Setelah menempuh perjalanan yang memakan waktu hampir seharian, Sella akhirnya sampai di negara tujuannya. Ia lalu mengabarkan temannya soal itu.
Hai Baron.
Ya? kau sudah sampai di Berlin?
Sudah.
Ow itu bagus sekali, apa kau ingin berkunjung sebentar ke tempat Paul?
Tidak, aku akan menginap di hotel dulu, mungkin besok aku akan pergi ke rumahnya.
Oh baiklah, ngomong2 apa kau sedang di bandara sekarang? Biar aku saja yang menjemputmu. Paul juga berkata bahwa ia telah menyewakan kamar hotel dekat rumahnya khusus untuk kita semua.
Ya, aku berada di bandara sekarang, kau bisa menjemputku disini.
Baiklah, aku segera kesana.
Sella lalu menunggu kedatangan temannya itu. Tak lama kemudian ia mendengar sebuah penggilan dari temannya.
"Sella." sontak ia menoleh dan melihat jika Baron telah tiba.
"Hai." mendengar nada dingin itu Baron hanya bisa tertawa memaklumi sifat temannya itu.
"Seperti biasa, singkat dan menyebalkan. Ayo kita ke mobil, kau pasti lelah setelah melakukan perjalanan kesini." Sella lalu mengangguk.
"Ya, kau benar." mereka lalu menuju ke parkiran dan meninggalkan bandara. Kini hanya ada suara radio yang terdengar dengan volume kecil. Alasannya karena Baron tau bahwa Sella tak akan mengerti bahasa yang diputar, lagipula ia juga kurang suka mendengar suara radio di mobil.
"Sella?" ucap Baron memecah keheningan antara mereka berdua, dan Sella hanya berdehem menanggapinya.
"Bagaimana keadaannya di Indonesia? Apa kau masih bekerja di perusahaanmu?" tanpa mengalihkan pandangannya dari kaca mobil, Sella merespon pertanyaan Baron.
"Keadaannya baik, aku tidak bekerja lagi di perusahaan itu. Kau tau kan kalau aku tidak suka pekerjaan seperti itu."
"Yah, aku tau. Oh ya, aku dengar kau sudah menikah. Apa itu benar?"
"Ya, itu benar." terdengar helaan nafas panjang dari Baron, hal itu lalu membuat Sella mengalihkan pandangannya kearah Baron.
"Kenapa?"
"Tidak ada, hanya saja aku tidak menyangka jika adik perempuanku kini sudah menikah." ucapnya lesu, memang dulu Sella memiliki umur paling muda diantara mereka semua. Jadilah Sella mendapatkan sebutan 'adik', namun yang paling dekat dengan Sella adalah Baron sehingga terkadang Sella memanggil Baron dengan sebutan 'abang'.
"Yah.. itulah kehidupan." Baron yang mendengarnya hanya bisa tertawa kecil.
Tak lama setelah perbincangan itu, mereka akhirnya sampai di hotel. Hotel itu tampak besar dan megah.
"Ini hotelnya?" tanya Sella dan diangguki oleh Baron.
"Ayo masuk." setelah menyelesaikan segala keperluan, akhirnya Sella berjalan menuju ke kamarnya yang terletak di lantai dua.
"Ini kamarnya." ucap Sella saat sudah menemukan kamarnya.
"Ya, kamarku ada di sebelahmu." Sella lalu menatap ke arah kamar disebelahnya.
"Apa kita semua memesan kamar satu lantai?"
"Kan sudah aku bilang bahwa kamar kita sudah dipesan oleh Paul, jadi kita semua akan berdekatan."
"Mm.. itu bagus."
"Ya.. baiklah, aku ada keperluan yang harus ku urus. Jika kau butuh apa2 hubungi saja aku. Oh ya kalau kau ingin berangkat ke rumah Paul besok, dengan aku saja."
"Baiklah, aku akan berangkat denganmu saja besok."
"Baiklah, sampai jumpa Sella." ucapnya sembari berjalan ke arah lift.
"Ya." setelah itu ia membuka kunci kamarnya dan masuk kedalam. Didalam, Sella melihat keadaan kamarnya yang sangat menawan. Paul memang orang yang tau seleraku.. pikir Sella. Ia lalu mulai membereskan barang2 miliknya. Setelah itu ia membuka jendela kamarnya dan menikmati keadaan kota Berlin, yang sangat indah menurutnya.
"Aku rindu kota ini, kota ini adalah tempat dimana pertama kalinya aku mendapatkan teman. Setelah sekian lama aku berada di Indonesia, aku bahkan sama sekali tak menemukan teman seperti mereka. Ingin sebenarnya aku tetap berada disini, tapi bagaimanapun aku tak bisa melepaskan tanggung jawabku begitu saja. Hm.. kenapa tiba2 aku rindu pada Ken? Apa aku sudah menyukainya?" saat sedang merenung itu tiba2 ada yang mengetuk pintunya. Segera ia melangkah dan membuka pintu kamar, dan tampak seorang wanita yang Sella kenal.
"Sella!" teriaknya sembari merentangkan tangan hendak memeluk Sella. Namun dengan cepat Sella menolaknya.
"Jangan, jangan peluk, aaahh.." akhirnya Sella hanya bisa pasrah saat dirinya dipeluk oleh Anne.
"Aku kangen kamu. Akhirnya setelah bertahun-tahun kamu kembali kesini."
"Huft.. harusnya gak kubukain pintu aja sekalian." gumam Sella. Anne lalu melepaskan pelukannya membuat Sella lega.
"Gimana kabar kamu?"
"Biasa aja." ucap Sella datar.
"Ya ampun.. ternyata sikapnya masih kayak dulu, gak ada yang berubah."
"Kamu ngapain kesini Anne?"
"Kenapa? Kamu gak suka ya kalau aku kesini?"
"Entah, mungkin aja sih."
"Ih kejam."
"Biarin." melihat itu Anne hanya bisa pasrah, niat hati ingin ketemu kawan lama malah dapat jawaban kayak gini.
"Mmm, sudahlah lupain aja, besok kamu pergi ke rumah Paul?"
"Ya."
"Itu bagus, karena besok Paul ingin kita semua berkumpul sebelum ia menikah. Oh ya ini, baju untuk besok. " Anne lalu memberikan sebuah dress berwarna putih kepada Sella. Sella yang melihatnya tidak merespon apa2 untuk itu. Dia hanya mengangguk mengiyakan saja. Mereka lanjut mengobrol hingga tak terasa waktu sudah berlalu dan akhirnya Anne pamit ke kamarnya.
"Sampai jumpa besok Sella, dandan yang cantik ya. Jangan lupa pakai baju itu, Paul yang memberikannya khusus untuk kita. "
"Ya.." ucapnya dengan nada setengah malas. Setelah menutup pintu, Sella berjalan dan berbaring diatas kasur. Ia tidak memikirkan soal pernikahan itu sama sekali. Ia justru penasaran dengan tugas yang akan ia dan kawan2 nya kerjakan kelak. Ia berharap jika tugas itu adalah tugas yang berbahaya sehingga ia bisa kembali memacu kemampuannya sekaligus untuk menikmati waktu di kota ini. Setelah beberapa saat merenung akhirnya Sella memutuskan untuk mandi dan beristirahat mempersiapkan tenaga untuk esok hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Sempurna Bersamamu
Teen FictionSella, seorang wanita cantik yang menikah dengan seorang Polisi tampan bernama Khenzi Mahendra atau sering dipanggil sebagai Ken. Pernikahan yang awalnya Sella anggap akan baik-baik saja seketika berubah saat ada seorang wanita yang hendak merebut K...