Bab 38

19 4 1
                                    

"eh si athaya betah banget diluar negeri" anaya terkekeh mendengarnya, ia masih ingat betapa tidak akurnya ia dan kembarannya

"lo jangan gitu dong, gue kangen sama dia"

"elah nay, nenek lampir gitu lo kangenin? ngeri gue!" chika bergidik, padahal athaya aslinya baik kok cuman rada judes aja

"dia kan juga kembaran gue, ada ikatan batin yang bikin gue ngerasa butuh dia disamping gue, lagian dia juga ga pernah jahatin gue secara langsung, meskipun dia ga pernah nolongin gue sih" anaya meringis tapi tetap tersenyum

"nah itu tuh, dia emang ngeselin sih, tapi gue tau kok kalo dia itu sebenernya sayang sama lo, cuman ya gitu"

"oh ya, gue balik dulu sorry guys" anaya memeluk chika

"ADUH NAY!!!" pekik chika saat tangan anaya mengenai lukanya

"hehehe sorry" chika kesal saat anaya malah nyengir tanpa dosa didepannya lantas kabur begitu saja dan menghindarinya, awas aja anaya!

"gini nih kalo punya temen spek iblis, aduhh" chika melirik punggungnya yang meskipun ia lirik bagaimanapun tidak akan kelihatan

"lo kenapa?" tanya deo panik saat melihat chika meringis sambil mencoba melihat punggungnya yang masih terbalut perban, dan hanya tertutup baju pasien dari depan yang tidak dikancingkan

"eh ngapain lo?! Sana lo jauh-jauh" usir chika saat deo hendak melihat punggungnya

Deo panik, tapi entah kenapa ia menuruti chika dan mundur kebelakang

"tadi bunda ngechat katanya lo disuruh istirahat" deo berdehem untuk mengurangi rasa gugupnya

"gimana gue mau tidur? Sakit nih... Masa gue tengkurep lagi? Pegel tau gak?" chika hendak menangis lagi tapi ia tahan, sudah cukup ia menanggung malu karena menangis sedari tadi, deo tidak boleh tau aibnya

Deo menghela nafas lantas duduk disamping chika, ia menarik chika kedalam pelukannya dan menyandarkan kepalanya dipucuk kepala chika

Jantung chika berdisko didalam sana, ia syok akibat perlakuan deo padanya, harusnya ia dorong saja si deo ini, tapi kenapa ia malah menjadi patung begini?

"tidur" ujar deo singkat, duh deo! Chika mana bisa tidur kalau posisinya kaya gini?

Tapi chika menurut, ia berusaha memejamkan matanya, daripada ia tidur tengkurap? Kan lebih baik ia tidur dipelukan deo yang sandar-able





***


Pagi ini chika terbangun dalam posisi yang masih sama dengan semalam, tapi bedanya, deo masih memejamkan matanya dan menyandarkan kepalanya dipucuk kepala chika

Chika tersenyum, ia tidak tau jika deo memiliki sisi romantis dibalik sikap bunglon nya, ia makin mengeratkan pelukannya pada deo, ah padahal deo tidak memeluk punggungnya karena takut mengenai tangannya tapi gapapalah

"ekhemm..." chika membulatkan matanya saat deo berdehem dan memperbaiki posisinya

Chika buru-buru melepas pelukannya dan menggeliat, pura-pura kalau ia barusaja bangun tidur, tunggu! Dia tidak ileran kan? Tetep cantik kan? Duh malu banget!

"kenapa?" tanya deo sambil menaikkan satu alisnya

Chika menggeleng "gapapa kok"

Deo tersenyum tipis, ia beranjak dan pergi ke kamar mandi membuat chika menghembuskan nafas lega, ia tidak tau jika deo akan memergokinya

"nggak chika! lo nggak boleh suka sama spek demit kayak gitu hih.." chika bergidik lantas terlonjak kaget saat sebuah suara menginterupsinya

"lo suka sama demit?" tanya deo yang barusaja keluar dari kamar mandi dengan kondisi wajah yang lebih segar

"eng-enggak kok, siapa juga yang suka sama demit, ngaco lo!" ayolah! Kenapa ia harus tercyduk berkali-kali

Deo mendekat dan mengambil tisu basah diatas nakas, lantas mengarahkannya kewajah chika, reflek chika mundur dan menghindarinya

"ngapain?" tanya chika kaget

"cuci muka lo" chika terdiam, dan membiarkan deo menyeka wajahnya, diam-diam menghanyutkan si deo

"wajah lo merah? Lo iritasi?" tanya deo, woilah! Ngapain nanya-nanya! Udah jelas chika malu, bukan iritasi!

"ih ngeselin lo, sana!" chika mendorong deo sambil mendengus kesal, parahnya deo malah tersenyum melihat tingkahnya

"gue keluar dulu"

"deo!! Gue ikut—






Tbc


Jejak Rasa (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang