Di perjalanan, tiba-tiba saja ponselnya berdering dan itu adalah panggilan dari Nathalie. Luciana pun langsung mengangkat telepon tersebut.
"Halo Nathalie, ada apa kau menghubungiku?" tanya Laura sambil meletakkan ponselnya disampingnya dan mengeraskan suara ponsel tersebut.
"Kau ada di mana?" tanya balik Nathalie.
"Aku lagi di jalan menuju Cafe Strawberry. Ada apa memangnya," jawab Laura sekaligus bertanya.
"Tidak ada apa-apa. Aku hanya mau mengabari, kalau hari ini aku tidak datang ke cafe karena tiba-tiba saja aku dapat tugas dari bosku. Gapapa kan kalau aku tidak menemanimu?" jawab Nathalie dengan jelas.
"Gapapa dong. Hanya itu saja yang mau kau sampaikan, astaga, kau membuang waktuku saja Nathalie. Kalau begitu, hati-hatilah di jalan dan jangan lupa untuk makan siang," ucap Laura sambil tersenyum tipis.
"Aman sayang. Kalau begitu sampai jumpa nanti," ujar Nathalie langsung mematikan telepon tersebut.
"Hm, aku melihat cafeku yang terbakar dulu deh, setelah itu baru aku menuju Cafe Strawberry. Sekalian aku mau mengecek barang apa saja yang dibutuhkan untuk pembangunan ulang cafe itu," ucapnya langsung mengubah arah menuju ke Jalan Tanah Abang.
Sesampainya di cafenya yang bernama Cafe Peace. Laura pun langsung turun dari mobilnya dan berdiri tepat dihadapan cafenya yang terbakar lebur, "astaga, sudah hancur lebur. Aku harus membangun ulang kalau seperti ini. Aku harus mencari tukang bangunan, untuk membangun cafeku kembali. Aku harus menghubungi mereka," ujar Laura langsung mengambil ponselnya dan menghubungi mandor bangunan tersebut.
Tersambung, "halo, apa kamu masih ingat saya?" tanya Laura sambil mendekat ke cafenya yang terbakar.
"Ouh, tentu saja saya ingat, dengan Bu Laura kan," jawab mandor tersebut.
"Syukurlah kalau kamu masih ingat dengan saya. Jadi begini, saya menghubungimu karena ada pekerjaan yang mau saya berikan untukmu. Datanglah ke Cafe Peace," jawab Laura dengan jelas.
"Baiklah Bu Laura. Kapan saya harus datang?" tanya kembali mandor bangunan tersebut.
"Tahun depan, ya sekarang lah. Saya kan mau memberitahu kamu soal barang-barang yang harus dibeli. Bagaimana sih," jawab Laura sedikit tegas.
"Baik Bu Laura. Kalau begitu, saya akan langsung ke sana dan tunggulah saya beberapa menit, karena saya sedang mengecek bagunan hotel yang hendak kami bangun," ucapnya sambil tersenyum tipis.
"Baiklah. Saya tunggu secepatnya," ujar Laura langsung mematikan telepon tersebut dan ia pun memasukkan ponselnya ke dalam tas yang ia sandang.
"Berarti aku harus membeli semua bahan pembangunan cafe ini, karena semua barang yang ada di cafe ini hancur. Astaga, kenapa semua ini harus terjadi sih," menghela napas panjang, sambil mengerutkan keningnya.
Beberapa menit pun berlalu, di mana mandor dan anak buahnya sudah sampai di Cafe Peace. Merekapun langsung turun dari mobil mereka dan merekapun menghampiri Laura yang sedang melihat barang-barang yang sudah hangus di cafenya.
"Halo Bu Laura," sapa semua pekerja bangunan tersebut kepada Laura, dengan melambaikan tangannya.
Sontak Laura langsung berbalik badan dan Laura pun menatap wajah mereka semua, "eh, akhirnya kalian datang juga. Saya sudah menunggu lama tahu," ucap Laura sambil mengusap keringatnya.
"Maaf Bu Laura kan saya sudah beritahu tadi, ada beberapa pekerjaan yang harus kami kerjakan," jawab mandor tersebut kembali tersenyum.
"Iya deh, kalau begitu kalian lihat ini, cafe saya habis lebur akibat kebakaran," jawab Laura sambil menunjukkan cafenya yang hangus terbakar.
Sontak semua pekerja bangunan tersebut terkejut melihat cafe Laura yang hangus terbakar, "kenapa terbakar begini Bu Laura. Apa yang terjadi?" tanya mandor tersebut sambil melihat cafe Laura yang terbakar.
"Ada orang yang tidak suka dengan saya dan dia malah membakar cafe saya deh. Mau bagaimana lagi, ini semua rintangan dari Tuhan," jawab Laura yang masih bisa tersenyum.
"Kasihan banget Bu Laura. Apa pelakunya sudah ditemukan?" tanya salah satu pekerja bangunan tersebut.
"Dengan pencarian polisi yang begitu ketat, pelaku kebakaran sudah ditemukan dan dia sudah dipenjara di kantor polisi. Saya sangat lega, karena pelaku sudah ditemukan," jawab Laura.
"Saya ikut lega juga karena pelaku sudah ditemukan. Kalau begitu, kami harus membangun ulang cafe ini, karena cafe ini sudah hancur lebur," ucap mandor tersebut sambil menatap wajah Laura.
"Tentu saja. Omong-omong berapa pengeluaran yang harus saya keluarkan untuk membeli semua barang-barang pembangunan cafe ini?" tanya Laura.
"Nanti akan saya kabari, karena kami mau mengecek apa saja yang dibutuhkan. Nanti saya akan menghubungi Bu Laura, soal biaya yang harus dikeluarkan," jawab mandor tersebut.
"Baiklah. Kalau begitu, saya mau duluan dulu ya, karena ada hal yang harus saya urus lagi. Kalian lanjutkanlah pengecekan cafe ini," ujar Laura kembali tersenyum dan ia langsung masuk ke dalam mobilnya, lalu pergi dari tempat tersebut.
Sesampainya di Cafe Strawberry, Laura pun langsung turun dari mobilnya dan masuk ke dalam cafe tersebut. Di dalam cafenya, semua barista kembali menyapa Laura dan Laura langsung duduk di tempat biasanya ia duduki.
Seperti biasanya juga, Laura memesan kopinya dan kopinya langsung datang ke mejanya, "ini minumannya Bu Laura," tersenyum dan langsung meletakkannya di atas meja.
"Terima kasih banyak," tersenyum Laura dan barista tersebut kembali ke pekerjaannya.
Laura pun mengaduk kopi tersebut sambil melamun melihat ke arah luar. Saat Laura sedang melihat ke arah luar, tiba-tiba saja ada sepasang kekasih yang berdiri tepat dihadapan Laura dari luar.
Laura pun melihat ke arah sepasang kasih tersebut, "sayang, aku mau beli makanan manis. Apa kamu mau membelikannya?" tanya wanita tersebut kepada pacarnya.
"Tentu saja sayang, apa yang gak buat kamu sih. Kamu kan sudah manis, kenapa harus membeli makanan yang manis. Kamu ini gemesin tahu," jawab pria tersebut sambil mencubit pipi pacarnya.
Sontak Laura yang melihatnya pun merasa jijik, "hei kalian yang di luar," panggil Laura dari dalam dan sepasang kekasih tersebut langsung menatap ke arah Laura dari luar.
"Pergi kalian dari situ. Dasar alay, pergi," usir Laura dengan nada tegas kepada sepasang kekasih tersebut.
"Apaan sih, iri bilang kamu. Yuk sayang, males aku di sini, karena ada orang yang iri melihat kita," ucap wanita tersebut dan mereka berdua langsung pergi dari hadapan Laura.
"Siapa juga yang iri, dasar sejoli alay. Jijik gila saya," ucap Laura sambil memiringkan bibirnya dan membalikkan bola matanya beberapa detik.
"Mereka benar-benar menyebalkan. Mending aku melanjutkan pekerjaan yang harus aku selesaikan," ujar Laura membuka ponselnya, sambil meminum kopi tersebut dengan kanannya dan membuka ponselnya dengan tangan kirinya.
Saat Laura membuka ponselnya, tiba-tiba saja ada satu pesan masuk dan itu adalah pesan dari seorang pria yang tidak di kenal oleh Laura. Sontak Laura
KAMU SEDANG MEMBACA
Akhirnya Laku Juga
Romance"Namaku Laura Xaviera, biasa dipanggil Laura. Sudah 25 tahun aku single, dan tinggal bersama kedua orangtuaku yang masih utuh. Mereka terus mengatakan soal pernikahan kepadaku. Padahal aku hanya ingin fokus mengejar karir dulu." "Sampai di mana aku...