34

15.6K 664 36
                                    

HAPPY READING 🐰

Sebulan sudah semenjak kepulangan ibu nya ke Bali, trisha terus berusaha membujuk suaminya agar pulang ke rumah mereka sendiri karna dirinya benar benar merasa malu akibat perbuatan sang ibu.

Namun Aya dengan tegas mengatakan bahwa Trisha tak perlu seperti itu dan hidup seperti biasa saja.

Karna sekarang weekend, arlo lagi lagi bangun di waktu matahari sudah berada tepat di atas kepala.

"Morning ganteng nya Daddy" sapa arlo ketika dirinya menghampiri anak laki laki dan istrinya yang tengah berada di ruangan keluarga bersama cio.

"Ini sudah siang Abang, Abang tidak melihat matahari yang sedang menyinari rumah kita?" Ucap cio.

"Oh, udah siang ya. Abang kira masih morning"

"Mungkin Abang tidak belajar ilmu pengetahuan alam waktu sekolah dulu, atau Abang memang tidak mengerti keadaan pagi atau siang" balas cio lagi.

Arlo mengusap dada nya dan kembali berbaring di samping anak nya yang tengah tertidur.

"Uncle cio jahat dek, masa ngatain daddy gak ngerti mana pagi atau siang" adu arlo pada anak bayi nya.

"Gege belum bisa berbicara Abang, jadi jangan buang waktu abang untuk hal yang belum berguna"

"Gege, Gege.. Gerald!!" Ucap arlo.

"Tidak boleh berbicara mengegas kepada saudara Abang, berdosa"

"Kok cio sekarang nyebelin? Padahal cio adik kesayangan Abang" ucap arlo dan memasang wajah sedihnya.

Cio bangun dari duduk nya dan menghampiri Abang nya lalu mencium pipi sang Abang.

CUP.. CUP.. CUP..

"Cio tidak nyebelin kan, Abang?"

Arlo tersenyum dan memeluk adik nya karna berhasil mengerjai nya.

Trisha hanya menggelengkan kepala nya melihat kelakuan suami dan adik ipar nya itu.

"Mau makan dad?" Tanya Trisha.

"Bentar lagi yang, masih ngantuk"

"Abang bangun nya siang, kenapa masih mengantuk? Apa Abang ingin menjadi kelelawar?" Lagi lagi cio berucap yang membuat Abang nya mengelus dada.

"Kok cio gak main sama Abang, kakak dan tata?" Tanya arlo dengan lembut.

"Abang iden sedang bersama tata dan cio tidak boleh menganggu katanya, kak ilen ke rumah om Jamal"

"Ha? Ngapain kakak kamu ke rumah Jamal?" Tanya arlo mengegas.

"Kenapa sih Abang mengegas terus? Cio kaget Abang"

"Kalau dia ngegas, kamu sleding aja nak" celetuk Pras yang berjalan berdampingan dengan istrinya menuju ke arah mereka.

Aya mencubit lengan suaminya karna sangat suka mengajari anak anak nya kurang ajar pada Abang nya.

"Sleding kepala nya, pa?" Tanya cio.

"Heh! Gak boleh gitu, jangan dengerin omongan papa" jawab Aya.

"Kata ibu guru, kita harus mendengarkan ucapan orang tua mama" balas cio.

"Iya sayang, tapi kalau ucapan nya gak baik, ya jangan di dengerin" ucap Aya.

"Memang nya ucapan papa tadi tidak baik, ya?" Tanya cio.

"Gak! Sama sekali gak baik" balas arlo sambil menatap ayah nya dengan sengit.

"Gitu aja marah, cepet tua nanti kamu" ucap Pras.

POSESIF ARLO [END✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang