37

12.9K 595 42
                                    

HAPPY READING 🐰

"Kamu tega banget bikin mama sama papa nangis" ucap Trisha ketika suami nya masuk ke dalam kamar.

Arlo tak menggubris ucapan istrinya dan malah berbaring di atas ranjang dan memejamkan kedua matanya, karna besok dirinya akan ke kantor dan mengurus semuanya agar bisa segera pindah keluar negri.

"Egois" ucap Trisha dan berbaring memunggungi suaminya.

"Egois apa nya yang?" Tanya arlo sambil memeluk tubuh istrinya dari belakang.

Trisha menepis tangan suaminya dan menyuruh suaminya agar jauh jauh dari nya.

"Dosa sama suami kayak gitu"

"Lebih dosa kalau bikin orang tua nangis gara gara kamu!" Balas Trisha.

Arlo kembali memeluk tubuh istrinya dan mencium pipi chubby sang istri.

"Jangan marah marah sayang"

"Kok kamu santai banget sih setelah bikin mama sama papa nangis?" Tanya Trisha.

"Ya Daddy harus gimana?"

Trisha bangun dari berbaring nya dan menatap wajah suaminya dengan tatapan yang tajam.

"Kenapa?" Tanya arlo.

"Mereka kan gak sedarah dad, apa yang kamu takutin?" Tanya Trisha.

"Daddy gak takut, cuma Daddy gak mau dan gak setuju aja"

"Yaudah, terserah Daddy aja" balas Trisha yang kembali berbaring.

Tok

Tok

Tok

Baru ingin memejamkan mata nya, arlo pun bangun dan membuka pintu kamar nya.

Ceklek

"Kenapa?" Tanya arlo.

"Iden mau ngomong"

Arlo keluar dari kamar nya dan menutup pintu kamar lalu berjalan ke teras tanpa mengeluarkan suara nya dan di ikuti aideen dari belakang.

Sampai di teras, arlo duduk di kursi dan Aideen pun mengikutinya.

"Kenapa?"

"Tadi ilen marahin iden, kata nya gara gara iden Abang sama kak tisa sama ponakan iden juga bakal pindah ke luar negri"

"Terus?"

"Apa karna iden bilang cinta sama mbak?" Tanya Aideen.

"Iya"

Aideen menggigit bibir bawah nya kuat kuat, kenapa Abang nya seperti ini? Kata nya, dia yang paling mengerti aideen.

"Iden gak serius ngomong kayak gitu, iden sayang sama mbak karna memang iden dulu nya pengen adik perempuan, tapi yang keluar malah cio"

"Demi apa pun iden gak seperti apa yang Abang pikirin, kalau memang Abang gak suka iden Deket sama mbak, iden akan jauhin mbak" sambung Aideen.

Aideen memang tak ada perasaan apa pun kepada keponakannya itu, dirinya dulu memang menginginkan adik perempuan. Namun, yang keluar malah asik laki laki yang sering dirinya jahili karna selalu merebut perhatian Abang arlo nya.

Awal citra datang ke rumahnya pun dia langsung menyukai anak perempuan yang sudah dirinya anggap sebagai adik perempuannya, sekarang ia akan menjauhi citra karna Abang nya sudah menganggap hal yang tak masuk akal terhadap dirinya yang masih kecil itu.

Aideen beranjak dari tempat duduk nya dan berjalan masuk ke dalam rumah dengan menyeka air mata nya.

"Maafin uncle ya mbak, mulai besok uncle akan jauhi mbak" batin Aideen yang berhenti di depan kamar Abang nya.

Aideen kembali berjalan menuju lantai atas dan berjalan ke arah kamar nya.

"Udah ngomong belum kamu sama Abang?" Tanya Aileen ketika mereka berpapasan.

"Dh"

"Apa kata Abang?"

"Lo, kalo kepo, mending tanya sendiri sama Abang Lo itu" jawab Aideen yang masuk ke dalam kamar nya sambil membanting pintu kamar nya dengan keras.

Aileen terkejut bukan main ketika melihat suara saudara kembar nya sangat dingin dengan wajah yang sangat menyeramkan, Aileen memegang dada nya dan kembali masuk ke dalam kamar nya.

🐰

7:00 WIB.

Hari ini semua nya bangun pagi dan sarapan dengan formasi lengkap, namun seperti ada yang kurang di mata Aya.

"Iden mana?" Tanya Aya pada Aileen.

"Udah berangkat jam 6 tadi" jawab Aileen.

"Loh, kok pagi banget? Gak ngasih tau mama juga"

"Gak tau ma"

Arlo yang sedari tadi hanya diam dan memakan sarapan nya, kini berdiri dan pamit untuk pergi ke kantor nya.

Namun, bukan nya ke kantor, Arlo mencari adik nya untuk memastikan jika Aideen benar benar pergi ke sekolah seperti apa yang Aileen katakan.

Setelah sampai di sekolah tempat aideen menimba ilmu, arlo turun dari mobil nya dan masuk ke dalam pekarangan sekolah aideen. Arlo berjalan menuju ke kelas adik nya dan melihat dari luar jendela, mata nya mengedar untuk mencari keberadaan sang adik dan menemukan nya tengah duduk dengan tangan terlipat di atas meja dan menelungkupkan wajah nya.

Arlo menghela nafas nya dan kembali ke mobil nya untuk pergi ke kantor.

Perkataan aideen tadi malam selalu terngiang di kepala nya, apakah benar jika Aideen tak memiliki perasaan apa apa terhadap anak nya? Apakah feeling nya salah mengenai sang adik?

Arlo menyalakan mobil nya dan menancapkan gas untuk menuju kantornya.

Di sisi lain, tepat nya di kediaman Pras.

Pras tengah memohon kepada menantu nya untuk membujuk arlo supaya mereka tak pindah ke luar negri, dirinya tak sanggup untuk berpisah dengan cucu cucu nya, terlebih dengan citra.

Citra sudah hampir setahun ini memenuhi warna di hidupnya dan sang istri, anak anak nya sudah besar, sudah tak ingin di manja lagi seperti citra.

Pras tak henti henti nya menangis tadi malam karna arlo mengatakan akan pindah ke luar negri dan membawa cucu cucu nya.

"Pa, jangan kayak gini, jangan nangis terus. Nanti papa bisa sakit" ucap Trisha.

"Papa gak akan nangis lagi kalau kamu bujuk suami kamu supaya tetap tinggal disini atau di rumah kalian"

"Iya pa, nanti tisa bujuk arlo" balas Trisha.

Aya hanya diam melihat suaminya seperti itu, dirinya sekarang berfikiran jika anak sulung nya itu sangat tega kepada suaminya.

"Opa, jangan nangis opa" ucap citra sambil mengusap air mata di wajah yang di tumbuhi brewok bewarna putih itu.

Pras memeluk tubuh kecil cucu nya dan semakin menjadi dalam menangis.

"Jangan tinggalin opa ya, mbak" ucap Pras tersedu sedu.

"Mbak Ndak akan ninggalin opa, memang nya mbak mau kemana"

Pras melepaskan pelukan nya dari tubuh kecil sang cucu dan menciumi seluruh wajah citra, tiba tiba..

Brugh..

"Papa" pekik Aya yang melihat suaminya tumbang dan tak sadarkan diri.

Aya menepuk nepuk pipi suaminya agar sang suami bangun, dengan cepat Trisha langsung menelpon ambulance untuk datang ke rumah mertuanya yang tengah tak sadarkan diri itu.

"Papa, bangun pa. Papa kenapa" ucap aya yang sudah takut.

Beberapa menit kemudian, ambulance datang dan petugas langsung membawa Pras masuk ke dalam mobil ambulance itu dan di ikuti oleh Aya.

Trisha menelpon suaminya agar segera ke rumah sakit karna ayah nya tiba tiba jatuh dan pingsan, dengan nada gemetar arlo langsung mengiyakan dan dengan cepat langsung menuju rumah sakit.

TBC ! 🐇

POSESIF ARLO [END✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang