Episode 9: Pelaku Kebakaran

27 11 4
                                    

"Bagaimana rasanya?" tanya Laura dan Nathalie bersamaan.

"Ini benar-benar enak. Rasanya seperti berada di surga, ini sangat enak, aku suka. Kalau begitu, aku mau pesan lagi untuk teman-temanku. Lain kali aku akan sering datang ke cafe ini bersama yang lainnya," jawab Gino sambil tersenyum dan kembali meminum minuman tersebut.

"Hahahah, terima kasih banyak karena memuji keenakan minuman di sini. Kalau begitu ajaklah teman-temanmu nanti. Dengan begitu, akan semakin banyak pelanggan yang datang ke cafeku ini," ujar Laura ikut tersenyum dan menyilangkan kakinya.

Setelah berbincang-bincang cukup lama. Gino pun akhirnya pulang dari cafe tersebut dan hanya ada Laura bersama Nathalie.

"Kenapa nasibku begini ya Nathalie. Kenapa aku terus dibohongi. Aku capek tahu kalau seperti ini terus. Aku mau nyerah aja deh," lelah Laura dan ia langsung mengerutkan keningnya.

"Kau jangan seperti itu Laura. Jangan mudah menyerah begini dong. Ini namanya bukan Laura yang ku kenal. Laura yang ku kenal selalu semangat dan pantang menyerah. Ayolah, kau harus bangkit. Gak selamanya harus berjalan mulus seperti yang kau katakan sayang. Kau harus menerima semua rintangan ini," menenangkan Laura dengan memegang kedua tangannya.

Laura menghela napas panjang, "baiklah, aku akan mendengarkan apa yang kau katakan. Tapi untuk sekali ini saja, aku tidak mau mencari pasangan dulu. Aku ingin sendiri dulu, karena aku sudah banyak dibohongi, jadi aku mau menenangkan diriku dulu. Boleh kan Nathalie?" tanya Laura meminta izin kepada Nathalie.

"Tentu saja. Kau boleh melakukan apapun yang kau inginkan, tapi jangan sampai hal yang kau lakukan itu membuatmu sedih. Lakukan hal yang membuatmu bahagia dan lupakan masalah yang telah berlalu," jawab Nathalie sambil tersenyum dan menatap kedua mata Laura.

"Kau memang yang terbaik Nathalie. Terima kasih banyak." Bahagia Laura dan ia langsung memeluk Nathalie.

Saat mereka sedang berpelukan. Tiba-tiba saja ponsel Nathalie berdering dan itu adalah panggilan dari pacarnya.

"Siapa?" tanya Laura langsung melepaskan pelukan tersebut dan menatap wajah Nathalie yang mengangkat teleponnya.

"Pacarku," jawab Nathalie sambil tersenyum tipis dan ia meletakkan ponsel tersebut ditelinganya.

"Apa sayang?" tanya Nathalie dengan lembut kepada pacarnya dan sangat berbeda ketika berbicara dengan Laura.

"Astaga, dia berubah 100 derajat ketika ditelepon pacarnya ataupun saat mereka bertemu. Sedikit menggelikan melihatnya," ucap batin Laura kembali menghela napas panjang.

"Ouh, okey sayang. Nanti malam jemput aku seperti biasanya ya sayang. Dah sayangku, i love you," ucap Nathalie terus tersenyum.

Setelah berbicara lewat telepon. Nathalie pun langsung mematikan teleponnya dan kembali menatap wajah Laura, "apa yang dia katakan?" tanya Laura sambil menaikkan alisnya.

"Seperti biasanya, dia mengajakku jalan. Kenapa, kamu iri. Jangan iri, jangan iri, kasihan kamu jomblo. Hahahah," jawab Nathalie sambil mengejek Laura.

"Terserah mu deh. Lebay banget sih, yaudah deh mending kau pulang saja sana. Menyebalkan, membuat orang kesal saja," kesal Laura dan ia langsung melipat kedua tangannya, lalu memalingkan wajahnya dari Nathalie.

"Hahaha, ada yang marah nih. Baperan amat sih neng. Kalau begitu, aku pulang duluan deh," ujar Nathalie langsung berdiri dan ia juga sudah menyandang tasnya.

Laura langsung menatap wajah Nathalie kembali, "eh, biar aku yang mengantar ke rumah mu deh. Sekalian aku juga mau pulang soalnya," jawab Laura ikutan berdiri dan ia juga menyandang tasnya.

"Kalau begitu, saya pulang dulu ya. Untuk semua barista, kalian jangan pulang terlalu pulang malam dan tutuplah sesuai jam yang sudah ditetapkan," memberitahu kepada semua pekerjanya.

"Baik Bu Laura. Bu Laura hati-hatilah di jalan," ucap semua barista langsung melambaikan tangannya dan Laura bersama Nathalie ikut melambaikan tangannya juga.

Sesampainya di rumah Nathalie, setelah beberapa menit dari Cafe Strawberry, "kita sudah sampai" ucap Laura langsung menatap wajah Nathalie.

"Terima kasih banyak sahabatku, karena sudah mengantarkanku," bahagia Nathalie dan mereka berdua langsung turun dari mobil bersamaan.

Saat mereka berdua turun dari mobil, ada seorang pria yang menghampiri mereka berdua dan ia adalah pacar Nathalie yang sudah menunggu lama di depan rumahnya.

"Sayang," panggil pacarnya yang bernama  Vano.

"Apa cintaku," jawab Nathalie langsung mendekat ke Vano dan Vano pun mengecup kening Nathalie.

Vano menatap wajah Laura, dan melambaikan tangannya, "halo Laura, makasih banyak ya, karena sudah mengantarkan pacarku yang manja ini" berterima kasih Vano kepada dirinya.

"Sama-sama, lagian Nathalie kan sahabatku dan kau juga sudah aku anggap seperti sahabatku juga. Jadi itu sudah biasa. Kalau begitu, aku pergi duluan ya dan jangan terlalu romantis deh, nanti aku mual, bay," jawab Laura sambil melambaikan tangannya juga dan ia langsung masuk ke dalam mobilnya.

Mobil Laura pun pergi dari rumah Nathalie dan Laura bergegas kembali ke rumahnya. Saat di perjalanan, tiba-tiba saja ponselnya berdering. Ia pun langsung mengambil ponselnya yang ada di sampingnya dan langsung mengangkat nomor tidak dikenal tersebut.

"Halo, dengan siapa ya?" tanya Laura langsung, sambil meletakkan ponselnya di dekat lehernya.

"Apa ini benar dengan Bu Laura?" tanya balik seorang pria.

"Iya saya sendiri, kenapa ya. Kenapa tiba-tiba menanyakan nama saya dan dari mana kamu tahu nama saya?" jawab Laura sekaligus bertanya.

"Saya dari pihak kepolisian Bu Laura dan kami yang mengecek kebakaran di cafe anda. Kami di sini mau memberitahukan sesuatu dari kebakaran cafe tersebut." Jawab yang tidak lain ternyata adalah polisi.

"Ouh ya pak, apa itu pak?" tanya Laura sambil menaikkan alisnya.

"Kami sudah menemukan pelaku yang membakar cafe tersebut. Kebakaran tersebut memang disebabkan karena disengaja dan yang membakarnya adalah seorang pria. Sekarang, pelaku sudah kami tahan, untuk kami tanyakan hal lebih lanjut," jawab polisi tersebut dengan jelas.

"Hah, memang disengaja. Baiklah pak, kalau begitu saya akan langsung ke kantor polisi sekarang, karena saya penasaran dengan pelakunya pak. Apa boleh pak?" tanya Laura meminta izin kepada polisi tersebut.

"Tentu saja boleh Bu Laura, karena anda adalah korbannya dan itu akan lebih memudahkan kami untuk memasukkan pelaku tersebut ke dalam penjara. Kalau begitu, saya matikan teleponnya, karena masih ada pekerjaan yang harus kami selesaikan," jawab polisi kembali dan Laura langsung mengubah arah jalannya menjadi ke arah jalan menuju kantor polisi.

Di perjalanan, "siapa pelaku itu. Apa aku mengenalnya dan apa maksud dia membakar cafeku sampai habis tidak tersisa. Dia benar-benar harus diberi pelajaran," ucap Laura jadi kesal, sambil mengepalkan tangan kirinya.

Sesampainya di kantor polisi, Laura pun langsung turun dari mobilnya dan masuk ke dalam kantor polisi tersebut. Dan betapa terkejutnya Laura, karena pelaku yang membakar cafenya adalah orang yang sempat dekat dengannya.

Akhirnya Laku JugaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang