Episode 51: Tatapan

9 4 1
                                    

"Iya deh, si paling muda, hahahah" tertawa Laura kepada Ibunya yang lucu, karena tidak terima dikatakan tua.

Sarapan pun selesai dan Ayahnya datang, "pagi semuanya" sapa Ayahnya langsung duduk disamping Laura.

"Pagi juga Ayahku yang paling tampan. Ayah ngapain sih, baru pagi sudah bekerja?" tanya Laura sambil menaikkan alisnya.

"Biasa, orang sibuk, Sayang" jawab Ayahnya sambil tersenyum.

"Iya deh, si paling sibuk kerja juga"

"Sudahlah, kalau begitu kita sarapan. Pasti kalian sudah lapar kan" ucap Ibunya meletakkan makanan tersebut di atas meja.

"Tentu saja lapar, orang Laura belum makan 1 abad. Hahahah" sahut Laura sambil tertawa tipis.

"Ishh, itulah yang Ibu tidak suka. Padahal makan 5 kali sehari, tapi bilangnya belum makan 1 abad. Menganehkan"

"Jangan jujur banget Ibu, hahahah" ucap Laura jadi malu.

Setelah sarapan selesai. Laura pun bersiap-siap untuk berangkat menuju cafenya, "Laura pergi dulu ya Ayah dan Ibu, assalamualaikum" melambaikan tangannya dan langsung keluar rumah.

"Waalaikumsalam" serentak Ayah dan Ibunya.

Laura pun langsung masuk ke dalam mobilnya, dan berangkat menuju cafenya. Setelah beberapa menit, sampailah dirinya di cafenya, dan Laura pun langsung turun dari mobilnya.

Saat Laura hendak masuk, tiba-tiba saja ada yang menyapanya, dan ia adalah Revandra, "pagi Laura" sapanya sambil melambaikan tangannya.

Sontak Laura berhenti melangkahkan kakinya, dan langsung menatap wajah Revandra, "eh, Revan, pagi juga. Sedang apa?" tanya Laura menghampirinya dan tersenyum tipis.

"Lagi lihat restoran saja. Apa cafemu sudah buka?" jawab Revandra sekaligus bertanya.

"Sudah, mau ganti nama cafenya saja. Kenapa kau bertanya, apa kau mau membantuku" ucap Laura sambil menaikkan alisnya.

"Kalau tidak bayar, aku tidak mau. Hahahah" jawab Revandra sambil tertawa tipis.

"Apaan sih, gak jelas banget. Sudahlah, aku mau masuk dulu, dan semoga restoran mu laris manis, bay" melambaikan tangannya, dan langsung masuk ke dalam cafenya.

"Dia cantik juga kalau dilihat-lihat"

Disisi lain, Laura langsung membuka cafe tersebut dan masuk ke dalam. Di dalam cafenya, ia merapikan meja yang berantakan, karena pembangunan yang baru selesai dan Laura mengikat rambutnya, lalu ia mulai bersih-bersih cafenya.

"Sudah lama tidak membersihkan cafe seperti ini, karena biasanya baristaku yang membersihkannya. Kali ini, biar aku dulu yang membersihkannya. Besok baru mulai buka cafenya, kalau sekarang bersih-bersih dulu, biar cafenya harum dan nyaman untuk pelanggan yang datang" ucapnya sambil menyapu lantai-lantai yang kotor.

Selesai menyapu lantai, lanjut dengan mengepel lantai dengan pengharum lantai, yang sudah ia beli saat mau datang ke cafe tadi, "biar cafenya makin harum seperti diriku. Heheheh" tertawa sendiri, sambil mengepel area-area yang sedikit kotor.

1 jam pun berlalu, di mana Laura baru saja selesai merapikan cafe tersebut dan sedang duduk santai dikursi, karena baru selesai mengepel.

"Lelah juga ternyata membersihkan sendirian. Seharusnya aku menghubungi Nathalie, untuk meminta bantuannya. Tapi sepertinya dia sibuk deh, karena dia kan asisten perusahaan terbesar, dan belum lagi, dia harus mengurusi pacarnya itu. Sudahlah, tidak bisa diandalkan kalau begitu. Lebih baik aku kerjakan sendirian saja, cepat selesai" ucapnya berbicara sendiri, sambil melihat ke arah restoran Revandra.

"Rame banget restorannya ya. Memang sih, makanan di situ enak-enak, dan fasilitasnya juga bagus, apalagi dengan pelayannya. Sangat bagus untuk diberi rating 10, heheheh" tertawa kembali.

"Lebih baik aku beli minuman disitu deh, kebetulan aku lagi haus. Eh, sekalian makanannya juga deh, lapar juga soalnya" mengambil ponselnya dan memesan lewat web dari restoran tersebut.

"Okey, sudah pesan makanan dan minumannya. Sekarang aku tinggal menunggu. Selagi menunggu, lebih baik aku siram bunga yang ada di belakang cafe deh" membuka celemek bersihnya, dan menuju belakang cafe.

Di belakang cafe, Laura begitu kagum, karena melihat bunga yang bermekaran dengan indah, "cantik banget bunga ini. Cantiknya seperti Ibu" memetik setangkai bunga, dan menghirupnya.

Disisi lain, di restoran Revandra, "Pak" panggil karyawannya kepada Revandra yang sedang duduk santai.

Sontak Revandra langsung menatap wajah karyawan tersebut, "ada apa?" tanya Revandra sambil menaikkan alisnya.

"Ini, ada pesanan makanan dan minuman namanya Laura. Dan katanya lokasinya tepat disamping restoran kita ini. Bukannya itu cafe yang belum buka Pak, kenapa ada orang di sana, atau ini penipuan?" jawab karyawan tersebut sekaligus bertanya.

"Itu tidak penipuan. Cafe itu sudah buka, hanya saja pemiliknya sedang beres-beres cafe itu. Kalau begitu, biar aku saja yang mengantarnya. Kebetulan pekerjaan sudah selesai. Mana pesanannya" ucap Revandra langsung berdiri.

"Ini Pak, sudah jadi" langsung memberikannya kepada Revandra, dan Revandra pun mengambil pesanan milik Laura.

"Kalau begitu kalian lanjutkan pekerjaan kalian lagi. Saya duluan" ujar Revandra langsung keluar dari restorannya, dan menuju cafe Laura.

Sesampainya di depan cafe Laura, Revandra mulai memanggil Laura, "permisi nona Laura. Apakah anda ada di dalam" panggil Revandra cukup keras dan tidak ada yang keluar.

"Di mana orangnya. Tapi mobilnya ada, kenapa orangnya tidak ada?" bertanya-tanya dan tiba-tiba saja Revandra mendengar suara dari belakang cafe.

"Eh, kenapa sepertinya ada suara dari belakang cafe. Jangan-jangan Laura ada di sana. Aku coba cek deh" menuju belakang cafe tersebut.

Sesampainya di belakang cafe, Revandra berhenti sejenak, dan kagum, karena melihat rambut Laura yang berkibasan dengan indah, dengan bunga yang terpasang disisi telinga kiri Laura, "harum banget bunganya. La, la la la" nyanyi Laura, sambil berputar-putar.

Saat sedang asyik berputar-putar, tiba-tiba saja Laura tidak sengaja tersandung batu. Sontak Laura hendak terjatuh dan tiba-tiba saja Revandra berlari ke arahnya, dan menahan badan Laura, agar tidak terjatuh.

Sontak Laura dan Revandra saling bertatapan, dan Laura langsung tersadar, "eh, apaan sih megang tiba-tiba. Ngagetin saja" ucap Laura langsung merapikan pakaiannya.

"Santai bos, aku hanya mau membantumu saja. Daripada aku biarkan dirimu jatuh dan tertena batu, kan bisa gawat aku yang ada di sini. Bisa-bisa aku yang jadi saksi nanti" ucap Revandra tidak ada maksud lain, selain membantu Laura.

"Yaudah deh, makasih. Omong-omong, kenapa kau ada di sini. Ada perlu apa?" tanya Laura sambil menaikkan alisnya.

"Aku di sini mau mengantarkan pesananmu. Makanan dan minuman" jawab Revandra langsung menunjukkan pesanan Laura.

"Ouh, makasih" langsung mengambil pesanannya yang ada ditangan Revandra.

"Sama-sama"

"Ini uang cash ya, dan sekali lagi terima kasih. Oh ya, apa mau makan bareng, sambil ngobrol bareng?" tanya Laura kembali menaikkan alisnya.

"Tidak perlu, saya masih banyak kerjaan" ucap Revandra langsung pergi meninggalkan Laura.

"Ih, sok cool bet jadi orang. Padahal aslinya mah bobrok mungkin, hahahah" tertawa sendiri, dan langsung masuk ke dalam cafenya.

Akhirnya Laku JugaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang