Mereka mengunjungi bukit yang lumayan jauh dari kota, itu adalah salah satu destinasi wisata yang lumayan populer saat ini, chika yang merequest hal itu
Chika tersenyum lebar, ia memejamkan matanya dan menghirup udara segar disini "gila! Bagus banget, ga nyesel deh jauh-jauh kesini" ujar chika masih memejamkan mata
Deo yang memegang hp langsung memotret chika, ia harus mengabadikan momen ini
"eh lo motoin gue ya??" tanya chika penuh selidik
"iya" jawab deo, bahkan dia tak mau repot-repot mencari alasan untuk menyanggah
"kalo mau foto gue bilang, biar gue gaya yang cantik, ayo foto lagi satu dua tiga...." chika mengembangkan senyumnya, deo yang melihat itu malah mematung, tubuhnya berdesir melihat senyuman lebar itu
"ck, malah bengong lo, ayo fotoin" deo gelagapan dan langsung memotret chika, hal itu mengundang tawa dari anaya dan daren
"yaelah chik, masa anak orang lo suruh jadi fotografer dadakan" tawa anaya mengudara begitupun dengan darel
"biarin, dia sendiri yang mau wleee" chika memeletkan lidahnya kearah deo
"mencar aja yuk, dadah chika gue sama darel!!" anaya melambaikan tangannya sembari berlari pergi bersama darel
"dih, gitu amat" gumam chika, ia manatap deo yang malah memotretnya
"yee ga adil lo, masa gue terus yang difoto, fotbar lah, kuy" chika merebut hp deo dan melakukan selfie bersama deo, ia yang pendek malah membuat deo kelihatan setengah wajahnya
"ihh lo tinggi banget dah perasaan, pegang nih" chika menyerahkan kembali hp itu pada sang empunya, lantas mengihitung mundur
"kesana??" tawar deo yang diangguki chika, chika tanpa sadar menggandeng deo dan nenarik pria itu agar lebih cepat berjalan
"selucu itu lo ternyata" batin deo
***
Anaya terkekeh melihat chika dari kejauhan,ia memilih untuk kulineran saja daripada foto-foto gak jelas kayak chika
"noh liat, gitu tuh yang sama-sama gengsi, gue udah tau jadinya bakal kayak gini, apalagi waktu deo mepetin chika" ujar anaya sambil mengunyah makanannya
Darel tersenyum "papa nyuruh gue kuliah diluar negeri" ujar darel, anaya yang mendengar itu langsung tersedak, darel langsung memberikan air untuk anaya dan menepuk punggung gadis pelan
"ga lucu bercandaan lo"
"gue serius, gue udah nolak tapi lo tau sendiri kan kalo papa gue orangnya gimana" anaya mengangguk lemah
"harus banget ya??" tanya anaya sedikit ragu, mereka barusaja bisa bersama dan ia melupakan fakta kalau darel memang lulus tahun ini
"iya sayang" blush, seketika pipi anaya memerah
"paan sih" kesal anaya, ia menepuk bahu darel pelan
"sorry-sorry, lo lucu banget sih, pacar siapa sih ini" darel mencubit pipi anaya gemas, anaya hanya diam saja sampai darel menyudahi kegiatannya dan tersenyum, wajahnya terlihat serius menatap anaya
"kayaknya kita ga bisa ldr, gue bakal bujuk papa, tapi kalo papa gak bisa dibujuk ya kita harus pilih opsi terakhir, lo tau?? Gue ga pernah mau putus dari lo" darel menangkup wajah anaya lantas menarik tubuh anaya kedalam pelukannya
"gue juga ga mau" anaya menangis, ia tidak bisa seperti ini
Pelukan anaya makin erat, darel juga merasa jika bajunya basah, ia mengusap punggung anaya dan mengecupi puncak kepala anaya
"udahan dong, masa cantiknya darel nangis sih, kita kan ga tau keputusan papa kayak gimana, mungkin dia berubah pikiran, ga boleh negative thingking ya"
"iya" darel melepas pelukannya dan menghapus sisa air mata dipipi anaya
"kalo papa ga mau ya harus gimana lagi, lo ga keberatan kan nunggu gue?" tanya darel serius
"yee itumah kalo lo ga kecantol bule" anaya tertawa tapi malah air matanya yang keluar lagi
"gue serius, lo gemesin banget perasaan" gemas darel, ia mengacak rambut anaya
"lo ngeraguin kesetiaan gue??"
"enggak"
"terus?"
"gue takut khilaf malah bawa lo pergi sama gue" darel menyengir membuat anaya tertawa lepas
"itumah maunya lo" gerutu anaya
"emang"
"sejak kapan lo jadi bucin gini???" tanya anaya gemas, ah dia jadi tidak rela jika darel pergi
"sejak ketemu lo? Maybe?" mereka tertawa bersama tak mengindahkan tatapan aneh dari beberapa pengunjung disana
"wahhh.. Parah kalian, bisa-bisanya kalian makan ga ngajak-ngajak" chika menatap horor kearah anaya dan darel yang tengah tertawa, lantas ia memeriksa keadaan anaya
"lo gapapa kan?? Heh lo apain temen gue?!" tuding chika pada darel, darel mengedikkan bahunya acuh
"nay, lo kenapa sih? Darel apain lo sampe lo nangis gitu??" chika terlihat sangat khawatir pada anaya, dan anaya malah tersenyum nakal
"ciee perhatian..." ledek anaya, chika yang mendengar itu langsung menjitak kepala anaya
"ngeledek!!" kesal chika ia menatap deo dan menariknya duduk disampingnya
"gue gapapa kok, lo berlebihan banget" ujar anaya berusaha tersenyum sebisa mungkin, tak memungkiri jika ia sangat sedih gara-gara berita tadi tapi ia harus terlihat bahagia setidaknya didepan chika saat ini, tidak untuk besok mungkin?
Tbc
Jangan lupa vote dan komennya makasih...
KAMU SEDANG MEMBACA
Jejak Rasa (END)
RandomBukan salah chika jika hatinya jatuh pada seorang laki-laki famous disekolahnya, dia keano dirgantara, cowok yang menjabat sebagai ketua osis itu adalah kakak kelas chika saat ini bahkan dulu kean juga kakak kelasnya saat smp, dan semenjak smp itula...