Saat Laura buka notifikasi tersebut, ternyata itu adalah notifikasi berita viral dari sebuah restoran baru yang bertepatan di Jalan Tanah Abang juga, persis sepertinya.
"Hah, ada restoran baru di dekat cafeku. Kok aku gak tahu ya, aneh" ucap Laura sambil menaikkan alisnya sebelah.
"Aku jadi penasaran dengan restoran itu. Nanti aku akan datang ke sana deh, untuk melihat restoran baru itu. Katanya lagi ada diskon besar-besaran dan makanannya enak-enak. Aku akan datang ke sana pokoknya, sekalian mau mengatur ulang cafeku" ujarnya langsung menyandang tasnya, dan keluar dari kamarnya, setelah merias dirinya dengan baik dan rapi.
Saat turun ke bawah, ternyata Ibunya hendak pergi ke pasar untuk membeli bahan dapur untuk syukuran nanti sore, "Ibu" panggilnya langsung menghampiri Ibunya yang sedang mengambil keranjang belanjaan.
Sontak Ibunya langsung menatap dirinya dan menyandang keranjang belanjaan tersebut, "iya Nak, ada apa?" tanya Ibunya sambil menaikkan kedua alisnya.
"Apa Ibu mau ke pasar?" tanya balik Laura.
"Iya Nak, kenapa memangnya. Apa kamu mau nitip sesuatu kepada Ibu?" jawab Ibunya sekaligus bertanya.
"Tidak kok Bu. Maksudnya sekalian aja, kebetulan Laura mau ke cafe Laura. Jadi, Laura anterin ke pasar aja, kan dekat sama cafe Laura. Mau kan Bu" jawab Laura sambil tersenyum tipis.
"Tentu saja Ibu mau, biar gak lelah banget. Yuk lah" ucap Ibunya langsung keluar duluan dan Laura pun menyusul dari belakang.
Setelah itu, mereka berdua langsung masuk ke dalam mobil bersamaan dan pergi menuju pasar. Saat dalam perjalanan menuju pasar, Ibunya mengajak ngobrol dirinya, "Nak" panggil Ibunya.
"Iya Bu, ada apa Bu?" tanya Laura sambil fokus menyetir.
"Apa cafe kamu yang terbakar itu sudah selesai dibangun?" tanya balik Ibunya sambil menaikkan alisnya.
"Sudah Bu. Habis ini Laura langsung ke cafe untuk melihatnya. Oh ya Bu, apakah cafenya cocok kalau Laura ganti namanya?" jawab Laura sekaligus bertanya.
"Boleh saya sih, Sayang. Coba kamu ganti aja nama cafenya, biar ada pelanggan yang datang dan penasaran dengan toko cafe baru kamu. Padahal itu bukan cafe baru kamu, tapi baru dibangun. Hahahah" jawab Ibunya sambil tertawa puas.
"Kan tidak ada salahnya kalau aku ganti kan Bu, biar pelanggan tidak bosan dan merasa berbeda dengan cafeku. Kalau begitu, nama apa yang cocok untuk cafeku Bu?" tanya Laura kembali, sambil menaikkan alisnya.
"Bagaimana kalau happy singles cafe (cafe jomblo bahagia). Kan cocok untuk kamu yang jomblo itu. Heheheheh" jawab Ibunya sambil meledek dirinya.
"Ibu meledek diriku ya" melirik Ibunya dengan side eye.
"Siapa yang meledek. Kalau merasa berarti kamu deh. Itu saja berikan namanya, kan cocok itu" ucap Ibunya kembali tersenyum.
"Iya deh, nanti akan Laura pikirkan lagi. Kalau memang cocok, Laura akan beri nama yang Ibu katakan itu deh" jawab Laura mengangguk saja.
Sesampainya di pasar, Ibunya langsung turun dari mobil dan Ibunya pun melambaikan tangannya kepada Laura, "kamu hati-hati di jalan, Nak" ucap Ibunya sambil tersenyum.
"Iya Bu, kalau begitu Laura pergi dulu, dah" ikut melambaikan tangannya dan langsung pergi meninggalkan Ibunya.
Laura pun bergegas menuju cafenya, "bagus juga nama cafe yang diberikan Ibu. Yaudah deh, nama cafe baruku itu aja deh, khusus orang jomblo, tidak menerima orang yang berpacaran, hahahah" tertawa sendiri.
Sesampainya di cafe, Laura pun langsung turun dari mobilnya dan melihat restoran baru yang pas disamping cafenya, "ouh, jadi ini restoran baru yang viral sampai ke berita. Bagus juga corak dan motif dindingnya. Omong-omong, siapa yang punya restoran ini" melihat dari luar restoran tersebut, sambil melipat kedua tangannya.
"Tolong kamu masukkan barang-barangnya ke dalam, biar tinggal diolah" ucap seorang pria, yang tidak lain lagi si pemilik restoran tersebut.
"Eh, bukannya itu pria itu ya. Iya gak sih" membuka matanya lebar-lebar dan menatap dari kejauhan pria tersebut.
"Iya, itu pria yang aku cari-cari. Aku penasaran dengan namanya dan kami malah dipertemukan. Apa jangan-jangan dia pemilik restoran ini. Tidak salah lagi deh, aku harus menanyakan namanya" saat hendak masuk ke dalam restoran tersebut, tiba-tiba saja ada yang memanggilnya.
Sontak Laura berhenti dan langsung membalikkan badannya, "eh, Karina. Ada apa kamu ke mari. Bukannya cafe belum di buka, dan kenapa kamu sudah di sini?" tanya Laura sambil menaikkan alisnya.
"Saya hanya mau bertanya sesuatu Bu Laura. Makanya saya datang ke sini, karena ada hal yang mau saya pertanyakan Bu Laura" jawab Karina sambil tersenyum tipis.
"Katakan saja kalau begitu Karina"
"Jadi begini Bu Laura. Apa cafe sudah akan dibuka atau masih lama untuk dibuka. Soalnya kami bingung harus berdiam diri di rumah saja, tidak melakukan apapun. Kami tidak bekerja, tapi Bu Laura selalu mengirimkan uang kepada kami. Kami jadi segan kepada Bu Laura. Jadi saya hanya mau bertanya soal itu saja" ucap Karina dengan jelas, sambil mengelus kedua tangannya.
Insyaallah cafe akan buka besok. Oh ya, nanti sore kamu datang ke rumah ya, atau sekarang datang ke rumah juga boleh, untuk membantu Ibu saya di rumah. Karena di rumah mau membuat acara syukuran, karena cafe akan dibuka kembali dengan pergantian nama juga" jawab Laura dengan jelas dan kembali tersenyum.
"Tentu saja saya akan datang Bu Laura. Saya akan langsung ke sana deh, untuk membantu Ibu anda juga. Apa saya harus menghubungi yang lainnya juga Bu Laura?" tanya Karina sambil menaikkan alisnya.
"Boleh juga, itu hal yang baik juga. Bolehkan kamu juga menghubungi pihak panti asuhan untuk datang ke rumah nanti sore. Saya minta tolong banget sama kamu, karena saya harus mengurus pekerjaan saya lainnya" ucap Laura.
"Saya bisa Bu Laura. Itu saja yang ingin saya tanyakan Bu Laura, dan itu saja yang Bu Laura katakan kan. Apa ada yang lain?" tanya Karina kembali.
"Udah, itu saja yang mau saya katakan. Kalau begitu, kamu pulanglah atau langsung ke rumah saya aja" ujar Laura kembali tersenyum dan Karina pun menundukkan kepalanya, lalu langsung pergi meninggalkan Laura.
"Astaga, aku jadi lupa soal pria itu. Semoga saja dia tidak pergi deh" langsung masuk ke dalam restoran tersebut.
Di dalam restoran tersebut, Laura langsung disapa oleh pelayan dari restoran tersebut yang begitu ramah kepada pelanggannya, "selamat datang di restoran kebahagiaan Mbak. Mau cari apa?" ucap pelayan tersebut langsung mempersilahkan Laura duduk dikursi.
"Gak kok, saya tidak mau memesan apapun. Saya hanya mau bertanya satu hal saja. Di mana pemilik restoran ini?" tanya Laura sambil menaikkan alisnya.
"Ouh, pemilik restoran ini
KAMU SEDANG MEMBACA
Akhirnya Laku Juga
Romance"Namaku Laura Xaviera, biasa dipanggil Laura. Sudah 25 tahun aku single, dan tinggal bersama kedua orangtuaku yang masih utuh. Mereka terus mengatakan soal pernikahan kepadaku. Padahal aku hanya ingin fokus mengejar karir dulu." "Sampai di mana aku...