Bab 46

19 3 0
                                    

"Lo tau gak?" tanya Chika dengan semangat 45.

"Enggak," balas Deo, tiba-tiba Chika yang tadinya menjadikan pahanya sebagai bantal kini bangun dan duduk dengan wajah tertekuk.

"Kenapa?" Deo menaikkan sebelah alisnya dan menarik Chika agar kembali berbaring.

"Anaya mau pergi ninggalin gue, katanya dia mau ngikut Darel ke London."Chika memainkan jemari Deo dan tadinya mengelus rambutnya membuat Deo terkekeh pelan.

"Bagus dong, mereka gak ldr."

"Ihh gak gitu, masalahnya Athaya ada di London. Lo gak lupa kan tentang itu?" pertanyaan Chika dibalas cengiran oleh Deo yang artinya, cowok itu benar-benar lupa.

"Ish gak asik!" Chika memeluk pinggang Deo, menyembunyikan wajahnya diperut keras Deo.

Deo tersenyum, ia geli karena Chika bernafas tepat diperutnya. "Chik, jangan gitu, ntar ada yang bangun."

"Apa? Ini?" Chika menunjuk celana Deo dengan wajah tanpa dosa, sabarkanlah Deo yang punya pacar kayak gini.

"Heh, tangannya."

Chika terkikik geli, lantas bangun dari tidurannya "Sorry hehe..."

"Hmm"

"Emang kenapa kalo Anaya mau kesana terus ketemu Athaya? Mereka saudara, udah sepatutnya mereka bersama gak tinggal pisah kayak gini," ujar Deo lembut, tangannya terangkat untuk mengambil kepala Chika dan ia sandarkan dibahunya.

"Ya gue takut kalo Athaya nyakitin Anaya lagi, lo beneran lupa sama kejadian itu?" Chika mencubit lengan Deo kesal.

"Kan ada Darel, lo gak percaya sama Darel?" Chika mengangguk saja mendengar pertanyaan Deo.

Lantas menggeleng, "Eh, percaya kok. Tapi—ya gitu."

Deo geleng-geleng kepala "Gausah khawatirin Anaya, dia bukan anak kecil lagi. Pasti bisa jaga diri, lagian keliatannya Athaya gak sejahat itu kok," balasnya.

Deo beranjak, ia menghampiri kulkas yang ada dipojok kamarnya. Ya, mereka memang berada dikamar Deo sejak pulang sekolah tadi.

"Eh, novel lo jadi terbit? Yang lanjutan series itu kan?" tanya Chika penasaran, ia tidak pernah mendengar Deo membahasnya usai kejadian dicafe itu.

"Iya jadi, gue revisian sama editor yang biasanya." Deo memberikan sebotol susu coklat pada Chika yang diterima gadis itu dengan senyum sumringahnya. Ia membukanya lantas meminumnya sampai habis.

"Emh enak!" serunya usai menghabiskan sebotol susu itu, Deo terkekeh dan duduk disamping Chika. Ia meminum susu coklat miliknya.

Semenjak pacaran dengan Chika, ia menyetok susu coklat dikamarnya. Karena gadis itu selalu meminta susu coklat, jadi daripaada susah-susah mencari, lebih baik beli yang banyak.

"Gue mau keluar kota kayaknya, lo iku gak?" tawar Deo, Chika menatap penuh binar. Ini beneran dia diajak?

"Ngapain emang?"

"Ada deh, ikut gak?"

"Ntar deh, nanya ayah sama mama dulu. Lagian kan gue baru masuk sekolah, masa udah mau ijin aja." wajah chika cemberut, Deo yang gemas langsung mencubit pipi Chika yang menggembung lucu, membuat gadis itu berteriak kesakitan.

"Awshh sakit Deo, nih nih rasain!" Chika balas mencubiti lengan lelaki itu, keduanya saling cubit dan tertawa. Mereka tidak sadar jika Chika sudah naik keatas Deo diatas ranjang.

"Ekhem..." Chika berdehem canggung, ia hendak turun. Tapi Deo mencegahnya dengan memegang lengannya. Tatapan Deo fokus pada bibir Chika yang sedikit terbuka.

"Boleh?" tanya Deo, Chika tau apa yang diinginkan laki-laki itu. Dan ia dengan ragu mengangguk.

Deo yang mendapat lampu hijau langsung menekan tengkuk Chika dan menempelkan bibir mereka. Keduanya memejamkan mata, menikmati momen mendebarkan ini.

"Ah shit! First kiss gue!" batin Chika saat Deo melepas tautan bibir mereka. Tak ada lumatan, karena Deo hanya menempelkan bibir mereka.

"Udah gue bersihin bekas kecoanya," ujar Deo lantas segera bangun dan berlari masuk kedalam kamar mandi.

Chika mengerutkan keningnya tak paham, "Ihh Deo!!! Awas lo!!" teriaknya menggema didalam kamar Deo. Kenapa bisa Deo mengingat kejadian memalukan itu? Haishh..






Tbc


Jangan lupa votmennya, thx

Jejak Rasa (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang