Episode 11: 10 Kopi

22 9 3
                                    

Sesampainya di depan kamar ibunya, Laura pun langsung masuk ke dalam kamar. Saat Laura masuk ke dalam kamar ibunya, ternyata ibunya sudah bangun dan sedang duduk diam, sambil melamun melihat ke arah jendela.

"Ibu, Ibu sedang apa?" tanya Laura langsung duduk disamping ibunya.

Sontak ibunya menatap wajah Laura, "Ibu tidak melakukan apapun kok. Ibu hanya melamun saja. Ada apa kamu ke mari?" jawab ibunya sekaligus bertanya.

"Aku mau mengajak ibu sarapan. Kebetulan semua sarapannya sudah selesai Laura buat," jawab Laura sambil tersenyum.

"Maksud kamu, kamu yang membuat sarapan?" tanya kembali ibunya.

"Iya dong Bu, makanya mari kita sarapan bersama. Ayah juga sudah menunggu di meja makan, yuk Bu," jawab Laura langsung menggandeng tangan ibunya dan mereka keluar dari kamar bersamaan.

Merekapun bergegas menuju meja makan dan sesampainya mereka berdua langsung duduk.dikursi masing-masing.

"Ini Bu, di makan makanan buatan Laura, Ibu dan Ayah pasti akan suka dengan masakan Laura," langsung meletakkan lauk pauk ke piring Ibu dan Ayahnya.

"Terima kasih banyak nak, tumben banget kamu mau buat sarapan. Kesambet apa kamu kemarin?" tanya Ibunya mulai mencoba masakan Laura.

"Gapapa Bu, Laura lagi kepengen aja masak sendiri. Lagian, masakan Laura kan jelas enak dan bikin tambah terus. Hahahah," jawab Laura sambil tertawa tipis kepada kedua orangtuanya.

"Ehm, ini enak banget sayang. Ayah mau tambah sedikit lagi deh. Habisnya ini enak banget," puji ayahnya dengan bahagia, sambil mengunyah makanannya.

"Terima kasih banyak Ayahku sayang. Ambil saja makanannya ayah," jawab Laura kembali tersenyum dan Ayahnya langsung mengambil lauk pauk yang masih tersedia di atas meja.

"Kau tahu gak sayang, kalau cafe anakmu ini kebakaran," ucap Ayahnya kepada istrinya.

"Hah, kebakaran. Kenapa bisa?" tanya Ibunya sedikit kaget dan ia langsung menatap wajah Laura dengan serius.

Laura pun langsung menceritakan semua cerita yang sudah ia ceritakan kepada Ayahnya, "astaga, kamu harus jaga diri deh sayang. Karena bisa saja hal yang lebih dari itu terjadi. Ibu tidak mau kalau itu sampai terjadi, kamu paham kan nak," sedikit cemas dengan Laura.

"Iya Ibuku sayang. Laura baik-baik saja kok dan Laura bisa menangani semuanya dengan baik," jawab Laura sambil mengelus tangan ibunya dengan lembut.

Selesai sarapan dan Laura sudah bersiap-siap untuk ke cafe. Laura pun berpamitan kepada Ibunya, dan Ayahnya bersama Laura langsung masuk ke dalam mobil pribadi milik Laura.

Di perjalanan, "apa Ayah tidak mau mampir ke cafe Laura dulu?" tanya Laura sambil menyetir.

"Boleh deh, kebetulan Ayah lagi kepengen minum kopi, karena tadi Ibu kamu tidak membuatkan Ayah kopi. Oh ya, apa kamu tidak melihat cafe yang terbakar itu. Apa mau dilakukan pembangunan lagi?" jawab Ayahnya sekaligus bertanya.

"Tentu saja Ayah, karena itu adalah cafe yang paling laris di Jakarta. Jadi Laura akan menyuruh orang untuk membelikan semua barang yang dibutuhkan untuk pembangunan cafe. Untung saja Laura mempunyai simpanan uang dan karena sudah membuka cabang cafe banyak, Laura jadi punya penghasilan sendiri dan tidak bingung lagi kalau ada masalah datang," jawab Laura sambil tersenyum.

"Anakku benar-benar sudah dewasa. Sekarang dia sudah menyelesaikan masalahnya sendiri tanpa bantuan dari Ayah dan Ibunya. Semoga kau dipertemukan dengan pria yang begitu sayang denganmu nak." Ucap batin Ayahnya ikut tersenyum melihat Laura tersenyum.

Sesampainya di Cafe Strawberry, mereka berdua langsung turun dari mobil bersamaan dan masuk ke dalam cafe tersebut, "salam Bu Laura," sapa semua barista yang sudah datang.

"Salam juga buat semuanya. Oh ya, hari ini kedatangan ayah saya ke cafe ini, jadi saya mau kalian buatkan kopi yang spesial untuk ayah saya dan kopi seperti biasanya untuk saya. Antarkan ke meja paling ujung," perintah Laura kepada salah satu barista wanita.

"Baik Bu Laura. Salam pak," memberikan salam kepada Ayah Laura, dengan menundukkan kepalanya.

"Salam juga," ikut tersenyum Ayahnya.

Laura dan Ayahnya pun duduk dikursi berhadapan, "cafe kamu cantik banget ya sayang, sudah banyak perubahan. Waktu ayah ke sini belum secantik ini, sekarang sudah cantik banget seperti pemiliknya. Hahah," memuji Ayahnya sambil tertawa tipis.

"Hahahah, Ayah ini, pandai sekali kalau soal memuji deh. Nanti kita sering-sering minum bersama di cafe Laura ya Ayah, sembari menghilangkan lelah kehidupan ini," ujar Laura kembali tersenyum dan menatap mata ayahnya dengan penuh kasih sayang.

"Tentu saja sayang"

Minuman mereka berdua pun datang dan barista tersebut langsung meletakkannya di atas meja, "ini minumannya," ucap barista tersebut dengan sopan dan langsung menundukkan kepalanya.

"Terima kasih banyak, kalau begitu kembalilah bekerja," ujar Laura dengan begitu ramah dan barista tersebut langsung kembali ke pekerjaannya.

"Diminum Kopinya Ayah, semoga Ayah suka deh dengan kopi yang ada di cafe Laura ini," langsung mendekatkan kopi tersebut kepada Ayahnya.

"Baik anak Ayah yang paling cantik. Ayah akan mencoba kopi ini," jawab Ayahnya langsung mencoba kopi tersebut dengan perlahan-lahan dan Laura juga ikut meminum kopinya.

"Bagaimana ayah?" tanya Laura sambil meletakkan kopinya di atas meja.

"Ini benar-benar enak sayang, baru kali ini Ayah mencoba kopi seenak ini. Jujur, kopinya benar-benar enak deh. Kalau begitu, tolong kamu pesankan 10 bungkus kopi rasa cappucino. Kopi itu akan Ayah berikan kepada karyawan Ayah yang ada di perusahaan nanti,"  jawab Ayahnya dengan bahagia dan kembali meminum kopi tersebut.

"Aman Ayah, kalau begitu Ayah di sini, karena Laura mau memesankan kopi yang Ayah mau bawa ke perusahaan Ayah," ujar Laura begitu bahagia dan ia langsung memesankan kopi yang diminta Ayahnya.

Selesai berbincang dan pesanan kopi Ayahnya sudah selesai. Laura langsung membayar kopi tersebut, "kenapa dibayar Bu Laura, kan Bu Laura pemilik cafe ini?" tanya si kasir.

"Gapapa, lagian aku juga pelanggan yang meminum kopi di sini. Jadi itu terserah saya, kamu hanya perlu menjalankan tugas kamu saja. Kalau begitu, saya permisi dan terima kasih atas kopinya," jawab Laura dengan lembut dan tidak lupa untuk tersenyum.

Di luar cafe sudah ada Ayahnya yang menunggu Laura, "Ayah, tolong bukakan pintunya," meminta bantuan dan Ayahnya langsung membukakan pintu belakang.

Setelah memasukkan seluruh kopi. Mereka berdua langsung masuk ke dalam mobil, "kenapa kamu saja yang menyetir. Biar Ayah saja sini yang menyetir mobilnya," ucap Ayahnya, sambil menatap wajah Laura.

"Tidak perlu Ayah, Laura juga bisa kok"

Laura pun langsung menyalakan mobil tersebut dan berangkat meninggalkan cafe tersebut. Sesampainya di perusahaan Ayahnya setelah menghabiskan beberapa menit. Mereka berdua pun langsung turun dari mobil bersamaan kembali dan Laura mengeluarkan kopi dari belakang mobilnya, lalu ia berikan kepada asisten pribadi Ayahnya yang baru datang.

"Kalau begitu Laura pergi duluan ya ayah dan jaga diri ayah di sini, jangan bekerja terlalu keras dan ingat makan siang ya ayahku sayang," mengelus kedua tangan Ayahnya dan Ayahnya langsung mengecup kening Laura.

"Tentu saja sayang. Kamu juga jangan terlalu bekerja keras"

Laura pun melambaikan tangannya dan ia langsung masuk ke dalam mobilnya. Setelah itu, Laura pergi meninggalkan perusahaan tersebut dengan mobilnya.

Di perjalanan, tiba-tiba saja ponselnya berdering dan itu adalah panggilan dari

Akhirnya Laku JugaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang