"Itu, si Revandra itu. Dia suka banget bikin orang kesal, rasanya aku ingin menjambak rambutnya itu" jawab Laura sambil kesal.
"Ouh, Revan. Kenapa memangnya dengannya. Apa yang dia lakukan kepadamu, sampai kau sekesal ini?" tanya Nathalie kembali, dan terus bertanya karena kepo.
"Sudahlah, aku tidak ingin membahasnya. Lebih baik bahas yang lebih penting daripada itu"
"Iya deh. Oh ya, apa kau tidak sedang dekat dengan seorang pria?" tanyanya sambil menaikkan alisnya.
"Kenapa memangnya. Aku kan sudah katakan, kalau aku lagi tidak ingin dekat dengan seorang pria, ataupun menjalin hubungan. Karena aku masih trauma, akan disakiti kembali" jawab Laura dengan jelas.
"Baiklah, jika itu keinginanmu. Mau bagaimana lagi. Aku tidak bisa mengubah keputusanmu itu" pasrah Nathalie dengan jawaban Laura.
"Eh Nathalie, apakah kau bisa menemaniku nanti malam" ucap Laura menaikkan alisnya sebelah.
"Memangnya kau mau ke mana, tumben banget ngajak malam-malam?" tanya Nathalie kembali.
"Aku mau membeli hadiah untuk anak-anak. Pasti mereka akan sangat bahagia kalau aku beri hadiah. Kau mau kan menemaniku" jawab Laura dengan jelas.
"Baiklah, aku akan menemanimu, Sayang. Tapi jemput aku nanti ya, soalnya aku mager naik mobil"
"Aman itu, nanti aku jemput kau dengan mobilku. Kau tinggal menemaniku berbelanja saja kok. Terima bersih"
"Sudahlah, mending kita masuk cafe. Kita jadi seperti orang gila di luar begini. Yuk" ucap Laura langsung masuk ke dalam cafenya bersama Nathalie.
Saat di dalam cafe tersebut, Revandra melambaikan tangannya kepada Laura dan Nathalie. Sontak Nathalie langsung menatap ke arah Revandra, sedangkan Laura mencuekinya.
"Mari duduk dengannya" ujar Nathalie langsung menarik tangan Laura, dan mereka berdua menghampiri Revandra yang sedang menikmati kopi pesanannya.
"Apa kabarmu Revan?" tanya Nathalie langsung duduk disampingnya, dan Laura duduk disamping Nathalie.
"Alhamdulillah aku baik, dan bagaimana denganmu?" jawab Revandra sekaligus bertanya.
"Aku juga baik kok. Omong-omong, ini pertama kalinya kau minum kopi di sini. Bagaimana rasanya?" tanya balik Nathalie sambil menaikkan kedua alisnya.
"Rasanya enak banget, seperti pemiliknya" jawab Revandra sambil tersenyum tipis.
Sontak Laura langsung menatap wajah Revandra, dan begitu juga dengan Revandra. Merekapun saling bertatapan, "apaan sih. Emang iya" ucap Laura cuek, dan ia menyilangkan kedua kakinya, sambil buang muka kembali.
"Ada apa dengannya?" bisik Revandra kepada Nathalie.
"Gak tahu tuh, aku juga dari tadi bingung dengan dirinya. Kenapa tiba-tiba dia marah sendiri kepada kita" bisik Nathalie juga.
"Aku dengar apa yang kalian katakan ya. Jangan kalian pikir aku tuli. Gini-gini aku memiliki telinga yang bisa mendengar 100 meter" ucap Laura langsung menatap wajah Nathalie dan Revandra.
"Eh, jangan marah, jangan marah, nanti cepat tua" jawab Nathalie sambil tersenyum kepadanya.
"Sudahlah, lebih baik aku pergi ke taman belakang cafe saja" langsung pergi meninggalkan Nathalie dan Revandra.
"Hei, apakah kau benar-benar ngambek kepadaku. Jangan gitu dong, aku minta maaf" teriak Nathalie kepada Laura dan Laura tidak mendengarkannya, lalu ia tetap berjalan menuju belakang cafe.
Disisi lain, Laura pun sampai di taman belakang cafe, dan ia pun duduk dikursi yang sudah disediakannya, "barulah tenang rasanya di sini. Fyuh" menghela napasnya, dan menatap bunga-bunga yang indah.
"Ya Allah, kapan ya jodohku akan datang. Rasanya aku ingin bertemu dengannya sekarang juga. Aku penasaran dengan wajahnya, dan apakah dia benar-benar pria yang baik untukku" ucap Laura sambil mengambil setangkai mawar putih, lalu ia hirup.
"Kau sedang apa?" tanya yang tidak lain lagi ialah Revandra, dan ia langsung duduk disamping Laura.
Sontak Laura kaget, dan langsung menatap wajah Revandra, "kenapa kau ke mari?" tanya Laura dengan cuek kembali, sambil menaikkan alisnya.
"Kenapa kau tiba-tiba cuek. Apa kau sedang ada masalah. Coba cerita, mana tahu aku bisa memberi saran atau pendapat untukmu" ucap Revandra sekaligus bertanya.
"Tidak apa-apa, hanya saja suasana hatiku lagi tidak enak saja" jawab Laura memegang bunga tersebut dan memutarkan bunga tersebut.
Revandra melihat bunga yang sangat cocok untuk Laura, dan Revandra mengambilkan bunga mawar merah.
"Ambillah, untukmu dariku" ucap Revandra memberikannya kepada Laura.
"Kau sama seperti bunga mawar merah" tutur Revandra sambil menatap wajah Laura.
"Kenapa, apakah aku sama seperti mawar merah. Apa wajahku berwarna merah" sedikit cemas dengan wajahnya.
"Bukan begitu maksudku. Kau sama seperti mawar merah, karena kamu berwarna dihidup seseorang, dan dengan warnanya yang indah ini, dia mampu membuat keindahan diantara bunga lainnya. Warna yang begitu merah pekat dan dipenuhi dengan duri. Walaupun jarang orang memegangnya, namun dia tetap menunjukkan keindahannya. Sama seperti dirimu Laura, yang menjaga diri untuk tidak dekat dengan siapapun, namun masih bisa menunjukkan keindahan dari dirimu. Bunga ini persis seperti dirimu" jawab Revandra dengan jelas, sambil tersenyum tipis.
"Astaga, dari mana kau belajar kata-kata itu. Sangat bagus?" tanya Laura sambil tertawa tipis.
"Siapa yang belajar. Aku belajar sendiri, dan menyusun kata sendiri. Mana mungkin, hanya karena kata ini, aku harus menyewa guru, untuk mengajariku. Aneh banget"
"Hahahah, mana tahu kan. Btw kata-katamu itu sangat bagus. Entah kenapa, aku langsung tenang dengan ucapanmu itu. Omong-omong, kota berduaan begini, apa pacarmu tidak marah?" tanya Laura sambil menaikkan kedua alisnya.
"Siapa yang mau marah. Pacar juga aku tidak punya kok. Bagaimana mau marah" jawab Revandra sambil menaikkan sebelah alisnya.
"Ouh, kau belum punya pacar ternyata"
"Kenapa memangnya, apakah kau mau menjadi pacarku?" tanya Revandra sambil tersenyum tipis.
"Jangan menghalu luh" jawab Laura langsung melemparkan mawar putih yang ia pegang ke wajah Revandra, lalu Laura pun langsung masuk ke dalam cafe kembali.
"Auh, sakit tahu" memegang bunga mawar putih tersebut, lalu ia menghirupnya.
"Cantik seperti dirimu" ikutan masuk ke dalam, dan menyimpan bunga mawar putih tersebut di dalam kantung celananya.
Di dalam cafe, Revandra pun menyusul Laura. Tiba-tiba saja Laura berbalik badan, dan Revandra pun berhenti tiba-tiba, dan hampir mengenai wajah Laura.
Sontak Laura kaget, sampai matanya melotot kaget menatap wajah Revandra, "ups, maaf. Hampir saja kan, makanya jangan berhenti tiba-tiba, mengagetkan saja" ucap Revandra memegang dadanya, dan menghela napas panjang.
"Habisnya kau berisik banget. Oh ya, apakah Nathalie sudah pulang?" tanya Laura sambil melipat kedua tangannya.
"Iya, aku yang menyuruhnya pulang, dan ia diantarkan oleh temanku. Biarkan saja mereka, mana tahu mereka jadi dekat nanti" jawab Revandra dengan jelas, dan kembali tersenyum kepada Laura.
Malam pun tiba, di mana Laura sudah mengenakan pakaian rapi untuk pergi ke mall, karena ia akan membeli mainan untuk anak-anak.
Laura pun langsung menghubungi Nathalie, dan panggilan tersebut langsung tersambung, "halo Nathalie, apakah kau sudah bersiap-siap?" tanya Laura yang sudah merias dirinya juga, dan tinggal pergi untuk menjemput Nathalie.
KAMU SEDANG MEMBACA
Akhirnya Laku Juga
Romantizm"Namaku Laura Xaviera, biasa dipanggil Laura. Sudah 25 tahun aku single, dan tinggal bersama kedua orangtuaku yang masih utuh. Mereka terus mengatakan soal pernikahan kepadaku. Padahal aku hanya ingin fokus mengejar karir dulu." "Sampai di mana aku...