Bab 45

18 4 0
                                    

Dunia itu tak
Selalu tentang kamu
Tapi kamu
Selalu jadi duniaku
-lee_ya-

Chika berjalan sambil menggamit lengan deo, tangan kirinya membawa gula-gula kapas yang ia beli diluar cafe tadi, mereka lebih mirip bapak dan anak daripada sepasang kekasih.

"lo gak pake kacamata?" tanya chika, ia baru sadar saat mendongak tadi.

"hmm"

"eh filmnya seru kan? Kapan-kapan nonton lagi yuk? Oh ya tadi yang dibunuh itu siapa sih?" tanya chika, deo meringis ia tidak tau jika ada sesi interogasi begini dan ia sama sekali tidak tau alur ceritanya karena ia fokus pada chika.

"lupa,nanti nonton lagi aja biar inget" inilah jawaban ter aman yang bisa deo ucapkan, karena salah menyebut saja, panjang urusannya.

"hmm gitu ya? Tapi gue ga suka ngulang film yang udah pernah gue tonton, kesannya gak penasaran lagi soalnya udah tau endingnya"

"yaudah lupain aja" deo memasangkan helm dikepala chika sedangkan chika malah menggerutu karena deo yang menyuruhnya melupakan film tadi.

"ayo naik gih" chika terpaksa naik dengan wajah super kesalnya, yasudahlah toh cuma film.

***

Chika menutup matanya, ia menghela nafas lelah, seharian ini ia terus dipaksa anaya melakukan ini dan itu, bukan karena apa, hanya saja anaya sedang galau katanya.

"Lo kalo mau bunuh gue ga perlu nyiksa gue dulu lah nay, mending langsung bunuh aja" chika merengut kesal, padahal di hari libur yang cerah ini ia akan pergi kepantai dengan deo, tapi malah berujung dijadikan babu oleh anaya nasib-nasib!

"Dih siapa juga yang mau bunuh lo, rugi gue!" Anaya tertawa, mereka berjalan beriringan memasuki sebuah gedung peekantoran yang lantainya ada banyak sekali. Chika malas jika disuruh menghitung, btw kantor ini punyanya bokapa anaya loh.

"Ngapain sih kesini segala?" Chika berdecak kesal, ia memutar bola mata jengah. Daritadi ia ingin duduk, tapi Anaya sama sekali belum menempelkan bokongnya dikursi,cih!

"gue mau nanya sesuatu hehe..." Chika mengerang frustasi, Anaya sangat membuang waktunya. Dan saat ini gadis itu malah terkekeh, sungguh tidak berperikemanusiaan.

"Apa?!" kesal Chika mulai tak sabar.

"Emm... Lo tau Athaya?" Chika hanya berdehem menanggapi "Menurut lo, bagus gak, kalo gue liburan kesana?"

"Lo gila?!!" Chika berdiri dari duduknya dan menatap Anaya tak percaya. Hei tolong sadarkan Anaya jika Athaya adalah iblis berkedok saudara.

Chika menghela nafas lelah dan kembali duduk. Raut wajahnya berubah datar "Gue gak setuju, itu bahaya! Buat lo! Ataupun buat Athaya!" tekan Chika.

"Gue tau Chik, tapi kayaknya gue kangen deh sama dia. Gimana dong? Dan gue kayaknya punya rencana pindah kesana deh" ujar Anaya dengan mata berbinar seolah hal itu yang paling ia harapkan. Gadis itu terkikik geli sambil menatap wajah Chika yang merengut kesal.

"Lo beneran gila ya?!!!"

"Chik, darel bakal lanjutin studynya di London. Dan ini kesempatan, soalnya Athaya ada disana juga. Lo tau kan kalo Athaya gak seburuk itu? Dia peduli kok sama gue cuman ketutup iri sama gengsi aja" ingatan Anaya menyelam disaat ia disakiti sang ayah, dan Athaya yang saat itu baru saja masuk kedalam rumah langsung menghentikan kejadian penyiksaan itu dengan satu kalimat 'papa jangan bangunin tetangga'

Anaya tersenyum mengingatnya, meskipun Athaya adalah orang yang cuek. Tapi ia masih melihat kebaikan dimata gadis itu.

"Lo gila Nay, bener-bener lebih gila dari yang gue duga!!!" Chika berdiri dan berjalan pergi meninggalkan Anaya dengan segala keterjutannya, ia kira Chika akan memgijinkannya, tapi ia salah.







Tbc

Jangan lupa kasih bintang kecilnya. Makasih

Jejak Rasa (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang