"Tadi aku mencari kalian berdua, tapi tidak ada. Jadi aku keluar untuk mencari kalian berdua deh, dan ternyata kalian berdua sedang pdkt. Bilang dong, kalau sedang pdkt" jawab Nathalie sambil tertawa tipis kepadanya.
"Siapa yang pdkt" serentak Laura dan Revandra, lalu mereka saling bertatapan, dan Laura bergegas memalingkan wajahnya kembali kepada Nathalie.
"Tuh kan, malu-malu kucing. Udah deh, kalau sama aku bilangnya aman itu, gak bakal aku bongkar hubungan kalian yang disengaja ditutup. Publish aja, biar semua tahu, kalau kau sudah memiliki pacar setampan Revandra, hahahah" kembali tertawa Nathalie.
"Sudahlah, malas nanggapi dirimu. Lebih baik aku masuk, dah" jawab Laura langsung masuk kembali ke dalam restoran.
"Eh, kenapa kau meninggalkanku, dasar temen aneh" berteriak Nathalie.
Revandra pun berdiri, "makanya, jangan banyak bicara. Hahahah, marah kan bestienya. Kapok, hahahah" memanasi Revandra, dan ia pun juga ikut masuk ke dalam restoran.
"Ihhhh, nyebelin kalian berdua! awas kalian ya" kesel Nathalie, lalu masuk ke dalam restoran kembali, untuk menyusul mereka berdua.
Di dalam restoran, mereka pun langsung duduk di tempatnya masing-masing, "kalian habis dari mana saja. Kenapa lama banget?" tanya Vano kepada mereka berdua.
"Ini sayang, mereka berdua lagi pdkt" jawab Nathalie sambil tersenyum tipis.
"Wow, kalian berdua pdkt ternyata. Memang benar juga sih, kalian berdua cocok dan sedikit mirip kalau dilihat-lihat" ucap Vano ikut tersenyum dan kepada Laura dan Revandra.
"Tidak!!" Bersamaan Laura dan Revandra kembali, dan lagi-lagi mereka saling bertatapan, lalu memalingkan wajahnya, setelah bertatapan.
"Sudahlah, aku mau pulang sekarang, sudah badmood makan lagi. Mending aku pulang aja deh gays" sahut Laura langsung berdiri, dan menyandang tas selempangnya yang berwarna hitam elegan.
Keesokan paginya, di mana Laura sudah bangun duluan, dan sedang minum kopi bersamaan dengan cemilan di taman belakang rumahnya, sambil melihat bunga yang sudah bermekaran.
"Sejuk banget pagi hari ini, sambil menikmati kopi yang hangat. Omong-omong, soal perkataan Revandra kemarin malam, kenapa aku terus mengingat perkataannya itu ya. Apa jangan-jangan aku menyukainya" bertanya-tanya kepada dirinya sendiri.
"Astagfirullah, jangan ya Allah. Orangnya bobrok gitu. Tapi disisi lain, dia baik juga, dan sering membuatku tertawa. Dia orangnya asik sih. Tapi sedikit nyebelin juga. Hadeh" menceritakan Revandra.
Disisi lain, di rumah Revandra, "uhuk, huk, huk" langsung meminum air putih, dan saat itu juga, ia sedang sarapan pagi.
"Aduh, kok aku batuk tiba-tiba ya. Ada apa nih, kayaknya ada yang ngomongin saya ini di belakang. Siapa ini ya?" bertanya-tanya pada dirinya sendiri, dan kembali sarapan.
Kembali ke Laura, yang di mana ia sedang melihat bunga-bunga yang begitu indah. Tiba-tiba saja Ayahnya datang menghampirinya, lalu duduk disampingnya" pagi, Sayang" sapa Ayahnya sambil tersenyum dan mengambil cemilan di atas piring.
"Eh, Ayah, pagi juga. Apa Ayah baru bangun?" sahut Laura sambil bertanya.
"Tidak, Ayah sudah dari tadi bangun. Hanya saja Ayah membantu Ibumu untuk memasak. Dia itu wanita yang kadang berantakan, kadang bersih. Itulah kelebihan Ibumu. Ayah sungguh mencintainya" jawab Ayahnya dengan jelas, sambil menceritakan Ibunya.
"Omong-omong Ayah, apa yang Ayah sukai dari Ibu?" tanya Laura meletakkan cangkirnya, dan menatap wajah Ayahnya.
"Hahahah, pertanyaan yang bagus. Banyak hal yang Ayah sukai dari Ibumu. Ibumu selalu membuatkan makanan kesukaan Ayah walaupun Ayah tidak memintanya, dan Ibumu sudah tahu apa yang Ayah butuhkan sepulang kerja maupun saat berangkat bekerja. Ibumu orang yang cerewet namun peduli dengan sekitarnya. Dia sangat takut kehilangan Ayah, dan begitu juga dengan Ayah. Ayah benar-benar menyayanginya. Banyak hal yang sangat Ayah sukai dari Ibumu, sampai-sampai Ayah tidak bisa menjelaskannya"
"Yang terpenting, Ayah sangat mencintainya, dan begitu juga dengan dirimu, Sayang" mengelus rambut Laura, sambil tersenyum bahagia.
"Enak banget ya Ayah, mempunyai pasangan seperti Ibu. Kapan ya Laura seperti Ibu, yang memiliki pasangan begitu mencintainya. Laura saja tidak pernah dicintai oleh siapapun. Bahkan Laura jadi lupa apa itu cinta, karena terlalu lama sendirian. Huhh" menghela napas panjang, dan menundukkan kepalanya.
"Kamu jangan berkata seperti itu. Mungkin saja ada pria yang begitu mencintai dirimu, namun dia belum bisa mengungkapkan perasaannya kepada kamu. Jadi, kamu hanya perlu bersabar dan menunggu pria itu mengungkapkan perasaannya kepada kamu. Yang terpenting, sekarang kamu baik-baik saja dan tidak terjadi hal aneh kepada kamu" mengelus tangan kanan Laura, dan Laura pun kembali menatap wajah Ayahnya.
"Baiklah, Ayah. Terima kasih banyak atas perkataan Ayah" kembali tersenyum.
"Kalau begitu, mending kita sarapan sekarang, karena Ibumu sudah membuatkan makanan kesukaan kita. Mari" ajak Ayahnya, dan mereka berdua pun langsung masuk ke dalam rumah bersamaan.
Di dalam rumah, merekapun segera menuju ruang makan, dan merekapun duduk di tempat mereka biasanya, "ini untuk kamu, Sayang. Ada makanan manisnya juga, tadi Ibu buat pancake untuk kamu, Sayang" ucap Ibunya meletakkan makanan untuk Laura, dan Laura pun tersenyum bahagia.
"Ouh ya, Nak, bagaimana perkembangan cafe kamu. Apa sedang ada masalah?" tanya Ibunya langsung duduk dan menuangkan minum untuk suaminya.
"Alhamdulillah cafe sangat baik Bu. Malah perkembangan uangnya naik drastis" jawab Laura sambil memulai makan sarapannya.
"Aku tidak boleh memberitahukan soal masalah cafe kepada Ayah dan Ibu, karena aku tidak ingin menambah beban mereka berdua. Lebih baik aku selesaikan saja masalahnya sendiri" ucap batin Laura sambil mengunyah makanan tersebut.
"Benar kan, Sayang. Kalau ada masalah cerita aja sama Ayah dan Ibu, karena kami ini orangtua kamu, Nak" sambung Ayahnya sambil menatap wajah Laura.
"Iya, Ayah. Tidak ada masalah kok di cafe. Ayah dan Ibu tenang saja" jawab Laura kembali tersenyum.
"Kalau begitu habiskan makanannya lagi, kamu harus banyak makan, biar kamu sehat, Sayang"
"Aman Bu"
Selesai sarapan bersama, Laura pun bergegas berangkat menuju Cafe Strawberry, "Ayah, Ibu, Laura berangkat dulu ya. Assalamualaikum" tutur Laura sambil mencium tangan kanan Ayah dan Ibunya, lalu ia pun langsung pergi menggunakan mobilnya.
Di perjalanan, tiba-tiba saja Laura melihat seorang pria yang tidak asing dimatanya, dan yang tidak lain lagi pria tersebut adalah Revandra.
"Eh, ada apa itu, bukannya itu Revandra. Kenapa dia ribut dengan seseorang, apa yang terjadi. Aku harus menghampirinya" ucap Laura meminggirkan mobilnya tepat di lokasi Revandra sedang ribut dengan seseorang tersebut.
Laura pun bergegas turun dari mobilnya, dan langsung menghampiri mereka berdua, "Revandra" panggil kuat Laura, dan Revandra pun langsung berbalik badan menatapnya.
"Laura. Kenapa kau ada di sini?" tanya Revandra kepadanya, dan Laura pun menghampiri mereka berdua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Akhirnya Laku Juga
Romance"Namaku Laura Xaviera, biasa dipanggil Laura. Sudah 25 tahun aku single, dan tinggal bersama kedua orangtuaku yang masih utuh. Mereka terus mengatakan soal pernikahan kepadaku. Padahal aku hanya ingin fokus mengejar karir dulu." "Sampai di mana aku...