Hallo guys!
Karena aku gabut, jadinya kasih extra part buat cerita ini hehe...Gimana? Suka gak?
Maaf ya kalo banyak typo.Jangan lupa vote sebelum baca, nanti pasti ada ucapan gini 'terima kasih sudah memberi vote' ah wattpad emang pengertian, bikin baper hiks..
***
Selamat membaca
Deo menimang-nimang buku ditangannya, ia bimbang. Haruskah ia berikan sekarang? Atau nanti?
Beberapa bulan lalu, saat ia masih menggarap novel ditangannya dengan perasaan campur aduk, ia masih terlihat baik-baik saja. Berbeda dengan sekarang, meskipun perasaannya tak lagi campur aduk. Tapi, semua rasa itu mati karena kepergian seseorang.
"Gue kayaknya gak kuat deh kalo harus ngasih ini langsung," gumamnya. Dan air matanya langsung menetes tiba-tiba tanpa diminta.
"Gue gak bisa gini terus, gue ga bisa ARGHH KENAPA SIH LO HARUS NINGGALIN GUE?!!!" Deo mengacak rambutnya frustasi. Ia benturkan kepalanya diatas meja belajar cukup keras hingga dahinya tergores.
Disaat Deo masih membertur-benturkan kepalanya, seorang wanita masuk kedalam kamar Deo dan memeluknya untuk menenangkan pria itu.
"Anak Bunda kenapa hm? Jangan gini, Bunda gak bisa liat Deo kayak gini." wanita itu menangis sambil mengusap punggung Deo sayang.
Deo sesenggukan, ia makin membenamkan wajahnya diceruk leher sang bunda. Meskipun sudah besar, ia tetap tidak bisa membohongi perasaannya pada sang bunda.
"Bunda, Deo gak bisa. Chika—
Belum selesai ucapan Deo, tapi sang bunda malah menutup mulutnya.
"Sttt... Gapapa, kamu pasti bisa. Jangan gara-gara kepergiannya kamu kayak gini. Chika gak akan seneng kalo kamu kayak gini. Ikhlasin dia ya?"Deo menggeleng, tangisnya makin pilu. Ia tidak bisa! Rasanya ia makin gila saat mengingat kejahilannya pada Chika dulu.
"Deo gak bisa Bunda, Deo mau nyusul Chika aja."
"Heh! Gak boleh! Kamu mau ninggalin bunda? Awas kalo kamu macem-macem, bunda jewer kamu sampe putus!!" Kayla melepas pelukannya dan mendorong Deo, lantas pergi darisana meninggalkan Deo yang masih tak paham apa yang terjadi.
"Bunda sadis banget." Deo bergidik ngeri. Bundanya benar, ia harus ikhlas. Chika tidak akan suka jika ia seperti ini.
Besok, ia harus mengantarkan novel itu pada penerbit. Sebenarnya, ia hanya mencetak pribadi novel itu dengan halaman yang masih kosong dibelakangnya. Tapi, ceritanya dan Chika sudah berhenti. Alhasil, dia harus melanjutkan novel itu sesuai kenyataannya.
Deo tidak tau jika tanpa Chika, ia bisa sehancur ini. Deo juga tidak tau, jika Chika mampu membuat hidupnya sekacau ini.
Yang Deo tau, ia ingin terus bersama Chika sampai kapanpun. Tapi, tuhan berkehendak lain dan mengambil Chika lebih dulu.
***
Deo tersenyum, tapi air matanya terus menetes. Didepannya, sebuah gundukan tanah dengan nisan bertuliskan 'Chika Laura Anastasya' nampak masih basah dengan banyak taburan bunga.
Ia meletakkan sebuket mawar mewar didekat nisan itu, lantas berjongkok. "Hai, g-gue dateng lagi. Lo apa kabar? Oh ya, novel cerita kita mau diterbitin, tadi gue udah anterin ke penerbit yang ngontrak gue. Lo harus baca ya, cerita kita gak akan pernah selesai meskipun lo gak ada disamping gue. Gue selalu berharap ini cuma mimpi."
"Mimpi yang sakit banget, lo tau Chik? Gak ada yang seneng lo pergi, lo itu terlalu baik buat pergi duluan. Ah gue tau, tuhan lebih sayang sama orang yang baik, makanya dia ngambil lo. Gitu kan? Semoga lo bahagia disana, gue selalu doain yang terbaik buat lo."
Sebuah tangan menepuk pelan pundak Deo, membuat Deo mendongak. "Jangan nangis terus, Chika gak suka lo nangis gini." dia, Anaya. Sahabat Chika satu-satunya.
Dia datang bersama Darel, tapi Darel menunggu dimobil. "Gue tau, pasti berat banget kehilangan Chika, gue juga kok. Tapi, gue tau kalo lo bisa tanpa Chika. Chika gak suka lo nangis bombay kayak gini, di pikiran Chika lo tuh bunglon, tapi sifat lo gak ada yang cengeng gini."
Anaya menepuk pundak Deo dua kali lantas berlalu pergi, ia sudah daritadi tapi ia mengambil topinya yang terbang tertiup angin. Dan ia malah melihat Deo disana, jadi ia memutuskan bersembunyi.
Udah tamat kok ya? Jadi kan gak bersambung, tapi doain aja bisa bikin extra part lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jejak Rasa (END)
RandomBukan salah chika jika hatinya jatuh pada seorang laki-laki famous disekolahnya, dia keano dirgantara, cowok yang menjabat sebagai ketua osis itu adalah kakak kelas chika saat ini bahkan dulu kean juga kakak kelasnya saat smp, dan semenjak smp itula...