Bab 47

16 4 8
                                    

Chika menatap pantulan dirinya dicermin, ia menyambar tas yang ada diatas kasur lantas turun kebawah. Sudah ada anggota keluarganya lengkap dengan Deo hihi.


"Pagi semua,"sapa Chika lantas duduk disamping Deo yang entah kenapa bisa ada disana hari ini.

"Deo, nanti kalo Chika nakal disekolah marahin aja! Emang bandel dianya." Gisel menyodorkan bekal didepan Chika dan Deo. Mereka saling pandang, Chika menjulurkan lidahnya pada Deo dan lanjut makan.

"Udah sarapan kok dikasih bekal sih tan," ujar Deo merasa tidak enak, padahal ia selalu menolak bekal dari bundanya, masa ia harus bawa bekal kali ini?

"Ya gapapa, biar ga jajan sembarangan." Gisel beranjak dan membawa piring kotor ke wastafel.

"Ntar kasihin orang yang lewat aja," bisik Chika, ia mencondongkan tubuhnya kearah Deo. Deo mengangguk setuju, ia lebih suka diperpustakaan daripada makan.

"Hayo kalian bisik-bisik apa?" Andre menatap kedua orang itu dengan tatapan intimidasi.

Chika tertawa canggung, "Ah apasih yah, enggak bisik-bisik kok."

"Tadi tuh."

"Ihh enggak ayah, ayah salah liat. Udah yuk berangkat! Mama!! Chika berangkat!!" Chika menarik Deo untuk segera berangkat, bisa panjang urusannya jika mereka masih menetap disana.

"Kok kabur?" tanya Deo sambil memasangkan helm dikepala Chika.

"Nanti panjang urusannya, udah ayok cepet gass." Chika meloncat naik keatas motor, untung saja Deo bisa menahannya, jika tidak, pasti sudah oleng motornya.

"Pelan-pelan, nanti jatuh. Pegangan." Chika menurut saja, dan melingkarkan tangannya diperut Deo. Tidak salah kan? Kan dia pacarnya?
Emang seberarti itu status mereka!


***



Bel istirahat berbunyi nyaring diseluruh penjuru sekolah, Chika segera keluar dari kelasnya meninggalkan Anaya yang masih membereskan bukunya.

"Ayo," ajak Deo yang entah sejak kapan sudah ada didepan kelas Chika.

"Oh iya, udah nanya belum soal tawaran gue yang keluar kota itu?" tanya Deo, ia menggandeng Chika sepanjang jalan. Mereka menuju perpustakaan saat ini. Karena katanya, Deo akan menyelesaikan artikelnya untuk mading bulan ini.

"Belum sih."

"Ntar gue aja yang ngomong, pasti dibolehin. Sekalian kita jalan-jalan, kemarin pas liburan kita gak jalan jauh, cuma sekitar sini kan?" Chika manggut-manggut, ia mengambil duduk dihadapan Deo. Sedangkan lelaki itu sudah fokus dengan buku dan pulpennya.

"Lo baca aja biar gak gabut," ujar Deo disela menulisnya.

"Bawa novel yang lagi revisi itu gak?" Deo mengangguk lantas menaikkan sebelah alisnya sambil menatap Chika.

"Mau baca."

"Nih..." Deo memberikan hpnya pada chika, "Sandinya tanggal ulang tahun lo, buka file dokumen 'revisi' yang ada dipojok itu." Deo kembali fokus pada tulisannya.

Chika tertegun, tiba-tiba jarinya gemetar memegang hp Deo. Tanggal ulang tahunnya? Jadi sandi hp Deo? Waw! Chika baper. Eh jangan baperan Chika!

Chika segera membuka file yang dimaksud Deo, ia membacanya. Ada beberapa bab yang sudah selesai revisi, dan yang lainnya belum.

Merasa bosan, Chika menatap pria dihadapannya yang nampak fokus menulis, sesekali memegangi kacamatanya. Deo tampan, oke satu fakta itu memang tidak luput dari Deo semenjak ia ada disekolah ini. Memakai kacamata, bukannya kelihatan cupu, dia malah kelihatan cool dan berdamage. Duh, Chika tidak kuat!

"Kenapa liatin gue?" Chika terbatuk mendengar pertanyaan itu, ia tidak tahu jika Deo menyadari arah tatapannya. Ia kira Deo tidak sadar sedang ditatap olehnya.

"Eng—gapapa kok," buru-buru Chika beranjak dan melihat buku dirak, sial! Jantungnya tidak aman, apalagi usai kejadian kemarin saat bibir mereka bertemu. Ish!

Diam-diam Deo terkikik geli melihat tingkah Chika yang nampak lucu. Ia merasakan tatapan Chika yang sangat intens mengarah padanya.

"Gue masih ga percaya kalo sekarang gue pacaran sama lo Chik," batin Deo sebelum kembali menulis, tapi pikirannya tertuju pada Chika.







Tbc

Jangan lupa votmennya, tandai typo ya...

Makasih lup lup

Jejak Rasa (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang