Episode 52: Bibi Iyem

8 4 1
                                    

Di dalam cafe, Laura langsung duduk dikursinya, dan mulai membuka kotak makanannya, "hm, waktunya makan, nyam nyam" mulai melahap makanan tersebut.

Setelah menghabiskan makanan dan minumannya, Laura pun istirahat sejenak di cafenya, "kenyang juga akhirnya. Kalau begitu, mending aku segera pulang deh, karena sudah beres semuanya di sini. Besok baru cafe akan dibuka dan nanti aku akan menghubungi semua karyawanku, kalau besok mereka sudah bisa kembali bekerja" langsung berdiri, dan menyandang tasnya, lalu keluar dari cafe tersebut, dengan tidak lupa untuk mengunci cafenya.

Setelah mengunci cafe tersebut, ia pun bergegas masuk ke dalam mobilnya, dan saat hendak mau masuk ke dalam mobilnya, Laura melihat restoran Revandra, "rame banget restorannya. Habisnya makanannya juga enak-enak, makanya ramai. Kalau begitu aku langsung pulang saja deh" ucapnya langsung masuk ke dalam mobil, dan bergegas pergi dari tempat tersebut.

Disisi lain, di restoran Revandra, "apa Pak Revan mau pulang?" tanya karyawannya.

"Iya, karena pekerjaan saya di sini sudah selesai di sini. Kalau begitu saya pulang dulu dan tutuplah secara tepat waktu. Saya duluan" jawab Revandra melambaikan tangannya, sambil tersenyum, lalu keluar dari restorannya.

Saat hendak masuk ke dalam mobilnya, ia melihat cafe Laura, "dia sudah pulang. Entah kenapa jantungku merasa berdebar dengan kencang saat menatapnya. Apa mungkin aku menyukainya, tidak mungkin" menggelengkan kepalanya, dan langsung masuk ke dalam mobilnya.

Sore pun tiba, di mana Laura sampai di rumahnya, dan langsung masuk ke dalam rumahnya, "assalamualaikum"

"Waalaikumsalam" jawab bibi rumahnya yang bernama Bi Iyem.

"Eh, Bi Iyem, Bibi" langsung memeluk Bibi Iyem dengan kerinduan.

"Eh, non Laura, kenapa non Laura memeluk Bibi?" tanya Bi Iyem.

"Bagaimana Laura tidak memeluk Bibi, orang Bibi baru kembali dari kampung. Sejak kapan Bibi sudah di sini, dan apakah anak Bibi sudah sehat di kampung?" jawab Laura sekaligus bertanya.

"Anak Bibi alhamdulilah sudah sehat non, dan Bibi baru juga sampai. Kebetulan Bibi masih punya kunci rumahnya. Tadi tidak ada orang sama sekali, mungkin saja nyonya dan tuan sedang kerja" jawab Bibi Iyem tersenyum dengan bahagia.

"Ya Allah Bi, Laura benar-benar rindu dengan Bibi. Sudah lama kita tidak bermain bersama Bi, rindu banget Laura, arghhh" sangat bahagia Laura, dan kembali memeluk Bibi Iyem.

"Iya non, Bibi juga rindu banget sama non. Apa non baik-baik saja di sini?" tanya Bi Iyem kembali, sambil menaikkan alisnya.

"Laura baik-baik saja kok, tapi Laura juga tidak mendapatkan pacar Bi. Sedih banget tahu Bi, sering disakiti, selama Bibi di kampung, jadi gak ada teman curhat Laura deh" jawab Laura memasang ekspresi sedih.

"Maafkan Bibi ya non, karena Bibi tidak bisa menemani masa sedih non. Tapi kali ini, Bibi sudah siap untuk menemani non, kalau non sedang butuh teman curhat" ucap Bibi Iyem kembali tersenyum kepada dirinya.

"Terima kasih banyak Bi Iyem. Bi Iyem memang yang terbaik deh"

"Oh ya non, apa non Laura sudah makan?" tanyanya kembali.

"Kebetulan Laura sudah makan kok Bi Iyem, ada apa memangnya?" jawab Laura sekaligus bertanya.

"Kebetulan Bibi sedang membuat pancake untuk non Laura. Pancake nya spesial untuk non Laura. Apa non Laura mau mencobanya" ucap Bi Iyem.

"Wah, kalau masakan Bi Iyem tidak pernah aku tolak. Mana Bi Iyem, aku jadi lapar lagi nih, heheheh" tertawa tipis Laura.

"Kalau begitu tunggu sebentar ya Bi Iyem. Bibi akan ambilkan untuk non Laura" ujar Bi Iyem langsung mengambil pancake yang sudah ia masak di dapur.

"Okey Bi"

Laura pun langsung duduk di sofa ruang tamu, sambil menyalakan televisi, untuk menunggu pancake yang dibuat oleh Bi Iyem.

"Ini pancake nya non Laura" ucap Bi Iyem langsung menghampiri Laura, dengan membawa pancake yang sudah dituang oleh madu asli dari kampung Bi Iyem.

Sontak Laura langsung menatap pancake yang ada ditangan Bi Iyem, lalu diletakkan di atas meja, "hm, sepertinya enak banget Bi. Apa ini madu asli dari kampung Bi Iyem?" tanya Laura sambil menaikkan alisnya.

"Iya non Laura. Ini oleh-oleh dari kampung Bi Iyem. Madu asli" jawab Bi Iyem sambil tersenyum.

"Wah, kalau begitu Laura coba ya Bi Iyem. Bismillah" langsung mencicipi pancake tersebut dengan penuh kenikmatan.

"Bagaimana rasanya non?" tanya Bibi Iyem berdiri disamping Laura.

"Hmmm, ini enak banget Bi. Madunya ini, benar-benar terasa dan rasanya seperti berada di kebun madu. Enak banget Bi, ehm" terus melahap pancake tersebut dengan cepat dan langsung habis ludes.

"Pelan-pelan non Laura. Seperti tidak makan 1 tahun, hahahah" tertawa Bibi Iyem.

"Habisnya enak Bi, mau bagaimana lagi. Nanti Laura juga mau makan pancake ini lagi deh, karena ini benar-benar enak" ucap Laura meletakkan piring tersebut di atas meja, dan Bi Iyem mengambil piring tersebut.

"Kalau begitu Laura mau masuk kamar dulu ya Bi, karena ada pekerjaan yang harus Laura urus" memeluk Bi Iyem kembali, dan langsung naik ke lantai dua, lalu masuk ke dalam kamarnya.

"Non Laura masih sama seperti dulu. Masih sama-sama ceria dan tambah cantik. Semoga saja non Laura bertemu dengan jodohnya" ucap Bi Iyem langsung menuju dapur, sambil membawa piring bekas makan Laura.

Malam pun tiba. Di mana Laura baru selesai mandi, dan sudah mengenakan pakaian tidurnya. Laura pun langsung turun ke bawah, untuk makan malam dengan Ayah dan Ibunya.

"Annyeong semuanya, apa semuanya ada di bawah?" tanya Laura yang ada ditangga.

"Ayah ada di sini, Sayang" sahut Ayahnya yang ada di ruang tamu.

"Ibu ada di sini, Sayang, bersama Bi Iyem" jawab Ibunya juga yang berada di dapur, sedang membuat makan malam bersama Bi Iyem.

Laura pun menghampiri Ayahnya, dan duduk disampingnya, "Ayah sudah tahu kan, kalau Bi Iyem sudah kembali" ucap Laura sambil menaikkan alisnya.

"Sudah, dan Ayah juga sudah menikmati pancake buatan Bi Iyem barusan. Apa kamu sudah mencobanya juga?" tanya Ayahnya yang sedang membaca koran.

"Sudah dong, rasanya itu enak banget. Apalagi madunya, benar-benar enak, rasanya seperti berada di kebun madu yang begitu banyak. Apa Ayah juga seperti yang Laura rasakan" jawab Laura sambil tersenyum bahagia.

"Tentu saja Ayah seperti itu. Ayah sampai nambah 3 kali tahu, sangking enaknya. Ayah sampai kekenyangan sekarang, dan ditambah Ayah akan makan malam lagi. Bisa-bisa Ayah seperti orang korupsi lagi, yang perutnya buncit itu, hahahah" tertawa Ayahnya, sambil memegang perutnya.

"Hahahah, apaan sih Ayah ini. Ayah kan memang sudah sedikit gendut, ngapain ditambahin gendut lagi. Aneh-aneh aja"

"Ayah, Laura. Mari makan malam, karena makanannya sudah selesai" ucap Ibunya dari dapur.

Akhirnya Laku JugaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang