#34🌴

22 2 0
                                    

Selama dalam perjalanan ke rumah sakit Sella hanya menatap kosong langit² mobil ambulans. Meski sudah kehilangan banyak darah, tak ada rasa sakit apapun yang ia rasakan. Saat ini ia lebih memikirkan seluruh kejadian tadi. Tiap kata yang diucapkan oleh Ken masih berbekas didalam pikirannya. Seakan sudah mengetahui apa yang sedang dipikirkan oleh Sella, Qadri hanya bisa menggenggam erat tangan sang adik.

"Bang.." lirih Sella dengan tatapan lesu, Qadri hanya menganggukkan kepalanya pelan sebagai tanda ia mengerti dengan apa yang sekarang dirasakan oleh Sella. Kini mereka hanya tinggal berdua saja, tidak ada lagi yang akan mereka panggil teman, saudara atau bahkan pasangan. Semuanya telah hilang sekarang, tidak peduli sekeras apapun mereka berdua mencoba mengatakan bahwa ini adalah mimpi buruk, semuanya adalah fakta sekarang.

"Semuanya sudah hilang bang.." lirihnya yang membuat Qadri hanya bisa mengelus pelan tangan Sella.

"Maafin abang dek, abang gak becus jaga kamu dan adik² kita. Semuanya terjadi gara² abang.." mendengar itu, Sella meninggikan suaranya sedikit kepada Qadri.

"Jangan pernah nyalahin diri abang! Semua yang terjadi hari ini adalah takdir, jangan pikir abang yang buat semua ini terjadi. Kalau abang masih nyalahin diri abang, lebih baik Sella mati! Sella gak tega liat abang nyalahin diri kayak gini!"

"Abang mohon jangan dek, cukup hari ini saja abang kehilangan, abang mohon jangan tinggalin abang. Baik, abang akan berusaha buat gak nyalahin diri abang."

"Ya, karena semua yang telah terjadi itu karena Sella. Sella sudah buat Rian marah, kalau saja Sella bisa nahan rasa benci Sella mungkin semua orang masih hidup sampai sekarang." Qadri dengan cepat menggeleng.

"Sudah, jangan salahin diri lagi dek, apapun yang terjadi itu sudah terjadi. Untuk apa kita menyalahkan diri sendiri sekarang? Kita harus bisa bangkit, apalagi sekarang kita tinggal berdua." ucapan itu membuat Sella sadar bahwa tiada guna menyalahkan diri sekarang, karena semua sudah terjadi.

"Abang benar... kini hanya ada kita berdua. Boleh Sella mohon sesuatu sama abang?"

"Apa itu?"

"Sella mohon sama abang buat jaga diri abang selalu. Jangan pernah pergi dari hidup Sella, cukup hari ini Sella liat orang terdekat Sella mati." Qadri hanya tersenyum mengiyakan lalu mencium kening Sella. Beberapa saat kemudian tiba² Sella melemah dan kehilangan kesadarannya.

"SELLA?! SELLA?!" itulah hal yang terakhir kali Sella dengar sebelum menutup matanya.

****
Didepan ruang IGD kini Qadri diselimuti rasa khawatir sekaligus takut, ia benar² takut jika Sella akan meninggalkannya. Entah sudah berapa kali dia mondar-mandir disana. Tak lama kemudian Surya datang bersama bawahan Qadri yang lainnya. Saat Qadri melihat mereka, seketika mereka langsung memberi hormat padanya, Qadri lalu menyuruh mereka untuk menurunkan tangannya.

"Gimana kondisi Sella, bang?" tanya Surya, namun Qadri hanya bisa menggeleng tak tau.

"Mbak Sella orang yang kuat. Dia pasti bisa lewatin ini semua." ucap Kopral Hamdan yang diangguki yang lainnya.
"Ya, saya tau dia orang yang kuat. Tapi tetap saja, saya takut kehilangan dia. Sudah cukup dengan kematian kedua saudara saya, cuma dia satu²nya sekarang yang saya punya." ucapnya menatap pintu ruang operasi.

"Abang yang sabar.. Sella gak akan pernah ninggalin abang. Sekarang yang bisa kita lakuin hanya berdoa untuk kelancaran operasinya." ucap Surya yang diangguki oleh yang lainnya. Tak lama seorang dokter keluar dari ruang operasi.

"Gimana dok, keadaan adik saya? Dia baik kan dok?" tanya Qadri begitu khawatir.

"Alhamdulillah operasi berjalan dengan lancar, adik anda cukup membaik sekarang. Memang tadi dia sempat koma, tapi karena adik anda orang yang kuat karena itu dia bisa keluar dari masa komanya." mendengar itu Qadri menghela nafas lega.

Kisah Sempurna BersamamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang