Episode 45: Siapa Nama Pria Itu?

8 4 2
                                    

"Jadi kemarin itu, ada hal yang benar-benar sangat mendesak bagi saya. Jadi begini Mbak, saya mengambil antrian anda dan orang lain, karena saya harus memberi makanan kepada seorang nenek yang hampir sekarat di jalanan" jawab pria tersebut.

Seketika itu juga Laura terdiam dan terbeku, saat pria tersebut menjawab pertanyaannya, "saya harus membantu seorang Nenek yang hampir sekarat di jalanan, karena Nenek itu kelaparan. Nenek itu hampir masuk rumah sakit karena makanannya tidak sengaja terjatuh dan tentu saya yang melihatnya merasa kasihan dan membantu Nenek tersebut. Saat sudah saya berikan makanan, lalu saya bertanya kepada Nenek itu sendirian dan mencari makanan sendiri"

"Ternyata Nenek tersebut tidak punya siapapun dan baru makan, setelah 5 hari tidak makan. Maka sebab itu saya harus cepat membantu Nenek tersebut, sebelum terjadi sesuatu yang buruk kepadanya" jawab pria tersebut dengan jelas kepada Laura.

"Ternyata ada hal yang sangat baik yang dilakukan oleh pria ini. Aku malah salah sangka dan emosi di belakang jadinya. Ya Allah, aku jadi merasa bersalah kepada pria ini" ucap batin Laura jadi merasa bersalah, karena sudah emosi tentang pria tersebut.

"Itu saja yang bisa saya jawab dari pertanyaan anda. Sekali lagi saya minta maaf atas apa yang saya lakukan kemarin. Saya minta maaf" meminta maaf kembali pria tersebut.

"Iya, gapapa kok. Saya sudah mendengar semua penjelasan anda. Saya memaafkan anda kok. Saya juga minta maaf, karena kemarin kebanyakan emosi kepada anda. Habisnya anda tiba-tiba mengambil antrian saya. Saya juga meminta maaf kalau begitu" ucap Laura yang meminta maaf kepada pria tersebut.

"Kalau begitu saya permisi dulu ya, karena saya harus melakukan pekerjaan lagi. Permisi" ujar pria tersebut langsung pergi dari cafe Laura.

"Pria tersebut baik juga, tapi pakaiannya kurang aku sukai, karena tidak terlalu rapi. Oh ya, aku lupa menanyakan namanya. Tuhkan, habisnya fokus ke antrian kemarin saja, sampai lupa menanyakan namanya dan memberitahukan namaku. Astaga, sudahlah, lain waktu kami akan bertemu lagi, semoga saja" ucap Laura kembali tersenyum dan meminum kopinya.

Sore pun tiba. Di mana Laura sedang mengobrol dengan Nathalie, "jadi bagaimana dengan kau dan pria itu. Apa kalian sudah baikan?" tanya Nathalie soal cerita antrian yang diceritakan oleh Laura sendiri.

"Tentu saja kami sudah bertemu dan dia menjelaskan semuanya kepadaku. Aku cukup tersentuh dengan apa yang ia lakukan. Maka sebab itu aku maafkan deh dianya. Yaudah, habis itu dia pergi gitu aja deh" jawab Laura sambil menyilangkan kakinya dan sudah selesai mengerjakan pekerjaannya.

"Apa pria itu tampan?" bisik Nathalie kepadanya.

"Apaan sih kau ini Nathalie. Nanti aku aduin kau ke pacarmu baru tahu kau. Mau kau, soalnya kan aku punya nomor teleponnya. Heheheheh" mengancam Nathalie, sambil tersenyum jahat.

"Jangan gitu dong, Sayang. Kita ini kan sudah sahabatan lama, jadi jangan gitu lah. Kan aku hanya bertanya saja, apa dia tampan atau tidak. Mana tahu cocok untukmu, kan kalian bisa melakukan kencan buta. Yakan" jawab Nathalie sambil menaikkan kedua alisnya, dengan ekspresi wajah bahagia.

"Kan sudah aku katakan Nathalie. Aku kan tidak mau pacaran, kenapa kau malah memaksaku terus sih. Menyebalkan jadinya kan" kesal Laura, karena Nathalie kembali membahas seorang pria.

"Baiklah, maafkan aku. Tadi hanya keceplosan saja, Sayangku. Jangan marah gitu dong, kan kelupaan saja" jawab Nathalie sekaligus meminta maaf kepada Laura.

"Siapa yang marah denganmu. Aku hanya kesal saja kepadamu, itu saja. Dan mana mungkin aku tidak memaafkanmu. Aku ini kan sahabatmu, dan kita sudah bersahabatan dari kecil, tentu itu sudah hal biasa bagiku, Nathalie" ucap Laura sambil tersenyum tipis.

"Berarti kau mengizinkanku untuk membuatku marah lagi deh. Hahahah" tertawa Nathalie dan begitu menyukai jahilan untuk Laura.

"Ih, jangan gitu deh. Oh ya, apa besok kau ada waktu?" tanya Laura sambil menaikkan alisnya.

"Aku ada aja sih. Ada apa memangnya, apa kau membuat acara atau sesuatu untukku?" jawab Nathalie sekaligus bertanya.

"Sepertinya besok ada acara nyantunin anak yatim deh di rumah. Soalnya besok kan hari jumat Nathalie. Biasanya kalau setiap hari jumat kan Ibu melakukan doa nyantunin anak yatim. Apa kau lupa, kan dulu kita pernah memberikan makanan kepada anak yatim yang diundang Ibu" jawab Laura dengan jelas.

"Benar juga yang kau katakan itu. Aku benar-benar lupa, karena sudah lama sekali gays. Baiklah, besok aku akan datang ke rumah lebih cepat, untuk membantu Ibu. Kan dulu aku juga yang sering membantu Ibu, kau malah enak-enakan menonton televisi. Dasar mageran" ucap Nathalie kembali mengejek Laura.

"Iya deh, si paling rajin deh. Mang eak, hahahah" tertawa Laura.

"Laura tidak ada membahas soal mantan pacarnya. Syukurlah karena dia sudah benar-benar melupakan pria buaya itu. Terima kasih ya Allah, karena sudah menjaba doaku selama ini untuk sahabatku ini, yang sudah aku anggap seperti adikku sendiri, terima kasih" ucap batin Nathalie sambil tersenyum kepada Laura yang tertawa melihat wajah lucu Nathalie.

Malam pun tiba, di mana Laura sudah dalam perjalanan menuju rumahnya. Dan saat di perjalanan, tiba-tiba saja ia mendadak berhenti karena melihat dari kejauhan sesuatu yang membuatnya tersentuh.

"Bukannya dia pria tadi ya" ucap Laura melihat dari kaca dalam.

"Kelihatannya dia benar-benar pria yang baik deh"

Di luar mobil, ternyata terlihat seorang pria yang sedang bermain gelembung kecil bersama anak-anak jalanan dengan bahagia, "aku jadi penasaran dengan namanya. Aku harus menghampirinya deh, untuk menanyakan namanya" ujar Laura langsung turun dari mobilnya dan bergegas menutup pintu mobilnya.

Saat Laura mau menghampiri pria tersebut, ternyata pria tersebut sudah tidak ada dan tinggal anak-anak yang bermain gelembung air dengan bahagia, "eh, ke mana pria itu. Kenapa sudah tidak ada?" Bertanya-tanya Laura dan melihat sekelilingnya.

Karena Laura tidak menemukan pria tersebut, Laura pun memberanikan dirinya bertanya kepada anak-anak jalanan tersebut, "permisi adek" sapa Laura dengan lembut.

"Iya kak, ada apa kak?" jawab anak jalanan tersebut sekaligus bertanya dan dengan tutur yang sopan.

"Tadi kan kalian bermain gelembung air dengan seorang pria kan. Yang sekiranya bisa dibilang abangan kalian. Apa kalian tahu namanya siapa?" Ucap Laura sambil menaikkan alisnya.

"Ouh, Om hati baik. Kami tidak tahu namanya siapa Tante, kami menyebutnya Om hati baik. Itu saja Tante, ada apa memangnya Tante dengan Om hati baik?" jawab anak jalanan tersebut sekaligus bertanya.

"Ouh, jadi gitu ya. Gak ada apa-apa kok, Sayang. Kalau begitu, Tante duluan ya, dan jangan diri kalian di sini ya anak-anak. Tante juga ada sedikit uang untuk kalian, diterima ya, Sayang" memberikan beberapa uang dan langsung masuk ke dalam mobilnya kembali.

Di dalam mobil, "sebenarnya siapa nama pria itu ya"

Akhirnya Laku JugaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang