#45🌴

37 2 0
                                    

Sesampainya diluar, Sella melihat bahwa semua musuh telah tewas. Namun ia tidak terlalu peduli dengan itu, ia hanya fokus menatap pada Ken yang terbaring lemah dengan darah yang sudah mengucur ke tanah.

"Ken!" Sella langsung meminta bantuan pada kedua temannya untuk membawa Ken ke mobil dan segera menuju ke rumah sakit. Selama perjalanan Sella hanya bisa menggenggam tangan Ken erat sambil menangis melihat keadaan mantan suaminya itu.

"Ken, aku mohon bertahanlah." kata² itulah yang selalu Sella ucapkan pada Ken, namun lama kelamaan, Ken semakin pucat dan perlahan-lahan menutup matanya.

"Ken?! Ken kumohon bangunlah! Jangan tutup matamu seperti ini! Aku mohon, aku tidak suka melihatmu seperti ini, kumohon tetap buka matamu." tangisan Sella semakin kencang saat melihat Ken menutup matanya. 

"Kita sampai, ayo!" Mereka bertiga bersama para perawat dan seorang dokter wanita langsung bergegas membawa Ken keruang IGD. Namun sang dokter terlihat terkejut ketika melihat Ken.

"Ken?!" ucap dokter muda itu dengan nada khawatir. Sella yang mendengar hanya terdiam sebentar sebelum akhirnya kembali fokus kepada Ken. Sesampainya didepan ruangan, perawat langsung menyuruh Sella dan dua temannya untuk menunggu diluar.

Sella kemudian duduk terdiam, ia benar² khawatir kalau Ken akan meninggalkannya. Kedua temannya lalu ikut duduk disebelahnya, mereka merasa iba dengan Sella, selama ini mereka melihat Sella adalah orang yang dingin dan tidak berperasaan. Namun kini mereka melihat sesuatu yang lain, Ken pasti sudah menjadi bagian dari hidup Sella hingga ia sampai seperti ini. 

"Sella, dia pasti baik² saja." satu temannya lagi ikut mengangguk.

"Ya, sebaiknya kau juga mengobati tanganmu, kau sudah kehilangan banyak darah." Sella melihat tangannya, sesaat ia melupakan rasa sakitnya karena terus menghawatirkan Ken. Ia tidak peduli dengan darah yang terus mengalir, ia hanya ingin melihat Ken sadar. Sella menenangkan dirinya lalu menyeka air matanya, ia pun beralih menatap mereka.

"Aku ucapkan terima kasih pada kalian karena sudah membantuku, aku akan segera mengirimkan uangnya pada kalian." kedua orang itu hanya tersenyum.

"Sella.. tidak apa², kau juga tidak perlu repot²  membayar kami. Jujur kami juga bersenang-senang dengan tugas ini."

"Benar, akhirnya setelah lama menunggu kita mendapatkan apa yang kita inginkan, sebuah tugas besar seperti ini." Sella hanya mengangguk kecil.

"Baiklah, kalian harus pergi sekarang. Akan berbahaya jika para petugas melihat kalian disini, identitas kita akan terbongkar." Mereka mengangguk setuju lalu menyemangati Sella.

"Dia pasti sembuh dan akan kembali padamu." Sella hanya mengangguk lemah.

"Kami berdua pamit." ucap temannya lalu berjalan meninggalkan Sella sendiri.

Sella lalu duduk sambil mengangkat kepalanya menatap ke langit² rumah sakit. Didalam hatinya ia berdoa untuk nyawa Ken, ia berharap Tuhan masih mendengarkan doanya walau ia sadar jika ia sendiri berlumur dosa. Tanpa memikirkan tatapan orang² yang melihatnya ngilu karena darah masih menetes dari tangannya, Sella hanya menangis melihat bagaimana kepedulian Ken terhadapnya selama ini. 

Ia benar² ingin minta maaf, karena selama ini tak pernah memperhatikan kehadirannya. Jujur, bukannya tak mau tapi ia sendiri juga trauma. Ia takut akan kehilangan ketika sudah menyayangi seseorang. Banyak musuhnya yang pasti ingin menjatuhkan dia dan membunuh mereka yang Sella sayangi. Sella mulai berpikir apakah mungkin Ken juga seperti ini karena dia? Jika memang betul seperti itu, maka ia berjanji akan menjauh dari Ken. Walau Sella tau rasanya pasti akan sangat sakit tapi setidaknya ia bisa melihat Ken bisa hidup dengan normal. 

Setitik air mata kembali membasahi pipinya, membayangkan bagaimana hidupnya akan seperti dulu. Hanya diisi oleh kegiatan yang bahkan Sella lakukan hanya untuk uang tanpa adanya perasaan senang atau apapun. Saat memikirkan itu, ia tiba² merasa lemas dan pusing kemudian semuanya menjadi gelap.

***
Dek...

Samar-samar Sella mendengar suara memanggil namanya

Dek bangunlah..

Sella mengerjapkan matanya menyesuaikan cahaya yang masuk ke matanya. Disana sudah ada Qadri dan Surya yang masih lengkap dengan senjata mereka. 

"Bang.." suara Sella lembut sambil menyentuh tangan Qadri, Qadri hanya tersenyum lalu mencium kening sang adik.

"Bagaimana keadaanmu?" tanyanya, Sella hanya mengangguk mengisyaratkan bahwa ia baik² saja.

"Tadi dokter bilang kalau kau pingsan di depan ruang IGD, saat itu tanganmu terluka, tapi kenapa kau tidak obatin tanganmu?" tanya Surya yang akhirnya membuat Sella teringat dengan Ken. Segera ia langsung bangkit hendak turun dari kerandanya namun langsung saja ditahan oleh Qadri.

"Adek mau kemana?! Jangan banyak gerak! nanti darahnya keluar lagi." ucapnya dengan nada agak tegas, namun Sella tidak peduli, dia hanya ingin melihat kondisi Ken.

"Adek mau ketemu Ken?" tanyanya membuat Sella langsung terdiam, kakinya yang hampir saja menyentuh lantai ia urungkan.

"Gimana keadaannya?" tanyanya khawatir

"Pertama-tama, adek baring dulu yah.. jangan kayak gini." Qadri kemudian membimbing Sella untuk berbaring, Sella hanya diam menurut. Melihat Sella yang sudah berbaring, Qadri menghela nafas lalu mengatakan kondisi Ken.

"Karena luka yang ia alami sangat parah ia sempat dinyatakan meninggal.." Sella terdiam kaku, ia bahkan menghentikan alur pernapasannya.

"Tapi berkat bantuan dokter, Ken berhasil selamat. Ia sudah dipindahkan ke ruang rawat inap." Sella menghela nafas lega mendengar semua itu.

"Kau sangat khawatir padanya." ucap Surya membuat Sella terdiam.

"Sella ingin lihat kondisinya." mendengar itu Qadri langsung menolak.

"Tidak!" ucapnya tegas

"Jangan halangi Sella bang!" balas Sella tak kalah tegas.

"Apa barusan adek ninggiin suara ke abang?!" suara Qadri terdengar menahan emosinya, mendengar itu Sella tersadar, tapi ia tetap ingin menemui Ken.

"Sella gak mau ninggiin suara kalau abang biarin Sella melihat Ken." Qadri terdiam sebentar, ia menghela nafasnya dan dengan nada pasrah Qadri mengangguk.

"Baiklah.. tapi abang akan nemanin kamu."

Sella ditemani oleh Qadri menuju ke ruangan dimana Ken dirawat. Ternyata diluar sudah ada beberapa anggota TNI dan Polisi. Langkah demi langkah Sella ambil hingga akhirnya ia tiba diruangan.

"Sella akan masuk sendiri bang." 

"Kamu yakin?" Sella mengangguk membuat Qadri hanya bisa mengangguk mengiyakan. Saat Sella memasuki ruangan ia kaget saat melihat dokter itu juga berada di ruangan, dia duduk tepat disamping keranda Ken. Sella disitu hanya terdiam, ditambah lagi ia melihat bahwa wanita itu sedang menggenggam tangannya. Ia tampak sangat khawatir sampai tak mendengarkan suara pintu saat Sella masuk.

Kisah Sempurna BersamamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang