Kini chika berada dicafe yang tak jauh dari sekolah, didepannya ada deo yang masih memasang wajah datar sejak 20 menit tadi
Chika terus diam dan bergelut dengan pikirannya, sementara deo? Pria itu asyik dengan kertas dan pulpen ditangannya
"pulang.." lirih chika, membuat deo mendongak menatapnya, meskipun wajah deo datar, tapi mata pria itu tidak berbohong jika menyorotkan raut kekhawatiran
"bentar" deo melepas jaketnya dan memakaikannya pada chika lantas merangkul chika keluar darisana usai membayar
Mobil terasa sangat hening, hanya terdengar suara isak tangis chika yang masih belum mereka, tidak papa chika, setelah ini liburan jadi tidak akan bertemu dengan kean
"gue tau... Ga semua orang bisa tau perasaannya, apa yang diinginkannya, bahkan banyak orang yang salah mengambil jalan karena tidak mengenal dirinya, gue tau lo lagi ngalamin itu" deo melirik kesamping tepat disaat chika menatapnya, ia tersenyum tipis lantas fokus kembali kedepan
"menurut lo salah gak kalo kita nolak apa yang dirasa masih ragu?" tanya chika
"enggak, itu hak setiap orang"
Lalu hening kembali sampai mobil deo terparkir dihalaman rumah chika, chika segera keluar setelah mengucapkan terima kasih lalu masuk kedalam rumah tanpa menunggu mobil deo pergi dari rumahnya
***
Chika masih bergelung dengan selimutnya saat seseorang masuk kedalam kamarnya, ia tidak sadar akan kehadiran orang itu
"chika bangun dong, dibawah ada yang nyariin tuh" ya dia gisel, mama chika, wanita cantik itu menepuk pipi chika pelan tapi tangannya malah merasakan tubuh chika sedikit demam
Gisel pun menyentuh kening chika, dan benar ternyata chika demam, ia mengambil termometer dilaci nakas dan meletakkannya diketiak chika
39,4 derajat celcius, gisel menggeleng pelan dan melanjutkan membangunkan putri tidur itu
"chika bangun yuk, sarapan dulu abis itu minum obat" chika melenguh pelan dan mengerjapkan matanya berulang-ulang
"kenapa mah?" tanyanya sambil beranjak duduk
"ayo turun, kamu sarapan sama minum obat" bujuk gisel lembut
"enggak mau ma, chika mau tidur" chika kembali berbaring dan membungkus tubuhnya dengan selimut, rasanya dingin, brr
"yaudah kalo gitu mama bawain, tunggu bentar ya" chika tak membalas tapi ia mendengar derap langkah menjauh lalu disusul suara pintu ditutup pelan
Chika tak masalah, ia malah melanjutkan tidurnya hingga ia terbangun karena suara orang membuka pintu
"mah, gausah bawain chika makanan, chika bisa turun sendiri" gerutu chika dari balik selimutnya tanpa melihat siapa yang datang
"ekhem" suara deheman itu nampak berbeda dengan suara gisel, chika yang penasaran langsung menyibak selimutnya, alangkah terkejutnya ia saat mendapati deo berdiri sambil membawa nampan disamping ranjangnya
"AAAAA....." teriak chika
"ck, berisik!" kesal deo membuat chika bungkam
"ngapain lo disini?" sungut chika pasalnya ia sedang tidak punya janji dengan manusia purba ini
"sakit ya sakit aja, gausah ngerepotin orang lain, apalagi ngerepotin tante gisel" wah, deo hendak mengibarkan bendera perang padanya kah?
"elo?!!!—ish" chika yang masih terduduk merasa nafasnya tercekat saat deo tiba-tiba memajukan wajahnya, nampan yang tadinya dibawa kini sudah diletakkan diatas nakas
Chika menutup matanya, ia merasakan nafas deo yang hangat menerpa wajahnya, seketika ia gugup, tubuhnya panas dingin padahal ia sedang demam
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Jejak Rasa (END)
RandomBukan salah chika jika hatinya jatuh pada seorang laki-laki famous disekolahnya, dia keano dirgantara, cowok yang menjabat sebagai ketua osis itu adalah kakak kelas chika saat ini bahkan dulu kean juga kakak kelasnya saat smp, dan semenjak smp itula...