Senyum Chika mengembang menatap semua orang menunggunya, ah dia baper!
"Hallo," sapa Chika, suaranya sedikit serak. Wajahnya pucat dan bibirnya kering. Ada selang oksigen yang tertancap dihidungnya. Dan jangan lupakan kepalanya yang diperban.
"Chika, ayo bilang sama mama. Mana yang sakit?" Gisel tidak bisa menahan tangisnya, ia memeluk Andre sambil menangis.
"Chika gapapa kok ma, Chika baik kok. Ayo pulang aja. Chika ga suka disini." Chika tersenyum, bahkan senyuman yang biasanya menenangkan itu kini membuat mereka merasa sakit. Mereka tau senyum jenis apa yang saat ini diperagakan Chika.
"Chika, lo janji ga bakal ninggalin gue kan?" tanya Deo tiba-tiba.
Chika tersenyum, tangannya terangkat membelai pipi Deo lembut. "Gak janji ya? Soalnya bunda bilang mau jemput Chika bentar lagi," ucapan Chika membuat semua orang makin menangis.
"Gak boleh, lo gak boleh ikut bunda! Lo harus disini sama gue Chik, lo ga boleh ninggalin gue." Deo menerjang Chika dengan pelukannya.
"Maafin Chika, kalo Chika punya salah sama kalian semua. Rey, maafin kakak ya?" Chika melepas pelukannya pada Deo dan menatap Rey teduh.
"Kak Chika gak punya salah sama Rey kok," ujar Rey, bocah itu menangis sesenggukan.
"Makasih buat semuanya, Chika harus terus senyum biar bunda seneng."
"Bunda seneng kalo Chika banyak senyum."
"Bunda mau jemput Chika, yeay!"
"CHIKA!!" nafas Deo memburu, ia tidak suka ucapan Chika yang seakan dirinya benar-benar akan pergi. Ia tidak mau kehilangan Chika!
"Deo jangan marah, Chika sayang sama Deo," suara sebuah alat berbunyi nyaring usai ucapan Chika, gadis itu menutup matanya sambil tersenyum. Deo memegangi Chika yang hendak ambruk kelantai.
Chika telah pergi, Chika-nya sudah meninggalkannya dan mengingkari janji yang dia buat.
Deo tidak sanggup!
Semua orang disana menangis tersedu, bahkan diakhir hayatnya. Chika tetap tersenyum.
"Chika Laura Anastasya, meninggal pukul 09.24. Tanggal 20 januari," ujar dokter yang menangani Chika. "Mohon jangan membuat keributan, saya permisi." dokter itu pergi menyisakan keterdiaman orang-orang yang masih hanyut dengan tangisannya.
"Chika bangun, sayang bangun." Deo menolak saat suster meminta Chika dibaringkan. Ia ingin mendekap gadis ini selamanya!
Tidak ada yang boleh mengambil Chika darinya!
Jejak rasa
Rasaku yang tertinggal untukmu.
Pasti akan abadi, meski ku tak lagi bisa bersamamu.
Jejak rasaku padamu.
Akan selalu ada meski kau menyangkalnya.Jejak rasa ini.
Terus ada meski dunia tak lagi sama.
Dalam frasa yang semu, kau torehkan semua kisah kita didalam tulisan tanganmu. Novel kala itu.
Pasti kini berakhir dengan pilu.Tak akan ada senyuman yang tersisa.
Hanya tangisan yang membuai luka.
Kuharap, bahagia turut menyerta.
Bersabarlah.
Akan ada akhir baik untuk orang baik.TAMAT
Terima kasih atas setiap dukungan yang kalian berikan.
Awalnya aku berpikir kalo cerita ini ga bakal menemui ending, tapi ternyata... Hehe..Oh iya, aku mau update cerita baru setelah ini. Ikuti terus ya, jangan sampai ketinggalan info.
Thx
KAMU SEDANG MEMBACA
Jejak Rasa (END)
RandomBukan salah chika jika hatinya jatuh pada seorang laki-laki famous disekolahnya, dia keano dirgantara, cowok yang menjabat sebagai ketua osis itu adalah kakak kelas chika saat ini bahkan dulu kean juga kakak kelasnya saat smp, dan semenjak smp itula...