ciut, dia tidak berani bertanya apapun pada Kairi. Kairi pasti sangat marah karena Maura yang sangat lancang membuka lokernya. Maura segera berlari dari sana sebelum Kairi bertambah marah lagi. Maura bergidik. Kairi sangat terlihat seram. Lebih seram dari Aksara.

Lain kali dia harus mencari tau tentang buku pink di loker Kairi. Maura yakin Kairi tahu sesuatu.

Maura berjalan ke lapangan basket dan melihat Noah sedang bertanding basket, bersama Zidan juga. Tatapan Maura tidak bisa lepas dari Noah, entah kenapa Noah seperti memberikannya magnet untuk terus menatapnya. Maura menggeleng, ia harus sadar kalau semua ini tidak nyata. Semuanya hanya fiksi, dia tidak boleh terbuai dengan karakter fiksi.

Benar, Maura harus kembali pada tujuannya di awal. Tujuannya untuk kembali ke dunia aslinya. Mereka semua tidak nyata, hanya Maura di dunia ini dan dia tidak boleh bergantung pada siapapun disini apalagi sampai menyukai karakter tersebut. Semakin dia terhanyut dalam dunia ini, maka akan semakin hilang keinginannya untuk kembali.

Maura menjauh dari lapangan basket, ia tidak boleh terlena dengan perlakuan Noah ataupun karakter lainnya. Tapi, walaupun logikanya terus berkata seperti itu, nyatanya hatinya berkata sebaliknya. Maura mulai menyukai dunia ini, teman-teman, keluarga, dan finansialnya sangat tercukupi disini.

Ponsel Maura berdering, ia mengambil ponselnya di dalam saku lalu melihat layar.

Aksara is calling...

Maura mengerutkan dahi, sudah dua hari dia tidak bertemu Aksara. Maura mengangkatnya.

"Halo?"

"Hai, apa kabar?"

Maura mengernyit saat mendengar Aksara yang berucap sambil meringis.

"Lo dimana?"

"Kenapa? Mau nemuin gue? Kangen?"

Maura membalikkan badannya saat mendengar suara Aksara yang tadi di telepon menjadi di belakangnya. Disana ada Aksara berdiri sambil memegang ponsel. Aksara terlihat sangat kacau, tulang pipi kanannya dipenuhi lebam, bibir dan dahinya berdarah, dan baju kaos berwarna putih yang terdapat bercak darah.

Dangerous Relationship [END] [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang