Episode 2: Telapak Tangan

41 11 1
                                    

"Tentunya kami sudah berbaikan. Bahkan dia memberikan tas bermerek, sebagai tanda maafnya kepadaku. Bukankah itu suatu hal yang romantis. Dia benar-benar pria yang romantis Laura." Jawab Nathalie, sambil senyum-senyum sendiri.

"Benar-benar menjijikkan. Bisa gak, gak usah bicarain tentang keromantisan kalian berdua. Aku hampir mau muntah mendengarnya. Kau tahu itu." Ucap Laura kesal, karena Nathalie membahas pacarnya.

"Ya maaf. Namanya juga sudah terlanjur, ya disambungin aja langsung. Maaf ya sahabatku yang jomblo ngenes." Meminta maaf Nathalie, sambil mengejek Laura.

"Siapa yang kau bilang jomblo ngenes itu. Aku gak ngenes ya. Kau itu yang jamet, alay, bucin. Bisa apa aku di sini, bisa gila melihat keromantisan alay kalian itu." Jawab Laura dengan cepat dan padat.

"Maaf Laura. Jangan marah gitu dong, kan gak enak ngobrolnya nanti. Maaf ya." Meminta maaf Nathalie kembali, sambil memegang tangan Laura.

"Ya deh, kamu aku maafin. Tapi lain kali jangan seperti itu lagi, atau aku akan ngambek seumur hidupku." Jawab Laura yang menerima maaf Nathalie, dan Nathalie langsung bahagia kembali.

Sore pun tiba. Di mana Laura baru selesai mengerjakan perkembangan cafenya, dan ia bergegas pulang ke rumah. "Untuk semua barista. Saya mau pulang dulu ya, dan jangan lupa tutup tepat waktu. Saya duluan." Tersenyum Laura, dan langsung keluar dari cafe lalu naik ke dalam mobilnya, dan bergegas pulang.

Di perjalanan. Laura berhenti, karena sudah lampu merah. Dan tiba-tiba saja ia melihat ada seorang nenek-nenek yang kesusahan untuk menyebrang karena takut. Laura yang melihatnya pun merasa kasihan, dan ia langsung keluar dari mobilnya, lalu menghampiri nenek tersebut.

"Permisi nek. Mau saya bantu sebrangkan," ucap Laura sambil tersenyum ramah.

Nenek tersebut langsung menatap wajah Laura, "boleh nak," jawab nenek tersebut.

Laura pun membantu nenek tersebut menyebrang ke sisi jalan. Dan setelah menyebrangkan nenek tersebut. Laura pun berpamitan.

"Terima kasih banyak ya nak, karena sudah membantu nenek menyebrang." Ucap nenek tersebut.

"Iya nek. Oh ya nek, apa nenek sendirian. Apa tidak ada yang menemani nenek?" tanya Laura sambil menaikkan alisnya.

"Nenek lagi mau jalan-jalan saja. Rumah nenek tidak jauh dari sini kok. Omong-omong, kamu mau pulang ya." Jawab nenek tersebut sekaligus bertanya.

"Iya nek. Kenalin nek, saya Laura nek. Oh ya nek, kalau nenek mau minum kopi, nenek bisa datang ke cafe milik Laura. Ada di jalan tanah abang, dekat dari sini kok nek. Nanti ajak bareng anak nenek. Kalau begitu, Laura permisi dulu ya nek." Jawab Laura menyalam nenek tersebut.

"Tunggu nak. Nenek mau periksa telapak tangan kamu dulu. Sepertinya nenek merasakan sesuatu dari tangan kamu." Ucap nenek tersebut langsung memegang telapak tangan kanan Laura.

Sontak Laura bingung, dan melihat nenek tersebut meraba tangan kanan Laura. "Ada apa nek?" tanya Laura menatap wajah nenek tersebut.

"Kamu akan menemukan jodoh kamu. Tapi, kamu harus melewati semua rintangan yang begitu menyulitkan dirimu, dan bahkan kamu akan kehilangan orang yang paling kamu cintai. Tapi, setelah itu, kamu akan di berikan kebahagiaan yang lebih dari itu. Walaupun kamu harus menerima rintangan itu kembali. Kamu adalah wanita yang kuat, dan kamu pasti bisa melewati semua itu." Ujar nenek tersebut langsung melepaskan tangan Laura.

Sontak Laura sedikit bingung dengan ucapan nenek tersebut, "maksud nenek apa ya nek. Saya bingung?" tanya Laura kembali.

"Eh, bukan apa-apa. Kalau begitu, nenek duluan." Jawab nenek tersebut tidak mau memberitahukannya kepada Laura, dan pergi meninggalkan Laura begitu saja.

Laura masih sedikit bingung dengan ucapan nenek tersebut. "Apa maksud perkataan nenek itu ya. Aneh." Ucap Laura langsung menuju mobilnya, dan masuk ke dalam.

Lampu hijau pun langsung menyala, dan Laura segera menginjak gas mobilnya. Sesampainya di rumah, Laura langsung turun dari mobil, dan masuk ke dalam rumah.

"Aku pulang," salam Laura, lalu ia duduk di sofa ruang tamu.

"Aku masih terbayang dengan ucapan nenek itu tadi. Apa maksudnya ya. Aku akan menemukan jodohku. Tapi aku akan melewati banyak rintangan, dan bahkan aku akan kehilangan orang yang aku cintai. Siapa dia." Jadi memikirkan hal itu.

"Sudahlah. Aku jadi bingung memikirkannya, lebih baik aku urus cafeku yang akan buka di Inggris." Ucap Laura mengambil ponselnya, dan menghubungi managernya yang ada di Inggris.

Tersambung, "halo bu Laura. Ada apa bu Laura?" tanya managernya yang bernama Daim.

"Bagaimana dengan cafe di sana. Apa semua berjalan dengan baik. Dan waktu kapan yang cocok untuk pembukaan cafe di sana?" tanya Laura dengan jelas.

"Semuanya sudah aman Bu Laura. Saya sudah memilih tempat yang bagus untuk pembukaan cafe bu Laura nanti. Pokoknya aman deh Bu Laura, dan saya sangat bahagia berjalan-jalan di sini Bu Laura. Terima kasih banyak atas tiket gratis nya Bu Laura. Saya benar-benar menikmatinya. Hahahah." Jawab Daim dengan bahagia.

"Sama-sama. Kau yang sangat aku percayakan Daim. Kalau begitu, berikan informasinya lebih lanjut kepadaku. Dan nikmatilah jalan-jalanmu di sana. Jangan sampai karena kau keenakan menikmati jalan-jalanmu. Kau jadi lupa dengan pekerjaan mu. Kau tahu itu kan." Ucap Laura.

"Aman Bu Laura. Kalau begitu, sampai jumpa di Indonesia nanti." Bahagia Daim, dan langsung mematikan ponselnya.

"Tidak pernah ke Inggris seperti itu deh. Kuno banget, hahahah." Tertawa tipis Laura, dan langsung masuk ke dalam kamarnya.

Keesokan harinya. Di mana Laura sudah bersiap-siap untuk pergi ke cafe, dan sudah berpamitan kepada ayah dan ibunya.

Laura bergegas menuju cafe, dengan mobilnya yang berbeda. Di perjalanan, "aku sudah mengenakan pakaian yang cukup cantik, demi kencan butaku hari ini. Semoga saja orang yang akan aku kencani lebih bagus dari sebelumnya. Jangan sampai tidak beres lagi. Bisa-bisa aku pusing memikirkannya." Ucap Laura menghela nafas panjang.

Sesampainya di cafe. Ia pun langsung turun dari mobil, dan masuk ke dalam cafe. Di dalam cafe, semua barista seperti biasanya, memberikan salam kepada Laura. Dan Laura langsung duduk di kursi biasanya.

Laura pun mengambil ponselnya, lalu menghubungi Nathalie. Dan telepon tersambung, "halo Nathalie, kau ada di mana. Kan kau sendiri yang mengatakan, kalau pria yang akan aku kencani akan datang hari ini. Dan di mana dia, kan kau sendiri yang menyuruhnya untuk datang ke cafeku?" tanya Laura.

"Sabar dong sayang. Kamu tidak sabaran. Aku sudah memberitahukannya, dan katanya dia akan datang sebentar lagi. Aku akan ke sana sebentar lagi sayang." Jawab Nathalie sambil tersenyum.

"Aku jadi penasaran. Seperti apa pria yang di rekomendasikan Nathalie untukku." Ucap batin Laura, dan ia langsung mematikan ponselnya.

Akhirnya Laku JugaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang