Episode 16: Mencari Rumah

20 6 4
                                    

"Wah, romantis banget. Apa Ayah bisa ceritakan sedikit tentang hubungan kalian," ucap Laura ikut tersenyum.

"Sudahlah nak, Ayah lagi sibuk banget Sayang. Mending kamu bantu Ibu kamu sana," jawab Ayahnya yang malu dan menyuruh Laura untuk membantu Ibu.

"Baiklah Ayah. Kalau begitu, cepat ke meja makan, karena sarapan sudah selesai," ujar Laura langsung keluar dari ruang kerja Ayahnya dan kembali menuju meja makan.

Di meja makan, Ibunya sudah menaruh makanan di atas meja, "Di mana Ayah kamu?" tanya Ibunya sudah selesai menata sarapan dan membersihkan tangannya.

"Ayah akan datang sebentar lagi Ibu. Apa sarapannya sudah selesai?" jawab Laura sekaligus bertanya.

"Sudah Sayang. Kalau begitu, makanlah duluan kalau kamu mau. Takutnya nanti kamu kelamaan datang ke cafe lagi," ucap Ibunya langsung menyiapkan sarapan untuk Laura.

"Tidak Bu, kan aku yang memiliki cafe itu, jadi terserah aku deh. Hahahah," tertawa Laura sambil meminum air putih yang ia ambil barusan disampingnya.

"Baiklah. Kalau begitu, ini sarapan untuk kamu sayang," langsung memberikannya kepada Laura dan Laura pun mengambil sendok yang ada di depannya.

Laura pun mulai menyantap sarapannya dan Ibunya kembali duduk dihadapannya, "omong-omong, apa pembangunan cafe sudah dimulai, Sayang?" tanya Ibunya kembali, sambil menaikkan alisnya.

"Belum Bu, masih pembelian bahan-bahan untuk pembangunan cafenya. Katanya sih hari ini akan dimulai pembangunan, tapi gak tahu juga sih. Nanti Laura coba cek ke cafe," jawab Laura sambil mengunyah makanannya kembali.

Saat Laura sedang mengunyah, tiba-tiba saja ada yang mengagetkan Laura dari belakang dan itu adalah Ayahnya. Sontak Laura keselek, karena ia sedang mengunyah makanannya, "uhuk, uhuk. Ih, Ayah ini," kesel Laura langsung meminum air putih dan memukul dadanya agar tidak tersedak kembali.

"Eh, apa kamu baik-baik saja Sayang?" tanya Ayahnya langsung berdiri disamping Laura.

"Pakai nanyak lagi Ayah, ini aku tersedak nih. Mengagetkan Laura saja. Lain kali jangan seperti itu dong Ayah," kesel Laura kembali dan langsung buang muka dari Ayahnya.

"Maafkan Ayah ya Sayang. Tadi hanya bercanda saja, heheheh," meminta maaf Ayahnya dan duduk disampingnya.

"Makanya Ayah, kamu jangan seperti itu kepada Laura. Kebiasaan kamu kayak gitu," ucap istrinya.

"Namanya bercanda saja. Maafin Ayah ya nak," meminta maaf kembali Ayahnya kepada dirinya.

"Yaudah, Laura maafin. Lain kali jangan seperti itu, sukak banget ngisengin Laura. Kalau begitu, Ayah makan sarapannya tuh," jawab Laura kembali menyantap makanannya.

Selesai sarapan bersama. Laura berpamitan kepada Ayah dan Ibunya, lalu ia langsung pergi berangkat ke cafenya yang ada di Jalan Tanah Abang, "mending aku membeli sarapan untuk pekerja bangunan yang akan mengerjakan cafeku. Kasihan mereka kalau belum makan, sekalian aku beliin minuman juga buat mereka," mengubah arah menuju makan warteg terdekat.

Sesampainya di Cafe Peace, setelah membeli makanan warteg, bersama kopi yang ia beli dari Cafe Strawberry. Laura langsung keluar dari mobilnya dan menghampiri pekerja bangunan yang sudah ada di cafe tersebut, "annyeong semuanya. Apa kalian sudah makan?" tanya Laura sambil tersenyum ceria.

Sontak pekerja bangunan tersebut langsung berbalik badan dan menatap wajah Laura, "halo Bu Laura," sapa mereka semua sambil melambaikan tangannya.

"Halo juga. Apa kalian sudah sarapan?" tanya Laura kembali, dengan pertanyaan yang sama.

"Belum Bu Laura. Kami langsung ke mari untuk melihat barang bangunan yang sudah sampai, agar tidak ada yang salah sedikitpun," jawab mandor tersebut yang ikut tersenyum kepada Laura.

"Kebetulan banget nih. Saya bawain makanan dan minuman untuk kalian. Nih, saya bagi-bagi buat kalian," ucap Laura langsung membagikan makanan dan minuman tersebut kepada masing-masing pekerja bangunan tersebut.

"Terima kasih banyak Bu Laura. Bu Laura memang wanita yang baik banget. Kami akan betah bekerja di sini kalau seperti ini," ucap salah satu pekerja dengan bahagia dan ia langsung meminum kopi tersebut, sambil duduk di atas batu bata.

"Kalau begitu, kira-kira kapan cafe ini akan selesai bangun?" tanya Laura langsung melipat kedua tangannya.

"Mungkin saja 1 bulan akan selesai. Tapi gak tahu juga sih, secepat mungkin kami selesaikan, agar cafe ini bisa digunakan lagi. Kami akan melakukannya dengan sebaik mungkin," jawab mandor tersebut sambil meminum kopi tersebut.

"Baiklah. Kalau begitu, saya serahkan kepada kamu semua pembangunan cafe ini. Kalau ada yang kurang bahan, langsung hubungi saja saya, karena saya mau langsung pergi lagi. Ada urusan yang harus saya selesaikan," ucap Laura kembali tersenyum dan ia menepuk pelan pundak mandor tersebut.

"Aman Bu Laura. Kalau begitu, Bu Laura hati-hatian di jalan. Kami akan menyelesaikan cafe ini secepat mungkin," ujar mandor tersebut dan bersama pekerja lainnya melambaikan tangannya.

Laura pun langsung masuk ke dalam mobil dan ia ikut melambaikan tangannya. Setelah itu, Laura pun meninggalkan tempat tersebut dengan mobil pribadinya.

Di perjalanan, tiba-tiba saja Laura baru ingat soal Bella, "oh ya, sepertinya aku harus membelikan pakaian untuk Bella dan Ibunya, ataupun untuk semua anak-anak yang ada di kolong jembatan itu. Aku juga ingin membelikan rumah khusus untuk mereka semua deh, dengan begitu, mereka akan tidur nyaman dan tidak akan digigiti oleh nyamuk lagi deh. Aku harus menghubungi Nathalie," langsung mengambil ponselnya yang ada disampingnya dan ia pun bergegas menghubungi Nathalie.

Tersambung, "halo Laura sayang. Ada apa menghubungiku, tumben banget?" tanya Nathalie dengan nada bahagia.

"Kau ada di mana dan apa kau sedang sibuk?" tanya balik Laura sambil menaikkan alisnya.

"Kebetulan aku lagi ada di perusahaan dan aku sedang tidak melakukan pekerjaan apapun. Memangnya ada apa sayang?" jawab Nathalie sekaligus bertanya.

"Ini, apa kau tahu orang yang menjual rumah. Aku ingin membeli sebuah rumah yang jangan terlalu besar lah. Apa kau punya kenalan orang yang menjual rumah," jawab Laura dengan jelas dan kembali bertanya.

"Wah, gak ada sih. Tapi aku bisa membantumu, mana tahu ada teman kantorku yang mempunyai kenalan yang menjual rumah juga. Nanti akan aku kabari deh kalau ada. Omong-omong, kenapa kau membeli rumah, tapi kau kan sudah punya rumah. Apa kau diusir dari rumahmu?" tanya Natahlie kembali.

"Tidak. Ada hal yang perlu saja dan aku benar-benar membutuhkan rumah. Kalau ada langsung kabari saja dan kalau bisa dapat hari ini, karena aku butuhnya hari ini sayangku," jawab Laura dengan jelas sambil tersenyum tipis.

"Yaudah deh, nanti aku coba tanyain ke temen aku, mana tahu ada kan. Kalau begitu, sudah dulu ya Sayang dan sampai jumpa nanti," langsung mematikan telepon tersebut dan Laura kembali meletakkan ponselnya disampingnya.

Saat baru meletakkan ponselnya. Tiba-tiba saja ada masuk panggilan dan itu adalah panggilan dari

Akhirnya Laku JugaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang