"Di mana pacar kamu itu bekerja?" tanya Ayahnya sambil menatap wajah Laura dengan serius.
"Hm, dia bekerja di Perusahaan yang ada di Jalan Melati Jakarta pusat Ayah. Kenapa memangnya Ayah?" jawab Laura sekaligus bertanya.
"Tidak ada apa-apa, Ayah hanya ingin tahu saja pekerjaannya apa. Oh ya apa kamu akan ke cafe?" jawab Ayahnya sambil menaikkan alisnya.
"Tidak deh Ayah. Laura mau bekerja di rumah saja, karena ada hal yang mau Laura kerjakan di rumah" ucap Laura sambil tersenyum.
Siang pun tiba. Di mana Laura sedang membuat bekal untuk pria yang ia sayangi, yaitu Candra, "semoga aja Candra suka deh, dengan bekal yang aku bawakan ini untuknya. Soalnya dia jarang makan siang, karena disibukkan pekerjaannya. Semoga dia bahagia" ujar Laura yang sedang membuat masakan tersebut, dengan penuh cinta.
Setelah beberapa menit. Akhirnya makan siang yang ia siapkan untuk bekal Candra sudah selesai. Laura pun langsung menyiapkan masakan tersebut ke dalam bekal dengan rapi, "okey, semuanya sudah selesai. Sekarang, aku harus bersiap-siap, untuk datang ke perusahaan tempat ia bekerja" kembali tersenyum dan bersiap-siap.
Selang beberapa menit, Laura pun sudah merapikan pakaiannya dan langsung membawa bekal tersebut, lalu ia keluar dari rumah, dan menuju perusahaan tempat bekerja Candra.
Saat di perjalanan. Laura terus tersenyum, dan begitu bahagia terukis diwajahnya, karena ini pertama kalinya, ia membuat dan mengantarkan bekal ke seorang pria, yang merupakan pacarnya sendiri, "kenapa aku jadi deg-degan begini sih. Astaga" tertawa tipis dan kembali tersenyum.
Sampailah Laura di perusahaan tempat bekerja Candra, setelah beberapa menit perjalanannya. Laura belum sama sekali melhat perusahaan tersebut dari luar. Dan saat Laura keluar dari mobilnya dan mendapat ke arah perusahaan.
Betapa terkejutnya Laura, dikarenakan apa yang ada dihadapannya membuatnya tidak terkutik sedikitpun. Ternyata, yang ada dihadapannya adalah Candra yang sedang berpelukan dan tiba-tiba saling berciuman.
"Apa, gak, ini gak mungkin. Ini pasti mimpi kan" kaget dan menahan air matanya.
Tiba-tiba saja ada sebuah karyawan yang lewat di antara mereka, "sudah romantisannya. Kerja kamu" ucap temannya dan langsung masuk ke dalam perusahaan tersebut.
"Hahaha, iya bro. Kalau begitu, aku mau masuk dulu ya, Sayang. Lain kali kita bertemu lagi" mengelus rambut wanita tersebut.
Kembali ke Laura. Di mana hati Laura benar-benar hancur dan ia mengambil ponselnya, lalu memotret Candra bersama seorang wanita, "rasanya bener-bener nyesek ya Allah. Lebih baik aku pergi dari tempat ini, daripada membuatku hancur, karena terus melihat mereka yang saling dekat dan penuh dengan cinta" langsung masuk ke dalam mobilnya dan disisi lain, Candra melihat ke arah mobil Laura.
"Bukannya itu mobil Laura. Apa benar itu Laura dan apa dia tahu, kalau aku sudah memiliki tunangan?" bertanya-tanya batin Candra dan kembali fokus kepada tunangannya.
Disisi lain, Laura begitu hancur dan ia terus meneteskan air matanya di sepanjang jalan, "jadi, apa yang dikatakan Nathalie memang benar. Kenapa aku malah lebih mempercayai pria itu dibandingkan Nathalie. Aku benar-benar menyesal karena sudah sedikit membentak Nathalie.. Besok aku harus mint maaf kepadanya" ucap Laura yang kembali meneteskan air matanya.
Sesampainya di rumah. Ia pun langsung masuk ke dalam kamarnya dan di dalam kamarnya, Laura kembali menangis, sambil memeluk bantal gulingnya.
"Kenapa semua harus terjadi kepadaku sih. Apa aku tidak boleh merasakan dicintai oleh seseorang yang benar-benar mencintaiku dan takut kehilanganku. Apakah aku akan mendapatkan pria yang seperti itu. Nyatanya aku selalu tersakiti dan aku saja yang selalu disakiti. Fyuh" menghela nafas panjang dan kembali menangis dan itu benar-benar menyakitkan.
"Aku kira selama ini Candra adalah orang baik. Tapi, ternyata dia adalah seorang buaya jantan yang memiliki banyak wanita. Huahh" menangis dengan deras, sambil memukul-mukul bantal gulingnya. Membayangkan, bantal guling tersebut adalah Candra.
"Apa aku harus menghubungi Nathalie, untuk memintanya menemani masa sedihku. Tapi dia pernah bilang, kalau dia tidak akan membantuku, karena aku tidak mendengarkan ucapannya. Aku benar-benar bego, dasar Laura" mengerutkan keningnya dan kembali menangis dengan air matanya yang terus menangis di atas bantal guling.
Malam pun tiba. Di mana Laura masih terus menangis dan ia tetap berada di kamarnya, sambil berbaring, dengan memeluk bantal gulingnya, yang ia anggap sebagai sahabat curhatnya.
Saat Laura sedang menangis, tiba-tiba saja ponselnya berdering. Sontak Laura menatap ke arah ponselnya dan mengambil, lalu melihatnya. Dan yang menghubunginya adalah Candra, "kenapa dia masih menghubungiku. Kenapa dia tidak berduaan saja dengan wanita itu. Aku sangat jijik dengannya" ujar batin Laura dan ia mengangkat panggilan tersebut.
"Halo, ada apa?" tanya dingin Laura berusaha cuek, padahal aslinya sedang menahan air matanya.
"Kamu ada di mana, Sayang. Dan ada apa dengan suara kamu. Apa terjadi sesuatu sama kamu?" tanya balik Candra.
"Aku tidak apa-apa. Ada hal penting apa, sampai kamu menghubungiku?" jawab Laura sekaligus bertanya.
"Ada hal yang mau aku katakan kepada kamu, Sayang. Apa nanti malam kita bisa bertemu di cafe kamu saja. Karena aku lagi kepengen minum kopi kamu. Bagaimana" ucap Candra.
"Baiklah, kalau itu yang kamu mau. Nanti malam kita bertemu di sana, dah" langsung mematikan panggilan tersebut dan meletakkannya disampingnya.
Disisi lain, "ada apa dengannya. Kelihatannya dia benar-benar aneh" ucap batin Candra yang bingung dengan sikap Laura.
"Kenapa aku harus merasakan sakit yang begitu sakit ini ya Allah. Apa aku memang tidak ditakdirkan untuk memiliki pasangan. Apa aku harus hidup sendiri, sampai aku tua nanti. Yang aku inginkan di dunia ini hanya satu saja, yaitu kebahagiaan. Aku hanya ingin disayang oleh teman dekat dan keluargaku. Karena dari kasih sayang itulah, yang membuat hatiku tenang" kembali meneteskan air matanya.
Malam pun tiba. Di mana Laura sudah bersiap-siap untuk bertemu dengan Candra di cafe, "sebenarnya aku sangat jijik untuk bertemu dengannya. Namun, mau bagaimana lagi, ini semua sudah takdir yang harus aku lewati" ucapnya langsung keluar dari kamarnya dan turun ke bawah menuju ruang tamu.
Saat di ruang tamu, ternyata Ayah dan Ibunya seperti biasanya, sedang menonton televisi bersama, "Ayah, Ibu. Laura pergi dulu ya" ucapnya dan Ayah ibunya langsung menatap wajahnya.
"Kamu mengejutkan Ibu saja. Muncul secara tiba-tiba. Kamu mau ke mana malam-malam begini?" tanya Ibunya sambil menaikkan alisnya.
"Ada urusan penting di cafe yang harus Laura kerjakan. Kalau begitu, Laura pergi, assalamualaikum" menyalam tangan Ayah dan Ibunya, lalu keluar dari rumah tersebut.
Setelah itu Laura pun bergegas pergi menuju cafe dan akan bertemu dengan Candra. Setelah beberapa menit perjalanan, akhirnya Laura sampai di Cafe Strawberry dan ia buru-buru keluar dari mobilnya, lalu mengibaskan rambutnya dengan elegan.
Setelah keluar dari mobil. Laura pun langsung masuk ke dalam restoran tersebut. Dan di dalam cafe tersebut
KAMU SEDANG MEMBACA
Akhirnya Laku Juga
Romance"Namaku Laura Xaviera, biasa dipanggil Laura. Sudah 25 tahun aku single, dan tinggal bersama kedua orangtuaku yang masih utuh. Mereka terus mengatakan soal pernikahan kepadaku. Padahal aku hanya ingin fokus mengejar karir dulu." "Sampai di mana aku...