#19🌴

23 2 0
                                    

Malam telah berlalu dan hari ini matahari telah bersinar terang. Kini Sella sudah bersiap untuk pergi ke pernikahan Paul. Ia tampak sangat cantik dengan balutan dress putih panjang, ia juga tak lupa untuk mengikat sedikit rambutnya kebelakang. Walaupun hanya sedikit polesan make-up yang ia pakai, namun itu sudah membuat ia cantik. Kini ia sedang menunggu Baron untuk menjemputnya.

Tok.. Tok..

"Sepertinya itu Baron." gumam Sella, lalu ia segera membukakan pintu. Ia sangat kaget melihat penampilan dari Baron yang menurutnya tampan. Sebaliknya, Baron juga terkejut melihat penampilan Sella yang sangat cantik, ia bahkan tak berkedip sedetik pun.

"Halo?" tanya Sella sembari melambaikan tangannya didepan wajah Baron yang membuatnya tersadar dan tampak gugup.

"A-Ayo kita ke mobil." Sella lalu mengangguk dan berjalan beriringan dengan Baron menuju ke mobil. Selama di perjalanan, Baron tak henti-hentinya melirik Sella dengan tatapan kagum.

"Ngapa kamu liat aku terus?" tanya Sella yang merasa risih, Baron gelagapan dan akhirnya menjawab dengan sedikit gugup.

"M-m-maaf, hanya saja, kau sangat cantik hari ini."

"Namanya juga perempuan pasti cantik." ucapnya acuh.

"Iya, tapi tetap aja, kamu itu cantik." Sella hanya bisa mengangguk pelan. Tak berselang lama, akhirnya mereka sampai di rumah Paul. Tampak disana sudah banyak orang maupun teman satu kuliah Sella.

"Ayo turun." ucap Baron yang sudah membukakan pintu mobil untuk Sella. Ia akhirnya bangun dari kursi mobil dan tak sengaja tatapannya beradu dengan Baron. Mereka terdiam sejenak sembari menatap satu sama lain. Tanpa disadari keduanya, dari kejauhan tampak ada seseorang yang bersembunyi di balik rumput sedang memotret mereka berdua.

"Baron, apa kita bisa fokus sekarang?" tanya Sella membuat Baron terbangun dari lamunannya.

"Oh, iya tentu saja." mereka akhirnya berjalan menuju ke halaman belakang rumah. Sella sangat mengagumi desain pernikahan outdoor milik temannya itu. Dengan bunga putih yang tertata rapi di setiap sudut dan ada pula yang digantung diatas sehingga bunganya menjuntai kebawah membuat Sella seakan-akan berada di mimpi.

"Sella!" suara Paul membuat Sella dan Baron memalingkan pandangannya ke arah dua pasangan pengantin yang sangat cantik dan tampan.

"Hei, Paul. Apa kabarmu?" tanya Sella setelah berada dekat dengan Paul.

"Seperti biasa kawan, aku baik2 saja. Bagaimana kabarmu, sudah lama tidak berjumpa membuat kami semua khawatir padamu." mendengar itu Sella mengernyit heran.

"Kenapa kalian khawatir?"

"Tentu saja, karena kau adalah adik kecil kami. Kami takut kau kenapa2 disana. Bahkan setiap hari Baron selalu menanyakanmu kepadaku." mendengar itu Sella langsung menatap Baron.

"Hah? Kenapa jadi aku yang disalahkan, bukannya kau yang tiap hari selalu nanyain Sella ya?" ucap Baron mengelak.

"Eh.. udah kalau rindu itu bilang aja. Tuh, orangnya sudah ada Baron, apa kau tidak mau jujur sama Sella?"

"Heh! Udah ya, dari tadi kau bicara terus. Kau mau aku lempar ke sungai?"

"Ampun..ampun, iya deh iya tak akan aku ucapkan lagi. Lagian jadi cowok sih kok gak berani jujur, huu." ucapnya menyindir Baron sembari menunjukkan jempol kebawah. Baron yang geram melihat itu langsung merangkul Baron lalu mencekiknya pelan. Paul yang mendapat itu langsung berusaha untuk melepaskan dirinya.

"Udah Baron, ya.. aku minta maaf, aku tak akan mengatakannya lagi."

"Kau janji?"

"Iya... iyah janji." akhirnya Baron melepaskan Paul dan membuat ia sedikit terbatuk-batuk. Sementara Sella yang melihat itu hanya bisa menggelengkan kepala memaklumi setiap hal yang dilakukan teman2 nya itu.

"Acara akan segera dimulai, ayo Paul. Kita harus pergi kedepan."

"Iya, dadah Baron temanku yang jomblo. Aku nikah duluan yah.." ucapnya membuat Baron mengangkat tangannya bersiap memukul Paul. Namun dengan cepat ia menghindar membuat Baron hanya menatap geram kepada Paul.

"Ada apa dengan orang itu? Bagaimana mungkin ada orang seaneh dia di alam semesta ini." gumam Baron membuat Sella tertawa kecil sebentar.

"Kok malah ketawa?"

"Tidak ada, sudahlah lupakan saja. Teman kita akan menikah, sebaiknya kau doakan saja istrinya sabar jika menghadapi orang seperti pria itu."

"Iya, semoga aja istrinya bisa bersabar, kalau tidak aku akan mengikat Paul dengan tali kemudian melemparnya ke sungai." Sella hanya memutar bola matanya mewajarkan. Acara pernikahan itu telah berjalan dengan lancar tanpa ada kendala apapun. Kini Paul telah sah menjadi seorang suami. Baik keluarga maupun teman2 nya kecuali Sella menangis haru saat melihat keseriusan Paul saat mengucapkan janji kepada sang istri.

Hari telah berganti menjadi malam, acara kini dilanjutkan dengan dansa antara kedua pasangan lalu disusul dengan teman2 nya. Namun tidak dengan Sella yang hanya diam sambil meminum segelas teh hangat. Dia sama sekali tidak tertarik dengan apapun yang terjadi disekitarnya.

"Sella?" ia yang merasa dipanggil segera berbalik dan melihat jika temannya dari Indonesia juga hadir.

"Surya?" dengan senyum yang merekah ia ikut duduk disamping Sella.

"Kau tidak ikut berdansa?" mendengar itu Sella hanya menjawab dengan setengah malas.

"Tidak, aku tidak tertarik. Oh ya bukankah kau ikut bertugas dengan abangku ke Papua?" tanyanya setelah melihat Surya bisa berada disini, seharusnya ia bertugas bersama Qadri, secara ia juga seorang tentara, terutama Qadri adalah atasannya.

"Tidak, aku tidak ikut dalam misi itu."

"Mm.. baik." setelah Sella kembali mengarahkan pandangan kearah awal, mereka tidak lagi berbicara. Malam semakin berlalu dan akhirnya acara pun telah selesai. Kini mereka semua telah bersama menemani Paul yang menaiki mobilnya dan hendak menuju ke tempat dimana dia dan istrinya akan berbulan madu.

"Hati2 disana, Paul." sahut Baron diangguki yang lainnya.

"Pasti." ucapnya sebelum meninggalkan rumah itu. Kini hanya teman2 nya lah yang tersisa. Tiba2 disaat itu mereka melihat seorang pria berdasi berjalan kearah mereka.

"Ketua Ozi, senang bertemu denganmu." ucap mereka semua menyambut bos organisasi mereka dengan hormat.

"Senang bertemu dengan kalian juga, jadi... apa kalian siap untuk tugas selanjutnya?" dengan mantap mereka semua kompak menjawab

"Pasti."

"Bagus... sekarang ambil map ini, ini akan membantu kalian untuk misi ini." ucapnya sembari memberikan map2 berwarna putih berisi informasi tugas.

"Pelajari itu, karena kalian akan mengerjakan ini secara terpisah, dan khusus untukmu Sella, kau akan mengerjakan tugas ini sendiri tanpa bantuan orang lain." dengan senyum miring ia menyanggupinya.

"Kau tak akan menyesal." ucapnya dengan yakin.

"Aku tau, karena itulah aku mempercayaimu."

Kisah Sempurna BersamamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang