Episode 59: Dikira Ngedate

4 2 0
                                    

Setelah sarapan bersama, Laura pun pamit kepada Ayah dan Ibunya, untuk berangkat menuju Cafe Happines Exists.

Di perjalanan, tiba-tiba saja Laura melihat seorang pria yang tidak asing dimatanya. Laura pun berhenti sejenak, dan melihat dari dalam mobil tersebut.

Laura pun meneliti pria tersebut, dan akhirnya Laura tahu, kalau pria tersebut ternyata adalah Revandra.

"Eh, bukannya itu Revandra. Dia sering banget ya memberikan makanan kepada anak-anak jalanan itu. Apa dia setiap hari datang ke tempat itu ya. Sepertinya aku harus membantu mereka juga, untuk tinggal di rumah anak-anak. Nanti akan aku tanyakan sama Revandra deh" ucap Laura kembali menggas mobilnya, dan pergi dari tempat tersebut.

Setelah beberapa menit perjalanan, Laura pun sampai di Cafe Happines Exists, dan Laura pun turun dari mobilnya, lalu masuk ke dalam cafenya.

Di dalam cafenya, seperti biasanya barista memberikan salam kepada dirinya, dan kali ini Laura tidak memesan kopi, saat barista menanyakan pesanannya.

"Tumben banget Bu Laura tidak memesan kopi" bisik Monika kepada barista wanita lainnya.

Laura pun duduk di tempatnya yang biasa, "aku lagi gak pengen minum kopi. Kenyang banget, karena makanan Ibu tadi, hadeh, habisnya enak banget" memegang perutnya, sambil senyum bahagia.

"Ouh ya, apakah Revandra sudah sampai di restorannya. Aku mau menanyakan soal anak-anak jalanan yang sering ia jumpai. Tapiii, nanti aja deh, dia pasti sibuk, karena restorannya selalu ramai. Sore aja deh, kan itu gak terlalu ramai. Disitulah dia juga istirahat. Kalau begitu, mending aku bekerja deh, mau melihat perkembangan cafe diberbagai tempat" mengambil laptopnya, dan membukanya.

Saat Laura sedang fokus bekerja, tiba-tiba saja ada yang memukul mejanya. Sontak Laura kaget, "astaga" langsung memegang dadanya, dan melihat orang yang telah memukul mejanya, dan ternyata ia adalah Revandra.

"Revandra, kenapa membuat orang terkejut sih. Kaget tahu, ngeselin banget sih. Ada apa memukul meja seperti itu, orang lagi fokus juga" kesal Laura sambil memiringkan bibirnya, dan kembali menatap ke layar laptop.

Revandra pun duduk dihadapan Laura, sambil melipat kedua tangannya, "hehehe, maafkan aku karena sudah membuatmu terkejut. Habisnya kau serius banget tadi, jadinya aku ingin iseng saja kepadamu, tapi malah membuatmu kesal. Maafkan aku ya" meminta maaf Revandra, sambil tersenyum tipis.

"Ya lah, terserahmu saja. Oh ya Revandra, ada yang mau aku tanyakan padamu" ucap Laura langsung menatap wajah Revandra.

"Apa yang mau kau tanyakan memangnya?" tanya Revandra sambil menaikkan alisnya.

"Apa setiap pagi dan malam kau sering memberikan makanan kepada anak jalanan yang ada di pinggir jalan lampu merah?" tanya balik Laura.

"Kau tahu dari mana. Apa kau mengikutiku?"

"Ih, pede amat. Aku hanya bertanya, soalnya setiap pagi dan malam aku melihat pria yang mirip banget sepertimu, dan aku sangat yakin kalau itu dirimu. Apa itu benar-benar dirimu" ucapnya kembali bertanya.

"Iya, aku memang memberikan makanan kepada anak jalanan setiap pagi dan malam, dan selalu setiap hari aku berikan kepada mereka, karena aku kasihan kepada anak-anak jalanan itu. Mereka juga pernah cerita, kalau mereka sudah tidak memiliki Ibu ataupun Ayah. Mereka hidup sendiri dan bekerja sendiri" jawab Revandra dengan jelas, dan sedikit sedih menceritakan anak jalanan yang sering ia berikan makanannya.

"Kalau dilihat-lihat, Revandra memanglah orang yang baik. Dia selalu membantu orang di sekitarnya. Cukup lumayan, tapi aku sama sekali tidak tertarik dengannya" ucap batin Laura ikut tersenyum, saat Revandra tersenyum kepadanya.

"Hei, kenapa kau melamun sambil tersenyum. Apa ada yang salah denganku, atau aku terlalu tampan bagimu?" tanya Revandra sambil membaguskan rambutnya yang sedikit berantakan.

"Ih, pede amat luh. Siapa juga yang bilang kau tampan. Pede gila" jawab Laura sambil memiringkan bibirnya.

"Hahahahah, aku hanya bercanda saja, jangan masukkin ke hati, masukkan aja ke jantung, biar langsung innalilahi. Hahaha" tertawa puas Revandra, dan Laura hanya biasa saja, dengan wajah datar.

"Eh, kau tidak tertawa, maafkan aku. Oh ya, kita lanjutkan yang kau tanyakan itu saja, soal anak jalanan yang sering aku temui. Kenapa kau bertanya tentang anak jalanan yang aku temui. Apa kau mengenalinya?" tanya balik Revandra, dan kembali menaikkan alisnya.

"Tidak, aku tidak mengenali mereka. Hanya saja, aku ingin memberikan tempat tinggal untuk mereka. Aku ada membangun sebuah rumah, khusus untuk anak-anak yang terlantar bersama Ibu atau Ayahnya, dan anak jalanan lainnya, banyak macam deh. Maka sebab itu, aku bertanya seperti itu. Aku juga sangat kasihan dengan cerita yang kau ceritakan itu. Bagaimana kalau nanti malam aku menjenguk mereka," ucap Laura sambil tersenyum tipis, dan kembali mengetik lewat laptopnya.

"Tentu saja, itu hal yang bagus. Jadinya aku bisa bertemu dengan mereka, dan memeluk mereka dengan erat" bahagia Laura.

Sore pun tiba, di mana Laura sudah bergegas untuk pergilah bertemu dengan anak jalanan bersama anak-anak. Sekarang Laura sedang berada di luar cafenya, untuk menunggu Revandra yang minta tunggu Laura di hadapan cafenya, karena dia masih ada sedikit pekerjaan di restorannya.

"Di mana sih dia, kenapa lama banget. Aku hubungi dia dulu deh" mengambil ponselnya, dan langsung menghubungi Revandra.

Tersambung, "halo Revandra, kau ada di mana sih, kenapa lama banget?" tanya Laura sedikit kesal, karena Revandra lama keluar dari restorannya.

"Ini sudah mau siap, ini langsung keluar, dah" jawabnya langsung mematikan panggilannya.

Laura pun kembali menunggu, dan akhirnya Revandra keluar dari restorannya, lalu menghampiri Laura yang menunggunya dihadapan cafe tersebut.

"Maaf membuatmu menunggu lama, soalnya tadi pekerjaan tiba-tiba. Kalau begitu kau tangcap gas mobilmu. Aku naik motor aja, soalnya enakan naik motor" ucap Revandra sambil tersenyum, dan mereka masing-masing mengambil kendaraan mereka.

Setelah mengambil kendaraan mereka berdua. Laura dan Revandra langsung berangkat menuju lokasi yang mereka tuju, dan meninggalkan tempat tersebut.

Di perjalanan, mereka saling sampingan. Laura berada disisi kanan, dan Revandra berada disisi kiri mobil Laura. Banyak orang yang berada di pinggir jalan mengira kalau Revandra dan Laura sedang ngedate.

"Apa sih mereka. Kenapa mereka terus menatap ke arah kendaraan aku dan Revandra. Apa yang mereka pikirkan sih. Memang kalau mata julid ini ya, gak bisa diam" kembali kesal Laura, karena dirinya merasa ditatap oleh orang-orang yang berdiri di pinggir jalan, maupun hendak menyebrang lampu merah.

Setelah beberapa menit kemudian, sampailah Laura dan Revandra di tempat yang Laura lihat Revandra sedang memberikan makanan kepada anak jalanan.

"Di sinilah tempatnya. Mari aku tunjukkan tempat tinggal mereka" ajak Revandra, dan Laura mengikutinya dari belakang.

Sampailah Laura dan Revandra di tempat tinggal anak jalanan tersebut, dan Laura pun

Akhirnya Laku JugaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang