#37🌴

36 0 0
                                    

Setelah berpamitan kepada Elen aku langsung menuju ke apartemenku. Aku berencana untuk menginap di apartemen sampai aku siap untuk kembali ke Indonesia. Sesampainya didalam kamar apartemen aku langsung merebahkan diriku di atas kasur. Aku memejamkan mataku sebentar lalu menghela nafas pelan. Aku berharap setelah ini aku bisa melupakan semuanya. Setelah memikirkan itu entah kenapa aku merasa sangat lelah dan akhirnya aku tertidur.

****

Malam berganti pagi, suara kicauan burung menemani jalan pagiku. Sesekali kuhembuskan nafasku pelan sambil terus menatap area sekitar yang dipenuhi oleh gedung² besar khas perkotaan. Seketika aku kembali teringat saat kami kuliah dulu. Saat itu kami selalu berangkat bersama dengan berjalan kaki menuju tempat kuliah. Tiap cerita dan candaan menjadi hiburan bagi kami semua. Aku jadi rindu dengan mereka semua, mereka adalah orang yang benar² menganggapku sebagai seorang 'teman'. Aku berharap aku tak pernah mengizinkan mereka datang ke tempatku, mungkin mereka masih hidup hingga sekarang. Mungkin aku masih bisa bercerita kepada mereka, dan mungkin dengan kehadiran mereka, itu bisa membantuku untuk bangkit.

Sayang sekali itu hanyalah sebuah impian, karena kini mereka semua telah pergi. Mereka sudah pergi ke tempat dimana aku tak akan pernah bisa melihat mereka lagi. Aku menghela nafasku mencoba menerima itu semua. Mungkin memang sudah takdir mereka meninggalkanku sendiri. Dan mungkin sudah seharusnya aku mengikhlaskan kepergian mereka semua.

"Sella?" suara seseorang dibelakang menyadarkanku dari lamunan. Aku pun membalikkan badan dan melihat bahwa itu merupakan kenalanku semasa kuliah, Nick.

"Hai, sudah lama kita tidak bertemu, bagaimana kabarmu Sella?" ucapnya sambil tersenyum.

"Baik." jawabku datar.

"Senang rasanya bisa melihat kawan semasa kuliah. Ngomong², apa yang kau lakukan disini?"

"Hanya liburan."

"Liburan?" tanyanya yang hanya kujawab dengan anggukan pelan.

"Sendiri saja?" sekali lagi aku hanya mengangguk pelan.

"Bukankah kau sudah memiliki suami?" pertanyaan itu mulai membuatku merasa tak nyaman.

"Bukankah jika berlibur tidak tentu harus membawa pasangan?"

"Ya.. maksudku bukankah lebih baik jika membawa pasangan?"

"Dia bertugas." hanya itu yang bisa aku jawab sebelum aku mulai melangkah menjauh.

"Sella!" aku kembali membalikkan badan dan melihat dia sedang berlari kearahku.

"Kau ini, susah sekali diajak berbicara."

"Aku hanya tidak ingin membuang waktu." jawabku agak malas.

"Oh ayolah, bisakah sehari saja kau buang sikap itu?" aku menggeleng tidak, dia hanya membuang nafas pasrah.

"Dengar Sella, aku minta maaf sudah membuang waktumu. Sebenarnya aku ingin mengatakan sesuatu padamu, tapi aku ingin berbicara sedikit denganmu. Bukankah sesama teman kita harus saling berbicara?"

"Tidak juga." dia lalu menepuk jidatnya pelan.

"Baiklah Sella, begini.... kau tau kalau orang tuaku pemimpin dari sebuah perusahaan tambang? Sebagai sesama pemimpin perusahaan tambang kau pasti kenal." aku lalu mengingat siapa ayah dari Nick, setelah itu aku mengangguk.

"Dengar... ayahku sekarang sedang membuka lowongan untuk memegang jabatan sebagai manajer keuangan. Aku jadi berpikir bagaimana jika kau saja yang memegang jabatan itu?" aku berpikir sebentar.

"Apa kau yakin kalau aku yang memegang jabatan itu?"

"Tentu saja, kenapa?"

"Ya.. karena aku sudah lama tidak bekerja di kantor apalagi sebagai seorang manajer keuangan."

"Bagaimana jika prestasimu selama memegang jabatan sebagai CEO?" aku hendak menjawab namun dengan cepat ia kembali berbicara.

"Sudahlah terima saja dulu, untuk urusan itu tenang saja.. akan ada pelatihan selama beberapa hari. Kita akan lihat bagaimana kemampuanmu, jika berhasil kau bisa memegang jabatan itu. Jika tidak, tenang saja, akan kupastikan kau tetap bisa bekerja walaupun jabatannya di bawah manajer keuangan. Bagaimana... apa kau mau?" setelah beberapa saat berpikir akhirnya aku mengangguk setuju.

"Kalau begitu ayo!" aku merasa sangat kaget karena ia langsung mengajakku hari itu juga.

"Apa? Apa tidak bisa besok?" dia menggeleng lalu menjelaskan alasannya.

"Tidak, besok akan ada banyak orang yang melamar." mendengar itu akhirnya mau tidak mau aku melamar hari itu juga.

Kisah Sempurna BersamamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang