Episode 27: Pelukan Hangat

12 5 5
                                    

"Saya baik-baik saja. Memangnya anda siapa ya, sampai menanyakan kabar saya?" jawab Laura sekaligus bertanya.

Saat seseorang tersebut hendak menjawab, tiba-tiba jaringan terputus, "halo, halo. Eh, kenapa tiba-tiba suaranya hilang" mengecek jaringan dan benar saja, jaringan diponselnya hilang.

"Astaga, jaringan diponselku hilang dan suaranya jadi terputus-putus. Omong-omong, siapa ya, dari suaranya dia wanita. Tapi siapa ya, aku belum pernah mendengar suara itu" ucap Laura bertanya-tanya kepada dirinya sendiri.

Saat Laura sedang memikirkannya. Tiba-tiba saja terdengar ketukan pintu dari luar kamarnya dan itu adalah Ibunya yang hendak masuk, sayang, apa kamu masih tidur. Turunlah, karena sarapan sudah siap" ucap Ibunya.

"Ibu duluan saja, nanti Laura menyusul" jawab Laura dengan nada sedikit keras, agar Ibunya mendengarnya.

"Baiklah. Ibu tunggu di bawah, karena Ayah kamu juga sudah di meja makan" ujar Ibunya langsung meninggalkan kamar Laura.

"Aku harus bersiap-siap. Nanti akan kupikirkan soal itu" langsung masuk ke dalam kamar mandinya untuk bersiap-siap.

Setelah beberapa menit. Akhirnya Laura sudah selesai mandi dan sudah mengenakan pakaian rapi. Ia pun bergegas keluar dari kamarnya, lalu turun ke meja makan.

Sesampainya di meja makan, ternyata Ayah dan Ibunya sudah menunggunya, "maafkan Laura karena begitu lama" meminta maaf Laura dan langsung duduk disamping Ayahnya.

"Tidak apa-apa sayang. Kalau begitu, mari kita nikmati sarapannya" sahut Ayahnya langsung memulai makan bersama Ibunya yang ikut tersenyum.

Laura pun memulai sarapannya juga dan saat ia sedang fokus menyantap sarapannya. Sebuah notifikasi panggilan berdering diponselnya. Sontak mereka bertiga langsung menatap ke arah ponsel tersebut.

"Eh, ada panggilan" mengambil ponselnya dan melihat siapa yang menghubunginya. Ternyata, yang menghubungi adalah Candra.

Laura pun langsung senyum sendiri dan mengangkat panggilan tersebut. Ibu dan Ayahnya hanya saling bertatapan dan bingung dengan sikap Laura yang senyum sendiri, saat mengangkat panggilan tersebut.

"Halo, ada apa menghubungiku pagi-pagi begini?" tanya Laura kembali tersenyum dan menyantap makanannya kembali.

"Apa kamu baru bangun tidur?" tanya balik Candra.

"Gak kok, aku lagi sarapan bareng keluarga nih. Kalau kamu lagi apa," jawab Laura sekaligus bertanya.

"Aku juga lagi sarapan, tapi sendirian, karena Ayah dan Ibuku lagi keluar kota, karena ada urusan penting" jawab Candra sambil mengunyah makanannya.

"Ouh. Kalau begitu, sampai jumpa nanti. Kamu jangan lupa makan siang, jangan telat makan tahu dan jangan kebanyakan begadang, nanti mata kamu kayak panda lagi. Hahahah" ucap Laura yang begitu perhatian, karena ini awalnya ia merasakan berpacaran.

"Baik, Sayang. Apa kamu akan terus memanggil namaku dengan Kamu dan Aku. Apa kamu tidak mau memanggilku dengan sebutan sayang?" tanya Candra dengan nada manja.

"Apaan sih kamu. Udah deh, dah" salting dan langsung mematikan panggilan tersebut, lalu meletakkan ponselnya disampingnya.

Saat Laura hendak makan kembali. Ayah dan Ibunya sudah menatap dirinya dari tadi. Sontak Laura kaget, "Yaolo, yaolo. Ih, Ayah, Ibu. Kalian kenapa sih, natap Laura kayak gitu?" tanya Laura memegang dadanya yang jantungan.

"Dengan siapa kamu mengobrol. Apa dia pria yang kau kencani?" tanya Ayahnya sambil menaikkan alisnya.

"Apa dia pacarmu, atau hanya temanmu saja?" tanya Ibunya juga, yang ikut menaikkan alisnya.

"Heheheh, sebenarnya dia itu, pacarku, heheheh" jawab Laura sambil malu-malu dan mengelus lehernya.

"Hah, pacar!" kaget Ayah dan Ibunya, sampai melotot kepada Laura.

"Eh, kenapa matanya sampai melotot begitu. Seperti mau dapat uang 1M aja. Memangnya, Laura tidak boleh pacaran gitu?" tanya Laura kembali menyantap makanannya dengan santai dan terus menatap wajah Ayah dan Ibunya.

"Ayah tidak menyangka kamu mempunyai pacar. Seperti apa pria itu, apa dia tampan?" tanya Ayahnya kembali dengan begitu banyak pertanyaan.

"Apa dia benar-benar mencintaimu. Kapan kamu ditembak olehnya. Saat ditembak, apa yang ia berikan kepada kamu, apa sebuah bunga?" tanya Ibunya juga yang begitu penasaran dengan Laura.

"Arghhh, banyak banget sih pertanyaannya. Pusing tahu Laura jawabnya dari mana. Bisa gak sih nanyaknya itu satu-satu. Ini, sudah seperti mewawancarai artis ternama" ucap Laura yang pusing dengan pertanyaan yang begitu banyak dari Ayah dan Ibunya.

"Ya maaf. Namanya kamu sudah jomblo dari lahir sayang. Makanya kami berdua kaget, saat kamu memiliki pacar saat ini. Apa kami tidak bertanya seperti itu. kami ini kan Ayah dan Ibu kamu" ujar Ayah dan Ibunya langsung cemberut dan tidak menatap wajah Laura lagi.

"Eh, bukan seperti itu maksudku Ayah dan Ibu. Hanya saja, berikan Laura waktu, lain waktu, pasti akan Laura ceritakan semuanya. Jangan sekarang, karena ini baru awal kami berpacaran. Jadi, lain kali Laura akan menceritakan, bagaimana pacar Laura menembak Laura dan lain sebagainya" jawab Laura sambil tersenyum dan mengelus kedua tangan Ayah dan Ibunya.

Ayah dan Ibunya kembali menatap wajah Laura, "kalau begitu, apa Ibu boleh tahu siapa namanya?" tanya Ibunya dan Ayahnya setuju dengan pertanyaan dari istrinya.

"Boleh kok Bu. Nama pacar Laura itu, Candra. dia benar-benar cowok yang baik dan lembut, juga perhatian dengan Laura. Pokoknya, dia benar-benar tipe ideal Laura deh," jawab Laura dengan bahagia dan kembali salting.

"Sepertinya dia cowok yang baik ya Ayah. Semoga saja kamu tidak salah memilih pasangan. Ibu tidak mau, kalau kamu merasakan sakit hati dan meneteskan air mata kamu, hanya karena seorang pria yang tidak becus menjaga dan mencintai kamu. Ibu tidak mau kalau sampai hal itu terjadi. Maka sebab itu, semoga pacar kamu itu, adalah cowok yang baik untuk kamu, Sayang" ucap Ibunya menggenggam kedua tangan Laura, dan ikut tersenyum.

"Benar yang Ibu kamu katakan itu Nak. Ayah juga tidak mau, kalau kamu tersakiti, oleh pria yang suka mempermainkan wanita. Ayah tidak akan membiarkan itu terjadi. Kalau kamu adalah masalah, cerita sama Ayah dan Ibu. Kami siap memberikan jawaban yang cocok untuk kamu lakukan dan yang harus kamu jauhi. Kamu paham kan" ujar Ayahnya juga ikut tersenyum dan mengelus tangan Laura juga.

"Terima kasih banyak Ayah dan Ibu. Kalian memang yang paling terbaik. Peyukkk" menghampiri Ayah dan Ibunya, lalu mereka saling berpelukan hangat dan bahagia.

"Kamu anak Ayah satu-satunya yang paling Ayah sayang di dunia ini. Ayah mencintaimu, Sayang" ujar Ayahnya mencium kening Laura.

"Ibu juga mencintai kamu Nak" ucap Ibunya juga, sambil mengelus rambut Laura dengan lembut.

Siang pun tiba. Di mana Laura berada di Cafe Strawberry dan ia sedang melihat beberapa style untuk cafenya yang ada di Inggris, "warna apa yang cocok untuk dinding nya ya. Bingung aku, soalnya semuanya bagus. Apa nude aja?" bertanya-tanya kepada dirinya sendiri.

"Warna coklat muda bagus" ucap yang tidak lain lagi ialah

Akhirnya Laku JugaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang