Kuhembuskan nafas menikmati suasana malam hari di apartemenku. Kejadian tadi masih menjadi pikiran utamaku saat ini. Kalau boleh jujur.. aku merindukan pria itu, aku rindu saat dia dekat denganku dan menjadi orang yang benar-benar menjadi sandaranku. Namun aku juga membencinya setelah apa yang telah ia lakukan padaku, dia meninggalkanku dan berubah menjadi musuhku. Aku masih ingat bagaimana aku hampir kehilangan nyawaku namun bukan karena lukaku namun karena kehilangan keluarga dan temanku. Mereka yang telah bersamaku selama ini sudah pergi meninggalkanku untuk selamanya.
Segala pikiran itu membuatku merasa pusing, aku mengepalkan tanganku dan lama kelamaan membuatku menangis.
Drrt..
Drrt..
Kulihat layar handphoneku tertera nama Surya diatasnya. Sebenarnya aku tidak ingin bicara dengan siapapun sekarang. Tapi Surya adalah temanku, maka aku mengangkatnya. Aku menyeka air mataku dan berusaha bersikap normal.
Assalamualaikum
Waalaikumsalam Surya, ada apa?
Maaf mengganggu waktumu malam² begini. Aku hanya ingin tau, bagaimana keadaanmu sekarang?
Baik.
Syukurlah, kuharap kau tidak memikirkan hal itu lagi.
Aku memejamkan mataku, ingin sekali kukatakan bahwa asal kau tau Surya aku sedang memikirkan apa yang baru saja kau katakan.
Sella? Kau masih disana?
Iya?
Oh.. sebenarnya aku ingin mengobrol panjang denganmu. Tapi kurasa sudah terlalu larut untuk membahasnya, bagaimana jika kita bertemu besok?
Baik, dimana?
Di taman dekat dengan apartemenmu
Kau tau apartemenku?
Sebagai teman aku tau betul dimana itu. Kau berada di apartemen yang sama dengan saat pertama kali kau ke Berlin bukan?
Kau pengingat yang baik.
Ucapku dengan nada datarTerima kasih, baiklah sampai jumpa besok, Assalamualaikum.
Waalaikumsalam.
Telepon tertutup, aku lalu menatap keluar jendela..
Kira² apa yang akan Surya bahas denganku besok? kuharap bukan masalah pribadi..
***
Karena ini adalah hari minggu jadi aku langsung menuju ke taman dekat dengan apartemenku. Kulihat Surya sudah duduk di kursi taman tepat dibawah pohon rindang.
"Hai." ucapnya padaku yang hanya kujawab anggukan.
"Ayo duduk."
"Jadi apa yang ingin kau bahas?" tanyaku saat sudah duduk disamping Surya.
"Seperti biasa, to the point Sella. Sebenarnya tidak terlalu penting, aku hanya ingin mengobrol dengan teman lama."
"Apa itu?"
"Ya seperti... apa pekerjaanmu sekarang?" sudah kutebak dia akan menanyakan itu.
"Aku bekerja sebagai manajer keuangan di sebuah perusahaan." Surya tampak sedikit terkejut dengan itu.
"Kau cepat mendapatkan pekerjaan ya."
"Ya, syukurlah."
"Kau tau saat kau memutuskan untuk mundur dari kesatuan, kami merasa kehilangan. Ya aku tau kau orang yang tidak pernah bisa diajak bicara santai, tapi kurasa sikap itu yang membuat semua orang rindu padamu."
"Hmm, apa kau juga?" ucapku sedikit bercanda.
"Ya.. eh?" Surya yang sadar langsung menutup mulutnya.
"Maksudku tentu saja tidak, kenapa harus? Aku bisa menemuimu saat sedang libur."
"Tidak ada salahnya jika rindu dengan temanmu bukan?" ucapku yang hanya diangguki olehnya.
"Ya memang.." aku lalu termenung masih memikirkan hari kemarin.
"Apa yang kau pikirkan?" ucap Surya melihatku melamun.
"Tidak ada, hanya saja..."
"Kau memikirkan sesuatu."
"Tidak."
"Ayolah, kau tidak bisa menyembunyikannya."
"Baik! ya aku memikirkan sesuatu."
"Aku benar." ucapnya sambil tersenyum senang.
"Baiklah pemenang, apa yang ingin kau lakukan?"
"Hmm aku memikirkan sesuatu." Ucapnya sambil memegang dagunya
"Oh lama sekali." Ucapku dengan malas
"Hei aku baru berpikir."
"Bla bla bla, cepatlah."
"Aha aku tau." Ucapnya dengan senyum jahil.
"Oh ide buruk."
"Tenang saja Sel, tidak akan sulit."
Aku hanya menghela nafasku pasrah dengan apa yang akan dia rencanakan untukku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Sempurna Bersamamu
Teen FictionSella, seorang wanita cantik yang menikah dengan seorang Polisi tampan bernama Khenzi Mahendra atau sering dipanggil sebagai Ken. Pernikahan yang awalnya Sella anggap akan baik-baik saja seketika berubah saat ada seorang wanita yang hendak merebut K...