Episode 43: Mengambil Antrian

7 3 1
                                    

Setelah beberapa menit. Sampailah Laura di restoran tersebut dan baru sampai dan turun dari mobilnya. Laura melihat banyak orang yang sudah mengantri hingga di luar restoran.

"Astaga, banyak banget ya Allah. Bisa-bisa sampe lebaran nih" ucap Laura menutup pintu mobilnya dan mulai mengantri.

"Permisi kak, saya boleh tanya" ucap Laura memegang pundak salah satu orang yang ada di depannya.

Sontak wanita tersebut langsung berbalik badan dan menatap wajah Laura, "iya, ada apa?" tanyanya.

"Sudah berapa antrian ya kak?" tanya balik Laura sambil tersenyum.

"Sudah 10 antrian dan ini masuk 15 antrian. Barusan kamu datang pas 10 antrian, tapi kamu lihat belakang kamu itu" jawab wanita tersebut dan Laura langsung melihat ke belakang dan benar saja, sudah ada orang lagi yang mengantri dan berjumlah 5 orang, tepat di belakang Laura.

"Wah, cepat banget ya penuhnya. Kalau begitu terima kasih banyak kak" kembali tersenyum.

"Sama-sama" kembali menghadap ke depan.

Saat Laura sedang menunggu antriannya. Tiba-tiba saja ada yang memegang pundaknya dari belakang. Laura pun kembali berbalik badan dan yang memegang pundaknya adalah seorang Ibu hamil, "iya Bu, ada yang bisa saya bantu?" tanya Laura dengan begitu lembut.

"Apa bisa bertukar, karena saya lagi perlu banget untuk anak saya di rumah yang sudah lapar. Tapi kalau kamu gak mau juga gapapa" jawab Ibu hamil tersebut yang begitu ramah dan ikut tersenyum.

"Ouh, boleh Bu. Mariii" jawab Laura tanpa basa basi.

"Terima kasih banyak, Nak. Sekali lagi terima kasih" ucap Ibu hamil tersebut mengelus tangan Laura dan bertukar tempat kepada Laura.

"Rasanya tenang banget bisa membantu orang yang membutuhkan bantuan. Benar-benar hari yang menyenangkan" ucap batin Laura kembali tersenyum tipis dan menghadap ke depan kembali.

1 Jam pun berlalu di mana sudah antrian ke 9, "sebentar lagi diriku. Sabar Laura, sabar" ucap Laura menahan laparnya.

Tibalah di mana antrian Laura sudah tiba dan tiba-tiba saja terdengar suara ribut dari belakang. Sontak Laura berbalik badan dan ada seorang pria berjaket hitam, dengan rambut tuing-tuingnya dan nafas yang tidak beraturan karena berlari.

Pria tersebut ternyata mengambil antrian dan tiba-tiba saja ia mengambil pesanan Laura dan langsung membayarnya, "hei, kenapa kamu mengambil pesanan saya. Tahu antrian gak sih, bisa gak antri dulu. Dari tadi saya nunggu antrian lho, kamu malah seenaknya mengambil antrian saya!" tegas Laura yang sudah emosi, karena sudah dari tadi menunggu antriannya.

"Maaf, saya buru-buru" ucap suara berat dari pria tersebut dan ia langsung keluar dari restoran tersebut.

"Hei, awas kamu kalau ketemu ya. Saya habisin kamu di tempat!" teriak Laura sambil menunjuk pria tersebut.

"Sabar Mbak" serentak orang yang ada di belakangnya.

"Eh, hehehehe iya kak, maaf ya, es moci saya soalnya" ucap Laura sambil tersenyum.

"Emosi kak, bukan es moci"

"Iya, iya, maaf sekali lagi" meminta maaf dan memesan kembali pesanannya.

Akhirnya Laura pun mendapatkan bagiannya, setelah menunggu lama ditambah emosi yang membara. Laura pun langsung duduk dikursi biasanya dan meletakkan makanannya di atas meja bersama minumannya.

"Aku masih kesal dengan pria tadi. Siapa pria itu sebenarnya. Beraninya dia mengambil antrianku. Aku sudah menunggu lama, sampai berjam-jam, dia seenaknya mengambil antrianku dan langsung pergi. Astagfirullah, maaf kalau aku emosi ya Allah. Habisnya kesel sih, gara-gara pria itu. Jadinya kan baru makan deh" ucap Laura langsung melahap makanannya, sambil mengomel sendiri.

"Hm, enak banget makanannya. Hm, jadi mereda emosiku, karena makanan ini" meminum esnya dan kembali melahap makanannya.

"Ouh ya, nanti aku datang ke toko kue anak-anak deh. Udah lama gak ke sana, karena aku sibuk banget plus lupa. Jadi, nanti aku ke sana deh, mumpung ada waktu. Sekalian mau lihat anak-anak, rindu banget sama mereka semua" senyum sendiri.

Setelah menghabiskan waktu makannya. Laura pun sudah selesai makan dan ia pun langsung membayar pesanannya. Lekas membayar pesanannya, Laura bergegas keluar dari restoran sambil melambaikan tangannya kepada karyawan restoran tersebut, yang sudah ia kenal, karena Laura adalah pelanggan yang sangat setia di restoran tersebut.

Saat di perjalanan, Laura melihat ada orang yang berjalan kaki bersama keluarganya, sambil membawa sebuah cake dengan kemasannya berlogokan toko cake anak-anak.

"Wah, sepertinya mereka habis membeli cake dari toko cake anak-anak deh. Pasti rame banget di sana, alhamdulilah, jadi ikut seneng lihatnya. Aku harus cepat-cepat ke sana deh, buat bantu mereka" ucap Laura kembali tersenyum dan fokus kembali untuk menyetir.

Sampailah Laura di toko cake tersebut dan Laura pun langsung turun dari mobilnya, lalu masuk ke dalam toko tersebut.

Laura melihat anak-anak bersama Ibunya yang sedang membuat cake bersama dan anak-anak lainnya sedang memberikan cake kepada orang yang memesan cake tersebut, "halo anak-anak" sapa Laura dan merekapun langsung menatap wajah Laura.

"Tanteeee" ucap anak-anak dengan bahagia dan langsung memeluk Laura.

"Apa kalian rindu dengan Tante?" tanya Laura sambil tersenyum bahagia.

"Rindu banget malahan. Tante ke mana aja sih, gak pernah datang ke sini. Apa Tante sesibuk itu ya?" jawab Bella sekaligus bertanya.

"Tante lagi banyak urusan, Sayang. Yang penting, sekarang Tante lagi punya waktu, maka sebab itu, Tante datang ke mari deh, untuk melihat kalian, Sayang" ujar Laura mengelus rambut anak-anak dengan lembut.

"Kalian sedang apa, Sayang?" tanya Laura langsung berdiri, setelah berpelukan.

"Habis memberikan pesanan pelanggan Tante. Apa Tante mau membantu kami" jawab Bella sekaligus bertanya kembali.

"Tentu saja Tante mau. Yuk Tio, kamu jangan diam saja, Sayang" mengelus pipi Tio dan Tio langsung menggandeng tangan Laura, lalu mereka menuju dapur untuk menemui Ibu mereka.

Sampailah di dapur dan Bu Riska bersama Bu Layla sedang membuat bahan-bahan cake, "assalamualaikum Ibu" ucap Laura langsung mencium tangan mereka berdua.

"Waalaikumsalam, kamu ngapain ke sini, Nak. kan di sini kotor, nanti pakaian kamu kotor lagi" jawab Bu Riska yang cemas dengan pakaian Laura yang akan kotor, karena berada di dapur.

"Ihh, jangan gitu dong Bu. Nanti Laura ngambek nih. Kan kita sama-sama manusia, jadi ngapain Ibu harua seperti itu. Apa ada yang bisa Laura bantu?" ucap Laura sekaligus bertanya.

"Mending kamu melayani pelanggan aja di depan. Kamu yang memberikan pesanan mereka. Harga sudah ada di meja, kamu tinggal melihat dan memberikannya kepada mereka, lalu memberitahukan harga kuenya. Bagaimana, mau kan kalau gitu" jawab Bu Layla sambil tersenyum.

Akhirnya Laku JugaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang